30 menit akhirnya Aram sampai di kediaman rumah Jung. Namun Aram tidak didepan rumahnya pas. Aram masih memantau Aera yang baru saja turun dari taksi. Setelah Aram melihat Aera yang sedikit jauh dengan taksi yang ditumpangi tadi barulah Aram bisa mengikutinya.
"Pak, aku akan turun sekarang. Bisakah anda menungguku sampai selesai? Nanti aku akan membayarnya lebih. Bagaimana? Jika kau tak menerimanya tak apa." Ujar Aram sekalian meminta sopir taksi tersebut untuk menunggunya.
"Ahh iya, tak apa turunlah. Saya akan menunggumu disini sampai kau kembali. Aku mengerti jika kau saat ini sedang khawatir terlihat jelas di wajahmu." Jawab sopir taksi tulus melemparkan senyuman.
"Terima kasih banyakk, anda sudah mengerti keadaanku." Balas Aram. Aram bersyukur hari ini ia mendapatkan sopir taksi yang sangat baik.
"Nee, sekarang turunlah." Suruh sopir tersebut.
Alasan sopir tersebut menyuruh Aram cepat turun karena wajah Aram sudah terlihat sangat khawatir. Ia juga memiliki anak yang seumuran jadi jika ia melihat raut wajah Aram yang seperti itu dia hafal betul jika ia sedang khawatir akan sesuatu.
Aram turun dari taksi dan langsung berjalan sedikit berlari kearah rumah yang sangat amat besar. Aram sedikit menguping akan pembicaraan Aera dan satpam rumah Aera.
"Nona muda, sebaiknya kau masuk. Tuan dan nyonya sudah menunggumu." Ujar satpam
"Ahh nee, terima kasih sudah memberitahuku," Jawab Aera yang pura pura bersikap seperti biasa saja tetapi didalam hatinya ada rasa takut seperti biasa. "Aku akan masuk sekarang." Ucapnya lagi sambil sedikit membungkuk.
"Iya, nona." Jawab satpam kemudian.
"Do'aku masih sama seperti kemarin untukmu nona muda." Monolog satpam dengan dirinya sendiri.
"Apa yang akan terjadi?" Batin Aram yang masih setia menguping.
Sebelum gerbang rumah Aera ditutup, Aram sesegera mungkin melangkahkan kakinya kedepan rumah Aera. Ia langsung masuk dan bertemu dengan satpam.
"Ahjussi," Panggil Aram pertama kalinya.
"Eoh? Kau siapa?" Bingung satpam.
"Aku Aram, So Aram. Sahabat Aera," Balas Aram sambil membungkukkan badannya.
"Kau sahabat nona muda? Benarkah? Kau tak berbohong kan?" Tanya satpam yang memang sedikit terkejut.
Pasalnya yang ia ketahui bahwa majikannya itu tak pernah mempunyai teman apalagi sahabat. Yang benar saja. Ini mustahil.
"Nee, aku sahabatnya dan aku tak berbohong." Jujur Aram.
"Matanya tak menyiratkan kebohongan." Batin satpam Aera.
"Ahh iya iya, baiklah apakah kau kesini mencari nona muda?" Tanya satpam.
"Ahh tidak, aku hanya mengikutinya dan memastikan bahwa dia baik-baik saja. Karena sedari pagi tadi Aera seperti tak bahagia," Jelas Aram. "Bahkan aku memancingnya dengan membeli boneka supaya dia lebih semangat dan banyak tersenyum." Jelasnya lagi.
"Ahh jadi boneka itu darinya? Dan apa dia tak tau jika kemarin malam nona muda dimarahi dan dipukuli habis habisan oleh tuan karena pulang terlalu larut." Batin satpam.
"Ahjussi?!" Panggil Aram sedikit meninggikan suaranya.
"Ahh iya iya, mian. Aku melamun." Ucapnya sambil menatap Aram serius.
"Ada apa?" Tanya Aram yang kelewat serius.
"Berhubung kau sahabatnya nona muda, aku akan memberi tahumu sedikit tentang nona muda kemarin," Ujar satpam dengan mode serius dibalas anggukan oleh Aram tandanya ia menyetujui. "Kemarin nona muda pulang terlalu larut, tuan jung dan nyonya park sudah menunggunya lama." Cerita satpam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Could Happen?
Короткий рассказGAUSA DI BACAAAA NANTI NYESEL penasaran engga guys? baca aja, gapapa. Author nya ga gigit ko. jan lupa Voment ya. makasih, borahae yorobun:3