Question

62 12 0
                                    

"jadi, aku ingin tanya apa cita-citamu? Kau punya cita-cita?" Tanya Aram dengan mata yang berbinar.

"hmm aku punya cita-cita ingin menjadi Arsitektur, aku ingin menjadi seperti ayahku sebagai Arsitektur sukses dan mempunyai banyak uang." Jawab Aera yang sangat bersemangat.

"Eoh?! Jinjja?!! Kau tak berbohong kan?" Aram terkejut dengan jawaban Aera yang tak sesuai ekspetasinya.

"turunkan sedikit suaramu, iya aku dari dulu ingin menjadi Arsitektur. Wae?" Aera penasaran dengan ekspresi yang ditunjukkan Aram. Kenapa begitu terkejut.

"Eoh? Mian. gwenchana, cita-citamu sama dengan cita-citaku." Menjawab dengan wajah yang berseri-seri. Aram sangat bersemangat sekali.

"Oh jinjja?! Wahh yang benar saja, kita mempunyai banyak kesamaan." Aera ikut bahagia dengan jawaban Aram yang menandakan cita-citanya sama dengan cita-citanya.

"Nee, kita mempunyai banyak kesamaan. Sepertinya takdir mempertemukan kita." Bahagia Aram yang tak ada ujungnya. "Ohh iya aku ingin tau siapa namamu? Saat kau mengenalkan diri aku tak memperhatikanmu. Aku mendengarnya tapi melupakannya. Mian." Lanjut Aram.

"tak apa, kenapa kau meminta maaf. Akupun belum mengetahui namamu," Aera mengucapkan dengan tulus dan menciptakan senyuman yang sangat manis. "perkenalkan namaku Jung Aera." Perkenalan yang sangat menyenangkan.

"perkenalkan juga namaku So Aram." Aram menjawab dengan nada yang halus dan mengembangkan senyuman lebar dibibirnya. Pastinya tak kalah manisnya dengan senyuman Aera.

"senang bertemu denganmu." Ucap Aera yang merentangkan tangannya seperti ingin memeluk teman yang ada didepannya itu.

"senang bertemu denganmu juga Aera-ssi." Akhirnya mereka berpelukan sebagai teman dengan baju yang basah. Jangan lupakan jika mereka habis kehujanan dan belum mengganti pakaian.

"baiklah, ayo kita lanjutkan." Melepas pelukan dan kembali ke awal.

"ayo! lanjutkanlah aku akan menjawabnya." Aera menjawab dengan nada yang bersemangat. Menjawab sambil menulis. Menulis? Ya, Aera menulis sesuatu.

"baiklah, aku ingin bertanya kau suka tempat wisata yang bagaimana?" Aram penasaran.

"hmm, sedikit sulit dijelaskan. Aku suka tempat wisata yang bagus dan unik seperti kebun binatang dan datang ke pemetikan buah. Bisa juga seperti wisata perhutanan yang mengandung unsur asri. Tapi aku tidak suka dengan pantai." Jawa Aera dengan percaya diri.

"eoh? Wae? Bukankah pantai mempunyai pemandangan yang bagus?" tentu saja Aram penasaran karena menurutnya pantai mempunyai pemandangan yang bagus.

"iya bagus, tapi aku mempunyai phobia terhadap pantai." Jujur Aera terhadap pertanyaan Aram.

"Nee?! Kau mempunyai phobia terhadap pantai? Pasirnya? Airnya?" Ujar Aram sedikit terkejut. Untung Aram mengetahui sekarang. Sangat mengkhawatirkan.

"Airnya. Air pantai berwarna biru kehitaman ada juga warna hitam diteluk dan hijau gelap, itu semua warna yang membuatku takut dalam air laut. Tapi di dunia nyata seperti warna cat atau aksesoris yang berwarna tersebut aku tidak takut, aku hanya takut warna tersebut jika warna itu warna yang tercantum atau yang berkaitan dengan air." Jelas Aera.

"ahhh, aku mengerti. Jadi kau takut terhadap itu?" tanya Aram memastikan.

"iya, setiap aku menemukan air yang berwarna seperti itu badanku otomatis akan bergetar dan wajahku akan sangat pucat bahkan sampai pingsan." Baiklah Aera memperjelas lebih jelas lagi.

"ahhh baiklah, aku sangat mengerti." Jawab Aram sambil menggangguk paham.

"untung saja aku mengetahui tentang itu sekarang, jika tidak aku akan menyakitinya dan menyusahkannya saat aku mengajaknya kepantai." Batin Aram sambil mengelus dadanya lega. Aram menyukai pantai, tapi dia tidak egois untuk mengajak Aera pergi kepantai hanya untuk bersenang-senang.

Could Happen?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang