Meet

65 12 0
                                    

Disinilah Aram berada, duduk di kelas karena pembelajaran akan di mulai. Aram sangat memperhatikan guru yang memberikan penjelasan tentang materi. Disaat itu juga datanglah kepala sekolah dengan anak gadis cantik yang berjalan di belakangnya. Lalu ibu kepala sekolah pun mengatakan, "anak-anak tolong berikan perhatian sejenak." Ujar ibu memerintah murid yang ada di kelas.

"di kelas kalian akan kedatangan teman baru." Lanjut ibu kepala sekolah.

"bu, tolong bimbingannya untuk menuntun siswa baru." Lanjutnya lagi, di tambah memberi pengarahan kepada ibu guru pembimbing.

"baik bu, terima kasih atas pengarahannya." Ujar ibu guru pembimbing.

"baiklah, saya akan kembali ke ruangan. Tolong berikan sifat kenyamanan terhadap teman baru kalian. Saya permisi, terima kasih atas perhatiannya." Ibu kepala sekolah berpamitan.

Setelah ibu kepala sekolah meninggalkan kelas, ibu guru pembimbing pun menyuruh siswa baru tersebut memperkenalkan diri. Perlu diketahui, siswa baru tersebut saat masuk sampai berdiri di depan banyak calon temannya dan guru pembimbing tidak tersenyum sedikit pun. Siswa baru tersebut seperti mempunyai aura gelap di dalam dirinya. Serta, memiliki wajah yang datar dan sedikit pucat.

Setelah ibu guru pembimbing mempersilahkan siswa baru tersebut memperkenalkan diri, siswa baru itu pun langsung membuka suaranya, "perkenalkan, namaku jung Aera." Singkat siswa baru tersebut tanpa tersenyum, lalu terdiam. Selama 1 menit terdiam guru pembimbing pun membuka suara kembali,

"eoh? Sudah selesai?" tanya guru pembimbing.

"sudah." Ucapnya singkat dengan wajah datarnya.

"eoh? Baiklah, Aera-ssi kau boleh duduk disamping Aram." Guru pembimbing memberi petunjuk.

"hahaha sepertinya cocok, sama-sama memiliki aura gelap" ujar sang teman. 

Dengan wajah datar Aera berjalan menuju tempat duduk yang di arahkan guru pembimbing. Aera tidak ambil pusing dengan bisikan-bisikan temannya yang membicarakan dirinya. Aera lebih ke acuh daripada pusing di kepalanya membuatnya semakin berjalan menuju keamarahan.

Aera sudah duduk disebelah Aram, mereka tidak ingin saling membuka suara dan melanjutkan pelajaran yang tertunda. Melanjutkan pelajaran hingga pulang, setelah yang lain pulang tersisalah Aram dan Aera yang berada di kelas. Mereka berdua masih bergelut dengan perasaanya masing-masing dan tidak ingin salah satunya untuk membuka suara. Jadilah kelas tersebut menciptakan keheningan dan kecanggungan.

Aera meninggalkan bangku terlebih dahulu, tak sengaja saat Aera jalan Aram melihat sebuah luka lebam di daerah atas mata kaki. Aram yang tidak asing melihat luka yang seperti itu otomatis menanyakan kepada orang yang mempunyai luka tersebut.

"apakah kau baik-baik saja?" Aram membuka suara dengan wajah yang datar serta aura dingin, dan menanyakan keadaan Aera.

"apa maksudmu?aku berharap kau tak ikut campur dengan urusanku." tanpa menoleh jawab Aera tak kalah dinginnya. Jangan lupakan dengan wajah Aera yang sangat datar.

"mian, tapi aku sangat tidak asing dengan luka yang kau punya." Ucap Aram jujur dengan wajah yang masih datar menatap Aera yang tak membalikkan badannya menghadap dirinya. 

"apa kau juga tidak asing dengan pukulan seperti apa sehingga menyebabkan luka lebam seperti ini? Atau keras pukulan yang menggunakan benda keras? Apa yang kau ketahui?" jawab Aera membalikkan badannya sambil menatap Aram dengan tatapan tajam.

"ya, aku mengetahui semuanya. Kau pikir kau saja yang mendapatkan luka yang seperti itu?!" jawab Aram emosional dengan tangan yang di lipat didepan dada.

Aram terlihat emosi karena lebam yang dimiliki oleh Aera itu mengingatkannya kepada ayahnya yang melakukan tindakan kekerasan terhadap dirinya. Aera yang sedikit kaget dengan respon Aram yang tiba-tiba menjadi emosional dan meninggikan suara. Aera pun yang melihat Aram seperti itu berniat untuk Kembali ketempat duduknya. Aera berfikir untuk mengajaknya berbicara. mungkin menurutnya kata-katanya menyinggung hatinya. 

"duduklah, kau bisa menceritakan masalahmu kepadaku." Ucap Aera dengan wajah datar andalannya.

"apa pedulimu?" sinis Aram. Sambil menatap depan dengan tatapan kosong serta mata yang memanas. Seperti hendak menangis? Apakah seorang Aram akan menangis? Perlu diketahui, bahwa hati seorang Aram belum mati rasa. 

Kekerasan yang selalu di berikan oleh ayah kandungnya tidak melupakannya bahwa beliau adalah ayah kandungnya. Sesakit tubuh dan hatinya tidak melunturkan sikap bakti terhadap ayah kandungnya. karena sebelum mereka berpisah ibunya menyampaikan sebuah pesan singkat yang di berikan kepada Aram 'berbaktilah kepada ayahmu'.

"duduklah dulu, sepertinya kita mempunyai kehidupan yang sama. Jika kau menceritakan masalahmu akupun akan menceritakan masalahku." Jawab dingin seorang Aera dengan wajah tak berekspresi. Datar. 

"baiklah." Singkat Aram yang mulai duduk kembali dengan menatap Aera dengan mata yang memanas. Aram menatap mata Aera dengan tatapan yang sulit diartikan, terlihat serius. Mempertandakan bahwa masalahnya sangat nyata menimpa dirinya saat ini.

Aera pun yang juga menghadapkan tubuhnya ke Aram, mempertandakan bahwa ia siap untuk mendengarkan masalah yang menimpa Aram. Hatinya sangat yakin bahwa Aram adalah anak yang memiliki kehidupan yang sama dengannya. Hidup dengan kekerasan. Hidup menderita. Hidup yang menyakitkan.




TBC 

Could Happen?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang