Will You?

37 7 16
                                    

"Dua hari lalu aku lulus sekolah tingkat akhir," Jawab Aram.

"Lulus? Harusnya kau bahagia jika kau sudah lulus tetapi kenapa kau malah menangis?" Tanya Chanyeol lembut yang masih mengusap pipi Aram.

"Tepat dihari kelulusanku disitulah kebahagiaanku terbagi dengan kesedihan. Bahkan sudah dilenyapkan oleh kesedihan." Jawab Aram menatap Chanyeol.

"Apa maksudmu?" Chanyeol tak mengerti.

"Di hari yang sama dengan penghormatan kelulusanku, di waktu yang berbeda ayahku meninggalkan ku untuk selamanya." Aram tak bisa membendung tangisannya untuk kedua kalinya. Chanyeol terkejut akan cerita Aram.

"Ya tuhan," Reflek Chanyeol yang langsung memeluk Aram lagi.

"Kau mengerti hiks? Bagaimana jantung dan hatiku terkejut saat mendengar bahwa ayahku sudah tiada hah? Hiks hiks sakit sangat sakit." Kata Aram penuh emosional di pelukan Chanyeol.

"Aku mengerti, tenanglah tenanglah." Chanyeol memberikan pelukan ketenangan dan usapan lembut pada Aram.

"Menangislah sepuasmu, aku akan menunggumu sampai tenang baru kita akan melanjutkan perjalanan." Ucap Chanyeol. Aram yang mendengar ucapan Chanyeol semakin menangis histeris di pelukan Chanyeol.

5 menit berlalu, Aram semakin tenang. Chanyeol pun masih setia mengusap punggungnya agar Aram semakin tenang.

"Jika kau tenang saat ada yang memelukmu seperti ini, lalu siapa yang akan memelukmu jika tak ada aku?" Tanya Chanyeol yang masih mengusap punggung Aram.

"Aku mempunyai sahabat, dia yang selalu memelukku dan menenangkanku saat aku menangis." Jawab Aram.

"Begitukah? Jadi mulai saat ini kau hanya boleh memelukku saja." Ucap Chanyeol yang tak masuk akal.

"Kenapa begitu?" Balas Aram melepas pelukan.

"Sekarang kau bersamaku jadi kau hanya boleh memelukku." Jawab Chanyeol lagi.

"Tidak bisa, sekarang jalankan mobilnya." Balas Aram lagi dengan nada tak santai.

"Nee." Singkat Chanyeol tak membantah.

Sekarang mereka sudah sampai di supermarket. Mereka membeli bahan makanan yang dibutuhkan. Tak lupa mereka membeli makanan ringan untuk mengisi kulkas Chanyeol yang kosong.

Setelah puas dengan belanja semua bahan-bahan makanan. Mereka langsung pulang dan langsung memasak. Saat memasak Chanyeol membantu Aram. Iya, membantu mengacaukan.

"Ya! Astaga!" Kaget Aram melihat wajan diatas kompor terdapat api sedangkan Chanyeol bermain ponsel.

"Ya! Dimana matamu, lihatlah apa kau membakar dapur ini?" Marah Aram yang langsung mematikan kompor dan mengambil kain dibasahkan lalu menaruhnya diatas wajan untuk mematikan api.

"Astaga awas hati-hatilah." Kaget Chanyeol melihat Aram mematikan api dengan cara yang membahayakan.

"Jangan banyak bicara." Kesal Aram setelah memadamkan api diatas wajan lalu menatap Chanyeol.

"Maaf, sekretarisku mengirim file kepadaku dan aku harus mengeceknya." Jujur Chanyeol.

"Jika mengerti begitu kenapa kau menyalakan kompor?" Tanya Aram masih marah.

"Karena tad----" Kata Chanyeol terpotong.

"Sekarang kau perfilah dari dapur ini, aku akan memasak sendiri." Potong Aram.

"Tapi aku tak tega melihatmu memasak sendiri." Jawab Chanyeol.

"Aku bukan orang yang lemah, pergilah." Balas Aram menatapnya datar.

Could Happen?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang