Makan malam sudah disiapkan oleh para maid. Marvin sudah duduk tenang di tempat duduknya, mereka hanya menunggu Rian yang belum datang. Awalnya Valdo sudah menyuruh Marvin untuk memakan makanannya duluan tapi putranya itu menolak dan meminta untuk Menunggu Rian."Marvin makan!"
"Kan sudah kubilang aku nunggu Rian, daddy ga pikun kan?"
"Bocah itu terlalu lama, Marvin apa di kediamannya dulu dia tak diajarkan sopan santun!" celetuk Valdo tak suka sementara Arka hanya diam saja.
"Dad dia masi—" sebelum Marvin menyelesaikan ucapannya Rian datang dan tak tahu malunya langsung duduk di sebelah Arka dan berhadapan dengan Marvin.
"Siapa yang menyuruhmu untuk duduk di dekatku!" desis Arka dan menatap Rian tajam membuat bulu kuduknya berdiri.
"M-maaf aku kira ini tempat untukku," ujarnya.
"Pindah!" bentak Arka.
"Kak! Rian tetaplah disana tak apa." melihat sang adik yang membela Rian, membuat Arka ingin menuangkan sup panas yang ada di depannya ke wajah bocah di sampingnya itu.
Mereka memakan-makanannya dengan khidmat tanpa ada suara. Hanya dentingan sendok yang terdengar yang menjadi saksi dimana makanan itu masuk ke dalam mulut dan bibir sexy itu ahnn~ batin sendok
"Rio, ajarkan anak itu sopan santun dalam bersikap di keluarga ini. Aku tak mau besok pagi, dia datang dengan terlambat yang membuat Marvin terlambat untuk makan!" titah Valdo setelah mereka menyelesaikan makan malamnya.
"Jangan membantah Marvin, ini sudah menjadi keputusan daddy! Dad tak bisa mengikuti peraturan disini maka akan dad usir dari sini tanpa persetujuanmu!" Valdo langsung berucap saat melihat Marvin yang akan membantah dirinya.
Setelah mengatakan itu Valdo beranjak dari meja makan menuju ke ruang kerja miliknya. Begitu pun Arka yang langsung berdiri dan meninggalkan Mereka setelah mengecup sayang kening Marvin. Genggaman tangan Rian mengerat dan menatap nyalang Marvin.
"Ini semua karna kau anak pembawa sial!" ucapnya dan menatap tajam Marvin. Sementara Rio yang masih ada disana menatap Datar Rian.
"Ha?"
Otak Marvin meloading ucapan Rian barusan. "Jika kau tak menemui ibu waktu itu ini semua tak akan terjadi!"
"Maaf?"
"Berhentilah menyudutkan tuan muda!"
"Hmph Tuan Muda? Seingat ku ibu pernah berkata kalau ayahnya sudah mati, oh apakah kau mengemis pada mereka? Ku harap mereka tak akan bernasib sial seperti kedua orang tuaku,” ucap Rian dengan nada mengejek.
"Oh bahkan ibuku membuangmu, ck sudah di pastikan di menjajakan tubuhnya sendiri. Menjijikkan."
Dan ucapan itu membuat Rio naik pitam sungguh bocah di depannya ini menguras kesabarannya. Ayah anak sama saja tak tahu malu. Saat akan menampar Rian, Rio di kaget kan teriakan tuan mudanya.
"Eh kutil Amoeba seenaknya jidat lebar lu itu yah kalo ngomong!!!! Gw gampar juga lu!"
Teriakan menggelegar Marvin membuat Valdo maupun Arka yang tadinya sibuk langsung bergegas ke arah teriakan Marvin.
"Emang bapak sama anak ga jauh beda kelakuan macam tai!!! Lu kalo ga suka minggat aja saja!! Percuma saja gw akting ngambek satu minggu, ke dua setan itu buat nyari lu!! Eh kelakuan lu malah kek anjing!!!"
"syukur-syukur gw masih inget sama lu saat orang tua lu koid ngab!!! Demi tidak menjadikan lu gelandangan, dan berakhir kesepian macam gw dulu!!!"
"Inget yah, daddy sama kakak emang dasarnya dua setan udah terpesona sama ketampanan gw. ngapain gw ngemis!!!"
Uhuk uhuk—melihat tuan muda nya terbatuk, reflek Rio memberikan tuan mudanya air minum yang diterima langsung oleh Marvin. Rian yang mendengar teriakan Marvin menutup telinganya sedari tadi, karna Marvin teriak di dekat nya yang membuat telinganya berdengung. Sementara Valdo dan Arka meringis akan perkataan Marvin. Kenapa dia sangat percaya diri sekali dari mana nya Marvin itu tampan?
"Tidak usah berteriak Marvin!" ucap Valdo, spontan Marvin menoleh ke dirinya dengan tatapan tajam.
"Apa, dad mau bela juga dia iya?!"
Valdo meringis pelan niat hati ingin memperingati putranya agar tak berteriak tengah malam dirinya malah kena sembur. Arka menahan tawanya sungguh jika bukan karena situasi genting dia sudah pasti akan mengejek Valdo mati-matian.
"Ehem ada apa Marvin?" tanya Arka dengan wajah serius.
"Ini nih sempak anaconda sok iye ngomong gw ngemis ke kalian!" adu Marvin menggebu -gebu.
Bodo amat sama bocah di depannya ini dari kemarin udah dibaikin ngelunjak. Dikasih hati minta empedu!
Arka menatap tajam Rian sedangkan yang di tatap diam menunduk "Apa itu benar?"
"T-tidak itu tidak benar," elaknya.
Rahang Rio mengeras melihat bocah itu malah berbohong namun lagi-lagi niatnya di urungkan mendengar teriakan cetar membahana tuan mudanya. "Eh upil onta ga usah ngadi-ngadi dah. Ga usah ngelak lu ya anjing, gw sepak juga lu ha!" ucap Marvin lebih emosi.
Uhukkkkk. Uhukkkk. Bugh. Bughh—Marvin memukul dadanya berharap batuknya berkurang. Valdo yang melihat itu menahan tangan Marvin dan menyodorkan segelas air putih untuk di minum. "Sudah berteriak nya boy kita tidur. Dad ga mau tenggorokanmu sakit."
Sesudah mengatakan itu Valdo menggendong Marvin ala karung beras dan pergi dari sana tentu saja Marvin berontak. "Daddy, turunin aku. Biarkan aku nyubit ginjalnya dulu!"
"Diam Marvin!” tegas Valdo pertanda tak ingin di bantah.
"Arka bereskan semuanya!"
Marvin bungkam dan memeluk Valdo meletakkan wajahnya di ceruk leher daddynya. Dan dia menangis. Valdo yang peka mengelus surai lembut sang putra. Ia yakin ada perkataan bocah itu yang membuat Marvin seperti ini. Setelah sampai di kamar Marvin. Dia tak melepaskan pelukan Valdo, Marvin tetap menangis entah kenapa dia selalu sensitif jika menyangkut sesuatu tentang ibunya. Apa Rian benar jika dia yang membuat orang tuanya terbunuh?
"Semua baik-baik saja boy."
Kata itu diucapkan berkali kali oleh Valdo sambil memeluk erat sang putra. Setelah lama menangis akhirnya Marvin terlelap di pelukan Valdo. Mendengar dengkuran halus dari putranya Valdo menoleh ke wajah damai Marvin. Valdo kecup kelopak mata Marvin yang sedikit membengkak dan ada bekas air mata disana. Di jilat air mata itu kemudian dia berkata—Asin.
Setelah di lihat ternyata ada campuran ingus.____________
"Bukankah sudah kuperingatkan kemarin hm?"
Bukannya menjawab Rian malah menunduk dan bergetar pertanda takut. "Malam ini tidur disini. Karna bukan aku yang menghukum mu tapi pak tua itu!"
Arka keluar dari gudang setelah mengatakan itu diikuti Rio dari belakang. Tapi belum sampai di pintu Rio berucap pada Rian. "Anak yang malang," ucapnya dengan seringai di ujung bibirnya.
Rian meringkuk memikirkan nasibnya sungguh awalnya dia hanya ingin memancing emosi Marvin. Dia sama sekali tak berpikir akan seperti ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Marvin Arsenio ✔
CasualeRevisi ga lengkap. Akan di revisi besar-besaran nanti 'Kalo ga malas' . Yang sekarang ini, ga termasuk revisi, malah kek ga ada perubahan. Aku terlalu malas untuk revisi, ARGH!! Dalam hidupnya, Marvin tidak mengharapkan apapun. Mengikuti arus dan ta...