Sampai di kelas mata Aram langsung tertuju ke bangkunya, disamping bangkunya sudah ada Aera yang duduk sambil membaca buku. Aera tak menyadari jika Aram sudah tiba disekolah.
Aram yang melihat Aera sibuk membaca buku langsung duduk di bangkunya tanpa mengeluarkan suara dan mengganggunya. Aera yang menyadari bahwa ada seseorang yang duduk disampingnya pun langsung menoleh. Aera terkejut saat melihat wajah Aram yang sangat pucat dan tidak bersemangat. Aera mulai berpikir yang tidak-tidak.
"Aram-ah? Gwenchana? Apa kau baik-baik saja?" Tanya Aera dengan nada yang khawatir namun terkesan pelan. Ia tak mau teman sekelasnya mengetahui yang sebenarnya tentang mereka berdua. Cukup mereka berdua yang tau. Bersifat rahasia.
"Aku tak apa. Jangan khawatir begitu." Jawab Aram sambil mengambil buku ditasnya dan tersenyum paksa.
"Aram-ah? Bag--"Aera belum menyelesaikan kalimatnya.
"Aera-ssi, aku sungguh tak apa hanya merasa lelah saja. Kita jadi berbicara nanti kan?" tanya Aram yang mengalihkan pembicaraan dan tersenyum paksa lagi.
"Ahh nee, jadi. Aku ingin berbicara banyak." Jawab Aera pelan. Ia masih tak percaya, Aram masih menutupi masalahnya.
"Baiklah," tersenyum dan lanjut membaca buku. "Eoh, guru sudah datang." Ujar Aram pelan pada Aera yang masih menatap Aram sedih sambil mengangguk pelan menjawab perkataan Aram.
"Benar dugaanku semalam jika Aram mempunyai masalah, tapi dia tak mau menceritakan masalahnya padaku." Aera berbicara menggunakan batin.
"Ohh Ya tuhan wajahnya sangat pucat, aku khawatir padanya. Apa yang ku dengar semalam memang dari dalam rumahnya?" Aera sesekali menatap Aram. Terdapat rasa khawatir dimata Aera.
Guru pun masuk dan memulai pembelajaran. "Baiklah anak-anak, mari kita memulai pembelajaran hari ini." Guru pun mulai menjelaskan materi.
Setelah sekian lama pembelajaran selesai. Bel jam istirahat pun sudah berbunyi saatnya bagi Aera dan Aram untuk berbicara di rooftop sekolah. Mereka berdua keluar kelas langsung menuju rooftop. Tempat yang dimana mengandung kesunyian dan kedamaian tanpa adanya suara yang berisik.
"Tunggu tunggu, Aram-ah." Aera berlari untuk menghentikan langkah Aram yang menaiki tangga. Pada dasarnya memang Aram lebih dulu menuju rooftop dan Aera dibelakang.
Alasan Aera berlari karena ingin mengampiri Aram yang memang sudah berjalan duluan untuk keatas. Mereka berjalan sendiri-sendiri agar tidak dilihat oleh murid lain.
"Astaga, kenapa kau berlari nanti kau jatuh." Omel Aram pada Aera.
"Tidak akan." Jawab Aera singkat sambil menyeringai.
"Dasar, ada apa kau berlari seperti itu?" Tanya Aram lembut.
"Apa kita tidak sebaiknya makan dulu Aram-ah?" Tanya Aera ragu dan memelankan suaranya.
"Tidak perlu, jika kau ingin makan makanlah dulu aku akan menunggumu diatas." Tolak Aram namun terkesan lembut.
"Heh?! Kau menolakku? Kau tak melihat kondisimu Aram-ah, badanmu sangat lemas dan wajahmu sangat pucat. Tidak ada penolakan untuk menerima ajakanku untuk makan. Ayo kita makan!" Aera setelah berbicara dan langsung mengajak Aram turun.
Aera berbicara dengan meninggikan suaranya membuat Aram bungkam. Aera yang merasa tidak diikuti oleh Aram pun menoleh keatas lagi, karena Aera sudah menuruni sekitar tiga anak tangga dari anak tangga Aram.
Aera yang melihat Aram bungkam dan tatapannya kosong langsung menyadari bahwa tindakannya sedikit berlebihan, ia membentak Aram secara tidak sadar. Rasa khawatirnya sangat tinggi, maka dari itu Aera membentak Aram tanpa sadar agar dia mau makan dan mendapat tenaga baru.
"Hem mian, dengarkan aku kau adalah temanku satu-satunya," Aera mensejajarkan kembali tubuhnya dengan tubuh temannya itu. Aera menarik napas lalu berbicara menggunakan nada lembut agar Aram mengerti akan kekhawatirannya. "Jika kau sakit siapa yang akan menjagaku nanti? Lalu siapa yang akan menolongku jika terjadi sesuatu, hmm? Kau mengerti maksudku kan, aku khawatir akan keadaanmu Aram-ah." Lanjut Aera. Nada bicaranya sangat lembut.
"Iya, aku mengerti akan maksudmu." Jawab Aram sambil menatap mata Aera dalam.
"Baiklah, bisa kita makan sekarang? Badanmu terlalu lemas." Ajak Aera. Masih menggunakan nada yang lembut.
"Bagaimana jika mereka melihat kita sedang bersama? Apa yang mereka akan pikirkan?" Aram hanya menakutkan satu hal, yaitu semua siswa melihat kedekatan antara dirinya dan Aera. Lalu dengan senonohnya mereka mencari tau masalah yang diderita oleh dirinya dan Aera.
Ketakutannya bisa jadi akan menjadi kenyataan jika masalah keluarganya dan keluarga Aera diketahui oleh orang lain atau banyak orang diluar, yang dimana dirinya dan temannya dihina bahkan sampai menyebabkan depresi.
Aram tak mau temannya mengalami depresi ataupun mendengar hinaan dari orang yang masuk kedalam telinga Aera. Aram tak membiarkan siapapun untuk melukai hati Aera ataupun fisik Aera. Karena saat ini Aera adalah temannya.
"Tidak, kita menjaga jarak. Setelah memesan dan mengambil makanan kita akan makan di atas." Jawab Aera menjawab pertanyaan Aram.
"hmm baiklah, ayo pergi." Seru Aram yang menyetujui rencana Aera.
Mereka berjalan menuju kantin dengan menjaga jarak. Setelah sampai kantin mereka membeli makanan masing-masing dan kembali ke rooftop. Mereka makan dengan diiringi canda dan tawa dari Aera untuk membuat Aram tertawa.
"Aku tau Aram-ah, kau pasti berpura-pura seolah-olah tidak terjadi apa dalam dirimu. Tapi diriku merasakan ada sesuatu yang terjadi pada dirimu. Termasuk kejadian yang terdengar dalam telingaku semalam. Aku berharap itu tidak berasal dari dirimu." Batin Aera menatap Aram yang sedang tertawa sambil memakan makanannya.
Setelah makan, mereka membersihkan sisa makanan dan mulai berbicara. Dimulai dari membicarakan sosmed, perkuliahan dan sebuah Apartemen. Apartemen? Ya mereka akan pindah ke Apartemen setelah mendapat pekerjaan paruh waktu dan meninggalkan rumah. Mereka akan tinggal bersama, mempunyai kehidupan baru.
"Eoh iya Aram-ah, aku ingin tanya kepadamu." Aera memulai membicarakan tentang masalah Aram.
"Tanyalah sebanyak yang kau mau." Tulus Aram menunjukkan senyuman lebarnya.
"Hmm, saat aku menelpon mu kemarin suaramu terdengar sedikit aneh. Kau habis melakukan apa?" Aera mulai memancing Aram untuk jujur akan masalahnya.
"Hah? Ahh aku kemarin terus menerus bernyanyi jadi suaraku sedikit serak." Alasan yang digunakan Aram untuk menjawab pertanyaan Aera.
"Begitukah? Lalu kenapa kau sangat memaksaku untuk menutup telpon kemarin?" Aera terus memancing Aram untuk jujur kepadanya.
"Saat itu kan sudah malam Aera-ssi, jadi harus tidur. Kata ibuku tidak boleh seorang gadis tidur terlalu malam." Jawab Aram tanpa menatap Aera sama sekali.
"Begitukah? Tapi saat it--" Aram memotong ucapan Aera.
"Apa tidak sebaiknya kita mengganti topik?" Potong Aram mengalihkan pembicaraan.
"Jangan berpura-pura lagi." Jawab Aera sambil menatap wajah Aram serius dengan wajah datarnya.
"Berpura-pura? Maksudmu?"
TBC
-caramel
-carol
huhu maap ya yorobunn ga up lamaa banget.
slalu have fun yaa...
ily yg suda baca!!💜💜💜
KAMU SEDANG MEMBACA
Could Happen?
Short StoryGAUSA DI BACAAAA NANTI NYESEL penasaran engga guys? baca aja, gapapa. Author nya ga gigit ko. jan lupa Voment ya. makasih, borahae yorobun:3