Dengan napas yang masih tersenggal, Silla tiba di depan pintu ruangan, siapa lagi kalau bukan ruangan bapak Reivan.
Sialan, jam masih jam tujuh tapi tubuh Silla sudah bau keringat saja.
Saat dirinya masih berada di atas motor bersama Raga, Reivan menghubungi nya dan meminta Silla untuk datang ke kantor dalam waktu sepuluh menit.
Sinting! Mana bisa begitu. Jakarta itu padat akan kendaraan umum maupun personal. Apalagi pagi, lebih padat dari padatnya antrian pembagian bantuan pemerintah satu provinsi.
Silla mengatur napas terlebib dahulu sebelum masuk ke dalam ruangan Reivan.
Mata Silla tersentak kaget saat mendengar suara bass Reivan.
"Masuk! "
Pliss ini Silla aja belum ngetuk atau pun pegang handel pintu, tapi boss nya itu udah tau kalaau dia udah ada di depan ruangan nya.
Tok... Tok... Tikk
Silla membuka pintu lalu masuk kedalam Ruangn Reivan. Dimana pria itu sedang duduk di sofa yang membelakangi pintu masuk.
"Pa--"
"Saya bilang berapa menit?" Reivan bertanya tanpa membalikan badannya.
"Sepuluh menit "
"baksu... " Reivan tepuk tangan sendiri, lalu suara nya kembali terdengar dengan nada yang tidak menyenangkan.
" mmm... Maaf pak, tapi jam kerja dimulai jam 8" kilah Silla.
"Jawab terus! " Reivan bangkit, dia jalan terus lewatin Silla gitu aja.
"Punya mulut " Kata Silla dengan suara yang pelan.
Reivan yang udah jalan lewatin Silla, tiba-tiba berhenti. "Gak sopan "
"Lebih gak sopan " Silla menjawab lagi dengan suaranya yang kecil.
Mendengar itu, Reivan balikin badan nya buat natap Silla yang berdiri di belakang nya.
"Bilang apa barusan?! "
"Bapak hari ini harum banget " Silla nyengir, dia ngacungin jempol nya dua buat Reivan.
Si boss cuma muter matanya. Sekretaris nya ini emang gak ada akhlak banget. Suka bikin dia naik darah denger jawaban nya.
Kalo Reivan gak tau, Silla lebih naik darah kalo ngobrol sama dia, Silla tuh udah masuk Ke mode on 'Darah Tinggi ' kalo ngadeoin bos nya itu.
"Ngapain masih di situ !" Silla terlojak kaget, perasaan si bos barusan udah jalan sampe depan pintu ruang rapat deh, kenapa nongol lagi di sini?.
"Astagfirullah pak, kaget saya. Saya tutup pintu ruangan bapak dulu "
"Gak nanya! " Ketus Reivan.
"Cepet ikut saya " Kata Reivan lagi yang udah jalan lebib dulu.
....
"Eh aden. Masuk den, Nyonya sama tuan juga baru aja dateng. " Seorang wanita berumur sekitar 40 tahunan membukakan pintu untuk Reivan.
Reivan cuman senyum tipis jawab pertanyaan, kalo bisa di bilang, itu bibi di rumah ini. Tapi, Silla juga gak tau kalo dia di bawa kerumah siapa ini. Rumah nya gede, bagus lagi. Yang buat rumah ini terkesan bagus itu banyak nya jendela jendela gede di setiap sudut. Menampilkan daya tarik menarik dari rumah ini. Apalagi, taman di depan rumah nya banyak banget bunga bermacam macam nama. Tapi, yang bikin Silla tertarik itu sama bunga anggrek ungu, di ujung sana. Meskipun di ujung, tapi bunga itu tetep berkilau dengan di bantu cahaya matahari yang lebih dominan tersorot sama cahaya matahari itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
RESILLA
Teen Fiction"Kamu pacar saya" "PAK?! " " Kamu pacar saya, kurang jelas? " "Apaan sih pak, Gak lucu ya pak ngarang cerita beginian! " Si sekretaris melotin matanya, persetan dengan jabatan dia jabat sekarang. " KA-MU-PA-CAR-SA-YA! " "APAAN SIH?!" "syutt dia...