Gone Forever

37 9 32
                                    

Satu bulan telah berlalu. Mereka setiap hari bekerja dan bersekolah dengan semangat. Memulai kehidupan seperti biasanya penuh dengan canda dan tawa. Serta selama satu bulan penuh Aram tinggal bersama Aera di rumah pohon. Karena ayahnya belum pulang dari New York sepertinya?

Mereka sedang menghadapi ujian selama dua minggu penuh untuk menuju kelulusan. Belajar semakin keras untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Berjuang untuk mendapatkan impian.

Saat ini keduanya bergulat dengan kertas dan catatan. Hitungan serta tulisan tulisan yang sangat banyak membuat mereka seperti orang sangat frustasi. Tapi mereka tetap mengerjakan tugasnya.

Setiap hari mereka berangkat pagi dan pulang malam. Mencari uang serta berjuang menjadi orang yang berpendidikan. Berpendidikan tinggi itulah yang diinginkan Aera dan Aram. Agar nanti jika mereka sudah mempunyai anak dan akan mengajari anaknya untuk belajar setidaknya mereka bisa menjawab soal-soal yang anaknya tak paham.

Selama bekerja, mereka benar-benar hemat. Mereka tak akan membeli barang yang tak berguna. Sedikit demi sedikit uang terkumpul dan mereka memulai membuat card untuk menyimpan uang. Sekiranya menabung didalam bank.

.

.

Saat ini mereka berada di suatu gedung dimana mereka akan melaksanakan upacara kelulusan. Dua minggu telah berlalu. Setiap harinya bertemu dengan buku, angka, dan lain sebagainya. Sekarang sudah waktunya mereka untuk lulus dan menempuh Pendidikan yang lebih tinggi lagi.

Dengan penghormatan kepala sekolah yang memberikan Aera dan Aram sebuah penghargaan kelulusan akhirnya mereka dinyatakan lulus sempurna. Dengan nilai yang sangat memuaskan. Juara pertama dan kedua.

Bahagia? Jangan ditanya, mereka sangat bahagia saat ini. Sampai mereka lupa akan waktu karena merayakan kelulusan mereka di sebuah café. Mereka hari ini tidak bekerja, izin untuk merayakan kelulusan. Tentu saja manager kang mengizinkan. 

Saat ini mereka berdua duduk disebuah bangku café bersama, menikmati angin malam. Meminum coklat panas, makan cake. Itulah kebahagiaan mereka berdua, menghabiskan waktu bersama setelah kelulusan.

Tapi apakah kebahagiaan ini bertahan lama? Tidak yakin.

Pukul 8 malam mereka pulang dari café, mereka memilih untuk jalan kaki untuk pulang. Saat perjalanan menuju rumah pohon Aera, tiba tiba keajaiban muncul.

"Aram-ah? Gwenchana? Wajahmu pucat? Tangan mu pun dingin dan berkeringat. Kau kenapa?" Aera khawatir.

Benar saja, dari tadi berjalan Aram tak mengeluarkan suara. Bahkan tubuhnya menjadi lemas, wajahnya yang pucat, tangan berkeringat dingin yang saat ini di genggam oleh Aera.

"Aram-ah, kajja kita duduk dulu di kursi itu. Kau kenapa? Apa kau lelah? Apa kita naik taksi saja?" Tanya Aera khawatir dari tadi tapi satupun pertanyaan Aera tak di jawab oleh Aram.

"Ayo kita duduk dulu disini." Ucap Aera sambil nunjuk kursi pinggir jalan.

Setelah mereka duduk, Aera menggenggam serta mengelus tangan Aram untuk menghangatkan tangannya, "Ada apa? Apa kau sakit? Kita ke rumah sakit saja, ayo." Ucap Aera menarik tangan Aram untuk berdiri dan kerumah sakit, tetapi Aram menahannya.

"Wae? Kau dari tadi tak menjawab pertanyaanku, itu membuatku semakin takut. Lihatlah wajahmu Aram-ah sangat pucat sekali." Aera terlihat khawatir.

"Appa..." Aram hanya mengucapkan itu sambil memegang dada kirinya yang terasa sakit.

"Nee?" Ucap Aera bingung akan ucapan Aram.

"Sangat sakit Aera. Dadaku sakit sekali." Ucap Aram dengan suara bergetar dan menangis. Itu membuat Aera semakin khawatir dan takut.

"Nee?! Apakah sakit? Kita ke rumah sakit saja, kajja!" Ujar Aera semakin takut melihat tangisan Aram semakin menjadi. "Yaa?! Aram-ah? Ayo kita ke rumah sakit saja? Apakah sakit sekali?" Ucapnya lagi yang langsung memeluk Aram.

Could Happen?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang