Prisilla Zalerin

3K 155 10
                                        

Silla Pov

Nama aku Prisilla Zalerin Pramesta, anak pertama dari dua bersaudara sekaligus tulang punggung keluarga. Bapak, meninggal ketika aku masih duduk di bangku kelas dua sekolah menengah pertama.

Perih rasanya saat itu, ketika Bapak meninggalkan kami bertiga untuk selama nya, apalagi kondisi keluarga kami yang bisa di bilang, dari kalangan bawah.

Melihat ibu yang harus bekerja keras untuk menafkahi kami, membuat hatiku teriris. Bahkan, sempat terbesit dalam pikiranku untuk memutuskan sekolah karena ibu tidak mampu untuk membayar uang sekolah. Apalagi Raga yang mulai masuk ke bangku sekolah menengah pertama membuat ibu semakin kerja keras mencari biaya untuk kelanjutan sekolah Raga.

"Mah, Silla ikhlas kok. Silla juga harus bantu mamah buat nafkahin kita bertiga"

"Enggak teh. Teteh harus tetap sekolah. Capai cita-cita Teteh setinggi mungkin. " Mamah menanggkup kedua pipiku dengan mata berkaca-kaca.

"Mah, Biar Raga aja yang sekolah. Biarin Silla kerja buat bantuin mamah oke? " Tapi, mamah Keukeuh dengan pendiriannya. Ia tidak akan membiarkan anaknya putus sekolah hanya karena uang. Anaknya harus menjunjung tinggi pendidikan, agar bisa sukses di masa depan.

Itulah prinsip mamah yang gak akan bisa di ganggu gugat bagaimana pun keadaan nya.

"Ma, Zio ngantuk~"

Yaampun aku sampe lupa kalo aku lagi pok-pokin anak ku Zio.

Kenalin nama nya Alzio Leonil Pramesta, bocah kecil yang mau di bawa hidup susah. Sebenarnya, aku gak tega liat Zio yang masih kecil harus menanggung semua ini. Hidup tanpa mengetahui siapa ayah nya, dan hidup dengan serba kekurangan.

Zio itu gak seperti anak kecil pada umumnya. Disaat yang lain beli mainan mahal-mahal, dia gak pernah nangis pengen beli mainan sekalipun kalo aku beliin mainan murah yang gak sesuai dengan ekspetasinya.

"Mama, itu mahal? " Zio menunjuk ke arah Mainan besar yang terpajang di depan toko.

Aku mengangguk sambil tersenyum. "Nanti kalo uang mamah udah banyak, mamah beliin Zio mainan itu ya"

"Enggak ma, Zio gak mau mainan itu" Rasa nya perih melihat anak sekecilnya harus ikut merasakan kejam nya dunia.

"Zio bobo oh Zio bobo....

Kalau tidak bobo di gigit kerbau"

***

" Tadi siang mamah ketemu tante ambar" Aku menoleh, mendapati mamah sarah yang sedang minum di dekat kulkas.

"Tante ambar? Lagi liburan mah? "

Mamah menggeleng " Tante ambar dateng sama Nabila, katanya mau cari rumah buat Nabila sama suami nya"

Sekedar informasi, Nabila adalah sahabat kecil ku di bandung, dia sudah menikah dan mempunyai satu anak yang umur nya 1 tahun di atas Zio.

"Jauh amat mah pindah nya, sampe cari rumah ke jakarta"

"Suaminya pindah dinas" Mamah Sarah duduk di depan ku sambil membawa keranjang baju yang sudah di cuci.

RESILLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang