6.

40.5K 3.6K 103
                                        


"Rio," panggil Marvin pada Rio yang ada di sebelahnya.

Saat ini Marvin berada di kamarnya memainkan game yang di temani oleh Rio, yang berduri layaknya patung di sebelahnya. Marvin sudah menyuruhnya duduk tapi Rio menolak. “Apa Rio itu robot,”  pikirnya.

"Iya tuan muda, apa ada yang anda butuhkan?" tanya Rio yang membuat Marvin mendengus.

"Lu ga bisa gitu manggil gw Marvin aja ?" tanya Marvin.

"Tidak bisa tuan muda, itu sudah kewajiban yang ada di mansion ini,” ucap Rio dengan senyuman.

"Nyenyenyenye, serah lu lah," ucap Marvin dan beranjak dari sana, lalu keluar kamar mengabaikan Rio yang memanggilnya.

Marvin terus berjalan ke bawah menggunakan tangga, melupakan peraturan bahwa dirinya tak boleh memakai tangga karena sudah ada lift di samping tangga itu.

Rio memanggilnya dan memperingati nya untuk tak memakai tangga, tapi lagi- lagi di acuhkan oleh Marvin.

Saat berada di tangga lantai satu, Marvin memegang pegangan tangga itu, otaknya memikirkan hal seru. Marvin nyengir dan bersiap di pinggiran itu, dia meluncur dari sana membuat Rio maupun pengawal yang melihat Marvin mendadak jantungan.

Marvin mendarat dengan sempurna di bawah yang disusul oleh Rio dengan wajah pucatnya. "T-tuan muda, jangan melakukan hal itu lagi itu berbahaya,” ucap Rio peringatin Marvin dengan keringat dingin di dahinya.

"Hei, tapi itu seru loh gw ulangi aja besok hihi," balas Marvin dengan cengirannya.

"Anda akan membuat kami jantungan, tuan muda," ucap Rio yang diacuhkan oleh Marvin.

"Daddy sama kakak kemana?" tanya Marvin pada Rio karna tak melihat kakak dan daddy nya. Terakhir kali dia bertemu tadi pagi.

"Mereka berdua, sedang ada urusan penting tuan muda," jawab Rio dengan lembut.

"Hilih urusan teros, mereka itu gw doakan encok baru tau rasa, kerjaan mulu sesekali kek godain janda di gang sebelah, itu kan lumayan bahenol oppai juga guede body wah ga usah diragukan lagi, "cerocos Marvin.

karena sudah 1 bulan dia disini, yang dia tahu daddy dan kakak nya itu jarang di rumah. Mungkin hari minggu baru ada itu pun salah satu dari mereka. Bukan jarang sih mereka hanya akan ada di rumah saat sarapan dan makan malam selebihnya mereka tak akan di rumah Marvin jadi tahu bahwa keduanya penggila kerja.

Rio hanya menggelengkan kepala mendengarkan ocehan Marvin hingga. "Tuan muda, awas didepa—" ucap Rio belum selesai—Gedebuk.
"Awsh." rintih Marvin karena pantatnya mencium lantai basah yang memang sedang di pel, dasarnya saja Marvin yang ga liat-liat jalan.

"Astaga, tuan muda,” ujar Rio sambil membantu tuan mudanya untuk bangun, karena sepertinya kaki Marvin juga keseleo.

"Astaga, pantat gw—eh maksudnya kaki gw, eh tapi dua duanya sakit sih,” keluh Marvin.

"T-tuan m-muda, saya minta maaf,” ucap maid yang sedang mengepel itu.

"Gak papa kok, santai aja," ucap Marvin.

"Kamu baru ya disini?" tanya Rio yang membuat maid itu menunduk takut.

"I-iya"

"Lain kali hati-hati dan jangan lalai karena ini bukan jam waktunya untuk mengepel, bersihkan semua jangan sampai tuan besar tau akan hal ini,” ucap Rio yang di angguki oleh maid itu

"Rio, sampai kapan lu ngebacot mending bantu gw kek," seru Marvin.

"Baik, tuan muda."

Malam hari tiba, mobil Valdo sampai di pekarangan rumahnya, dia sengaja segera menyelesaikan urusannya dengan beberapa tikus karena ingin bertemu dengan putranya. Kedatangan Valdo membuat semua pengawal serta maid yang ada di sana menunduk patuh, sementara Valdo terus berjalan dengan wajah angkuh nan tegas yang menunjukkan kepemimpinannya, dengan Geo yang setia dibelakangnya.

Marvin Arsenio  ✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang