Story

60 12 10
                                    

Dengan suasana hati yang campur aduk Aram berusaha keras untuk tidak membuat dirinya terlihat seperti hendak menangis. Matanya memanas, hatinya yang tak karuan, Emosional yang tinggi menguasai dirinya, dan tubuhnya yang bergetar menerjang dirinya.

Selama hidupnya, tidak ada yang peduli dengan kehidupannya. Tidak ada satupun yang ingin mendengar keluhannya selain tuhan. Tidak ada yang peduli akan masalahnya. Tetapi sekarang? Datanglah seorang gadis yang pertama kali memintanya untuk bercerita tantang masalahnya dan bersedia mendengarkannya.

"ada apa dengan jantungku? Perasaan sejenis apa ini? Kenapa menyesakkan sekali?" Batin Aram sambil menunduk dan memegang dadanya yang terasa menyesakkan. Air matanya menetes.

"perasaan apa ini? Kenapa aku merasa nyaman kepadanya?" Batin Aera yang memejamkan matanya.

"apa kau baik-baik saja? Kau menangis?" tanya Aera dengan menggenggam tangan Aram yang di atas meja.

"eoh? Aku tak apa." Jawab Aram sambil menunjukkan senyuman kecil. Aram tersenyum? Sudah sekian lama Aram tak pernah tersenyum saat hidupnya berganti menjadi suram. Saat ini ia pertama kali tersenyum didepan gadis yang memperhatikannya.

"baiklah, jadi apa masalahmu?" Tanya Aera dengan wajah yang sangat datar.

"arraseo, aku memiliki kehidupan yang sangat memilukan, menyakitkan dan apalah itu. Hidupku berubah menjadi sangat gelap saat kehidupan orang tuaku terpecahkan." Cerita seorang Aram dengan menundukkan kepalanya tak kuat menahan tangisan. Ia menderita? Tentu.

"apakah orang tuamu bercerai?" Tanya Aera dengan memegang bahu kanan Aram.

"nee, mereka bercerai saat aku duduk di bangku 6 SD. Hak asuhku diserahkan kepada ayah kandungku karena ibuku mantan narapidana." Ucap Aram menjawab pertanyaan Aera.

"jadi selama ini kau hidup dengan ayahmu?" Aera bertanya sambil mengambil tissue yang berada di tas miliknya dan memberikannya kepada Aram yang wajahnya sudah di basahi oleh air mata.

Aera gadis yang mempunyai sifat yang baik, namun hatinya sudah sangat keras karena kehidupannya yang menutup semuanya. Kehidupan yang keji. Kehidupan dengan penuh siksa. Kehidupan yang tak Bahagia. Kehidupan penuh dengan kekerasan. Sungguh menyakitkan bukan? Tentu saja!

"iya, selama ini aku tinggal bersama ayahku dirumah yang besar. Tinggal bersama orang yang buruk, orang yang kasar, orang yang tak memiliki perasaan. Kehidupanku berubah saat mereka berpisah. Hidup penuh dengan pukulan dan kekerasan. Sekarang aku mempunyai hidup yang suram sekali. Ayahku seorang pekerja sukses dulunya, lalu perusahaanya bangkrut karena penyelundupan uang." Aram menatap Aera yang membuat wajah bingung. Aram mengerti apa yang dibingungkan oleh Aera.  

"Hmm iya, kau pasti bingung mengapa aku tinggal di rumah yang besar sedangkan perusahaan ayahku bengkrut. Karena rumah itu bersertifikat atas nama namaku jadi setelah perusahaan ayahku bangkrut hanya rumah yang tidak diambil." jelas Aram. Aera mengangguk paham atas penjelasan Aera. 

"Jadi ayahmu tidak bekerja saat ini?" Aera penasaran 

"Ayahku bekerja di bar satu hari setelah kebangkrutan. ayahku langsung di terima kerja saat ia melamar kerja disana karena mempunyai skil dalam melakukan banyak hal, dan saat itulah sifat buruk baru yang ku terima saat ayahku pertama kerja disana." Aram menceritakan ayahnya dengan nada pilu. 

"Jadilah ayahku 4 tahun lalu sampai sekarang bisa disebut seorang yang suka mabuk dan bermain wanita. Ayahku menjadi sangat kasar kepadaku saat dia jatuh bangkrut. Setiap harinya ayahku pulang dengan wanita yang berbeda dan melakukan hal-hal yang tidak seharusnya dilakukan" Keluh kesah yang selama ini di pendam sendiri oleh Aram, namun hari ini terlampiaskan di depan seorang gadis yang masih setia mendengar ceritanya. Tangisannya pecah dan sungguh memilukan.

"Hidupku penuh dengan kekangan. Aku tidak seperti seorang anak kandung melainkan seorang pembantu di dalam rumah tersebut, yakinlah. Setiap hari aku mendapatkan pukulan dan tendangan yang menyakitkan. Setiap hari juga aku selalu mendengar omongan orang yang selalu membicarakanku. Banyak orang yang memusuhiku, menjauhiku dan mengucilkanku tapi aku tak pernah mendengarkannya. Maka dari itu aku mengalihkan semua itu hanya dengan belajar dan belajar. Aku ingin sukses dan memulai hidup yang baru. Aku ingin bahagia walaupun aku mempunyai rumah yang kecil." Lanjut Aram

Tangisan Aram pecah, tangisan yang memilukan. Aera yang mempunyai wajah dingin dan hati yang keras pun merasa iba walaupun kehidupannya sama dengan kehidupan Aram. Tak ragu, tangan Aera menggenggam tangan Aram dan menariknya ke pelukannya. Aram yang mendapatkan perlakuan seperti itu pun semakin menangis dipelukan Aera. Wajah Aera yang semula datar menjadi sedikit berekspresi. Mata Aera kini mulai memanas. Tangannya mengusap punggung Aram guna menenangkannya.

"gwenchana, kau tak sendiri aku bersamamu." Aera mengeluarkan suara sedikit bergetar. Dia menangis. Air matanya menetes dan hatinya terasa menyesakkan mendengar tangisan Aram yang memilukan.

Selang beberapa menit kemudian tangisan Aram mulai mereda, dan Aera pun bisa melepaskan pelukannya. Tangan Aera mengusap pipi Aram yang basah karena air mata. Aera melihat mata Aram yang memang nyata terlihat ada kesedihan disana. Aera menatap mata Aram dalam.

"gwenchana, aku bersamamu. Kita lewati ini bersama? Kau mau? Jika tidak aku tak akan memaksamu." Ucap Aera sambil mengusap punggung tangan Aram.

"kau mengajakku untuk lewati kehidupan ini bersama? Kau tak salah?" jawab Aram tak percaya jika Aera seorang gadis yang mempunyai wajah datar mengajaknya untuk lewati kehidupan ini bersama. Sungguh mustahil.

"tidak, ku rasa kita bisa melewati ini bersama." Jelas Aera meyakinkan.

"baiklah, sekarang kita berteman?" Aram memastikan.

"iya, mulai saat ini kita berteman." Yakin Aera yang sangat antusias dan menciptakan senyuman di wajahnya. Sungguh tak dipercaya seorang Aera yang tidak pernah tersenyum bisa tersenyum di hadapan gadis yang baru saja menjadi temannya. Jika ditanya apakah hatinya sudah tidak keras? Mungkin sudah tidak? Karena sekarang sudah ada teman yang ingin melewati kehidupan menyakitkan ini bersama.

"baiklah." Jawab Aram dengan mengembangkan senyum yang manis. "lalu bagaimana kau bisa mendapatkan luka itu?" tanya Aram kepada Aera dengan tatapan serius.

"aku akan menceritakan kepadamu." Aera menunduk, tersenyum miris. Mengingat perbuatan ibu tirinya dan ayah kandungnya melakukan perbuatan kekerasan kepadanya.

"ceritalah." Jawab Aram yang bergantian sekarang menggenggam tangan Aera yang mengepal. 



TBC

Jangan lupa Voment dung yorobun. 

makasi, borahae. 

Could Happen?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang