17.

21.6K 2.1K 75
                                    

Hari yang di tunggu oleh Marvin sejak 1 minggu yang Lalu Sang Daddy berkata akan Balik ke Indonesia. Tak sia- sia Marvin melancarkan akting merajuk nya.

Fyi- keluarga William merayakan ulangtahun Alex di Mansion utama tepatnya di Rusia jika kalian kurang mengerti baca 'Darel' maka akan tau

"Cepat lah Rio jangan sampai ku ledakkan kakimu yang lama itu!" sinis Marvin menelpon Rio yang membuat Valdo maupun Arka terkejut dengan perkataan Marvin. Namun secepatnya mengubah ekspresi dengan wajah datar mereka.

"Sabar boy bukankah Rio sedang memesan pesananmu hm?" Ucap Valdo dan mengusap rambut hitam nan lebat Marvin.

Memang benar Marvin menyuruh membeli beberapa camilan oleh-oleh untuk kedua teman Lakmatnya.

"Hmph." Marvin malah bersedekap dada dan mencebbikkan bibirnya lucu yang membuat Valdo gemas langsung mengecup Pipi berisi putranya.

"Ya ampun apasih dad cium-cium!" Marvin mengusap bekas ciuman Valdo dengan tangannya. Ayolah ini Bandara oy ya kali Valdo menciumnya di tempat ramai seperti ini. Hilang lah harga dirinya sebagai badboy.

Sementara Arka yang mendengar itu menatap sinis Valdo dan menarik Marvin menjauhkan dari Valdo.

"Apa-apaan kau pak tua!"

"Apa? Aku hanya mencium putraku tak boleh?"

Mereka berdua terus berdebat hingga debatan mereka yang memperebutkan dengan siapa Marvin duduk di pesawat nanti. Membuat Marvin yang mendengarnya jengah dan malu. Ayolah di tonton oleh semua orang dan para bawahan kedua orang tua di depannya ini yang berjejer begitu banyaknya di sisi kanan maupun kiri. Tentu saja ia sangat malu.

"Terus saja berdebat atau daddy dan kaka akan ku tinggal" ucap Marvin datar yang membuat keduanya kicep.

Mereka diam hingga Rio datang dengan pesanan yang di pesan Marvin dengan terengah-engah karna berlarian.

"Baiklah karna Rio sudah datang kita berangkat!" titah Valdo yang di angguki oleh seluruh anggotanya.

Mereka bersiap di tempatnya masing-masing. Para bawahan Valdo kecuali Geo dan Rio, di tempatkan di pesawat lain yang lebih besar. Karna Valdo hanya membawa 300 bawahannya sedangkan sisanya di biarkan mengurus disini Rusia.

Penerbangan mereka membutuhkan waktu yang lama dari yang di tentukan karna Marvin merengek -baca: memaksa- ingin makan spaghetti ala prancis di sebuah kota yang mengharuskan mereka mendarat mendadak.

Setelah selesai mereka pun melanjutkan perjalanan ya hingga beberapa jam kemudian sampai di Indonesia. Mereka mendarat di suatu landasan di Tengah hutan milik Valdo yang memang sudah di sediakan untuk landasan pesawat miliknya.

Tak jauh dari sana mungkin menggunakan waktu 10 menit dengan mobil akan ada Mansion utama.  Tempat yang akan menjadi tempat tinggal barunya.

Para bawahan Valdo turun lebih dahulu untuk berjejer di samping kiri dan kanan tempat yang akan di lewati oleh tuan mereka.

Tak lupa dengan karpet yang sengaja mereka hampar ke arah 1 Mobil Limosin yang sedang menunggu kedatanagan tuan mereka.

Valdo dan Arka turun diikuti Geo dan Rio dengan Marvin yang berada di gendongan koala Arka. Mereka yang melihat Valdo turun menunduk hormat.

"SELAMAT DATANG DI INDONESIA TUAN!" ucap mereka berbarengan.

Dan ucapan mereka membuat Marvin menggeliat tak nyaman di gendongan Arka membuat Arka menatap tajam bawahannya.

"Hentikan ucapan kalian atau kurobek mulut kalian karna sudah membuat tidur adikku tak nyaman!" ucapnya dingin.

Mereka semua menunduk takut. Namun setelahnya Arka membawa Marvin ke dalam mobil yang sudah di bukakan sebelumnya. Tak lupa Valdo yang ikut masuk sementara Geo yang menyupir dan Rio yang duduk si samping Geo.

_______________

"Ajari semua Maid disini dengan benar. Aku tak mau kejadian ini terulang lagi atau kepalamu yang akan menjadi taruhannya!" bentak Valdo ke arah Austin kepala pelayan yang ada di sini.

Memang benar semua maid disini adalah yang baru karena Mansion ini di buat 1 minggu lalu setelah Geo mendapatkan Perintah dari Valdo ia langsung mengurus semuanya.

Valdo marah karna melihat Maid yang teledor. Maid itu berjalan dengan gemetar sambil membawa minuman dan tak sengaja kesandung kakinya sendiri yang membuat salah satu gelas itu terlempar ke arah Marvin yang berada di pangkuan Arka.

Dengan sigap Arka menangkis gelas itu hingga hancur yang membuat tangannya basah karna minuman itu. Untungnya saja Marvin hanya menggeliat saja dan kemudian tertidur kembali.

Arka menyerahkan Marvin ke Rio untuk membawanya ke kamar yang sudah di siapkan. Dia tak mau istirahat Marvin terganggu akan hal hal yang tak di inginkan seperti ini.

Arka menatap maid yang sedang menunduk itu datar " perbaiki pekerjaanmu dan patuhi semua peraturan disini. Kami mengampuniku karna ini pertama kalinya untukmu tapi ingat tak ada yang kedua kalinya mengerti!"

"M-mengertu tuan" jawab maid itu kemudian pergi dari sana.

"Ingat Austin di kediamanku, aku tak menginginkan pekerja yang teledor dan tak tau tempat. Aku menginginkan pekerja yang handal sekalipun hanya tukang kebun. Aku hanya menerima pekerja yang pro mengerti!" Ujar Valdo dingin.

"Mengerti tuan."

"Dan lagi untuk adikku, kau dan para maid disini tidak usah ikut campur karna dia sudah ada pengawal dan pelayan pribadi. Jadi jangan sampai aku melihat para maid disini masuk ke kamar adikku atau mengurus keperluannya tanpa seizin kami" tambah Arka. Austin mengangguk mengerti.

"Geo untuk pekerja disini biarkan Austin yang mengurusnya karna ini tanggung jawabnya. Kau urus saja di perusahaan karna aku ingin menghabiskan waktu bersama putraku"titah Valdo.

"Tidak terimakasih pak tua kau berangkat kerja saja aku tak ingin menghabiskan waktu dengan pak tua bau tanah sepertimu."

"Memang siapa yang bilang dengamu bocah. Percaya diri sekali hm" jawab Valdo menatap remeh Arka.

"Ck Marvin akan bersamaku ingat itu!"

"Tidak Marvin akan bersama daddy tampan nya."

"Kau sudah bau tanah. Mengalah lah sekali padaku  pak tua. Dasar keriput!" kesal Arka.

"Makanya cari istri dan buat anak sendiri sampai berapa lama kau akan melajang hm?" lagi-lagi Valdo menatap remeh Arka.

"Sialan kau!"

"Jangan sampai juniormu itu karatan atau malah beku karna tak ada yang menghangatinya" goda Valdo.

"Oh atau jangan-jangan karna tak ada wanita yang mau menjadi pasanganmu, kau menjadi pecinta pria?"

"Kasihan sekali kau bocah. Tak apa aku menerima mu meski kau menjadi gay karna mau bagaimana pun kau tetap putra sulungku"  ucap Valdo penuh ejekan.

"AKU BUKAN GAY PAK TUA SIALAN. DARI PADA ITU  BERKACALAH KAU JUGA SAMA DASAR DUDA LAPUK! JUNIORKU BANYAK YANG MEMANJAKANNYA DARI PADA KAU YANG SERING ONANI DAN MELAKUKAN SOLO!" habis sudah kesabaran Arka.

Sementara Geo hanya menatap miris perdebatan di depan mereka karna sudah biasa. Beda halnya dengan Austin yang menatap tuannya tak percaya.

Bukankah tuannya terkenal akan wibawanya? Di bawa kemana wibawa mereka saat ini?

Geo menatap Austin mengerti dengan keterkejutannya kemudian menepukk pelan bahu Austin menyadarkannya dari keterkejutan.

"Lebih baik kau kerjakan apa yang di suruh tuan besar agar tak mendapatkan hukuman nantinya karna tuan sangat tak suka kegagalan. Biarkan saja mereka terus berdebat" ucapnya kemudian pergi.

Eh


Marvin Arsenio  ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang