28.

22.2K 2.1K 120
                                    

Marvin duduk di bangku yang di sediakan di belakangan mansion. Netranya terpejam menikmati semilir angin yang menerpa wajahnya.

Sudah 1 tahun dia menjadi anak angkat dari keluarga ini tak pernah dia merasa kekurangan kasih sayang. Semua orang yang berada disini dengan tulus membanjirinya dengan penuh kasih.

Susah senang sudah terlewati begitu saja. Banyak hal yang terjadi termasuk kematian Rio.

Marvin penasaran kenapa kehilangan Rio begitu berat dari pada kehilangan sang ibu? Dia bertanya-tanya pada diri sendiri mengapa ia tak sesedih ini saat di tinggal ibunya.

Sungguh Marvin Durhaka pada ibunya. Berharap jika ayahnya akan memaafkan Marvin atas ini, karena sedikitpun ia tak merasa kehilangan. Apa karna memang dia jarang bersama sang ibu? Entahlah.

"Ngapain hm?" suara Valdo menyapa pendengaran Marvin. Tetapi dia tetap pada tempatnya, tidak bergerak dengan mata yang tetap terpejam.

"Dad terimakasih." Ucapnya dengan keadaan yang sama.

Valdo yang mendengar itu menatap heran sang putra. Ia mendekati Marvin, mengusak rambut tebal itu tak lupa mengecup kening Marvin.

"Untuk?"

"Terimakasih karena sudah mau mengangkat sebagai anak. Terimakasih karena sudah merawat ku dengan baik dan penuh kasih sayang. Terimakasih karena sudah-"

Valdo menghentikan ucapan Marvin dengan 1 jarinya  "sstt tak usah berterimakasih nak. Justru daddy yang berterima kasih padamu karena telah hadir di kehidupan daddy. berjanjilah jangan pernah meninggalkan daddy. Kamu adalah putraku jadi sudah sepatutnya kamu di lindungi dan di kasihi." ucap Valdo yang membuat Marvin lagi-lagi terharu.

Marvin memeluk erat Valdo dengan isakan yang terdengar lirih. Valdo tak berucap apa-apa kecuali menenangkan putranya dengan mengelus pelan punggung bergetar Marvin.

Sore itu Marvin menangis dengan berucap kata 'Terimakasih' berkali-kali.

"Jadi kakak tidak di peluk juga?" rajuk Arka yang baru saja datang bersama Geo.

"Sini." bukan Marvin melainkan Valdo yang memanggil Arka dengan melambai kan tangannya yang bebas sementara tangan satunya tetap mengelus Marvin.

Arka mendengus namun kemudian ikut dalam acara 'Mari berpelukan' itu. Arka memeluk keduanya sedangkan Valdo juga mengelus rambut Putra sulungnya yang tak pernah ia sentuh itu.

Arka bergeming ketika kepalanya di usap. Tanpa sadar air matanya keluar dengan sendirinya. Ini pertama kali seumur hidup sang daddy mengusap kepalanya.

"Daddy sayang kalian." ucap Valdo tulus.

Geo yang menjadi saksi bisu keluarga kecil di depannya menatap penuh haru. Biarlah dia yang tahu betapa manisnya keluarga yang di bilang kejam dan tak pandang bulu saat membunuh mangsanya.

"Rio lihat mereka. Apa kau sudah bahagia disana?" Geo bergumam sambil memandang langit sore yang indah dengan angin sepoy-sepoy yang menyejukkan.

The end.

Hy guys Marvin end yah. Hahay pal pale pal pale.

Terimakasih sudah memberikan vote dan comment di cerita ku yang di bilang tak memuaskan ini.

Terimakasih juga atas apresiasi atas cerita ini. Kalian terbaik.

Jadi aku akan berpindah ke cerita sebelah 'Tobias Adam' jadi nantikan saja di sana oghey.

Jika suka dengan cerita seperti ini silahkan mampir di lapak ane ya ges.

Marvin Arsenio  ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang