22.

17.4K 1.9K 93
                                    


"Nama gw Marvin Arsenio Dorofey yow.".

"Dimas Sanjaya."

"Nathan Dirgantara."

Setelah menyebutkan nama masing" dengan sopan mereka duduk di bangku pojok kanan di belakang. Sementara Darel menyambut mereka dengan senyum mengembang. Mengabaikan guru yang sedang menganga gak percaya dengan anak didik barunya.

Sementara yang lain hanya cengo menatap ketiganya. Apa apaan itu batin mereka.

Tadi setelah melalui perdebatan yang tak berarti akhirnya mereka memutuskan tempat duduk paling pojok belakang. Marvin sebangku dengan Darel. Di depannya ada Dimas dan Alvin yang sedang menatap tajam satu sama lain. Sedangkan di depannya lagi ada Garry dan Nathan.

"Apa liat-liat!" seru Alvin menatap kesal Dimas yang juga menatapnya.

"Gw yang liat kok lo yang sewot!"

"Tapi ga ngeliat gw juga, mau gw congkel tuh mata!"

Marvin Dkk hanya menghela nafas bosan melihat pertengkaran mereka. Sementara para siswa siswi yang lainnya menatap minat ke arah pertengkaran tersebut. Tapi tidak dengan guru yang mencoba bersabar dengan urat emosi yang terpampang di wajah nya.

"Lah serah gw dong mau liat kemana."

"Iya tau gw tampan. Tapi ga sudi gw di liat lo" ucap Alvin dengan sangat percaya diri.

"Muka kek ondel ondel aja bangga" celetuk Dimas.

"Dari pada lo muka kek waria gang sebelah."

"Lo ngehina gw!"

"Apa! Gaterima lo. Sini gelut kita!"

"Beuhh!!"

Mereka berdiri dan saling mengangkat kerah mading" . Alvin menjambak rambut Dimas dengan kuat yang membuat sang empu memekik sakit.

Tak mau kalah Dimas juga menarik rambut Alvin kuat. Terjadilah acara jambak menjambak rambut ala Alvin dan Dimas.

Semua yang ada di kelas hanya melongo dengan kejadian di depannya. Mereka berfikir akan ada adegan baju hantam kok malah acara mari jambak menjambak rambut.

Penonton kecewa. Ini mereka cowok apa cewek?

"ALVIN DIMAS KELUAR DARI JAM PELAJARAN SAYA DAN BERDIRI DI LUAR KELAS DENGAN KAKI TERANGKAT SATU DAN TARIK RAMBUT KALIAN SEPERTI YANG KALIAN LAKUKAN SAAT INI!" teriak guru yang di depan merasa kesabarannya sudah di ambang batas.

Mereka berdua memekik spontan menutup telinga mendengarkan teriakan guru. Mereka menghentikan aksinya dan keluar secara beriringan.

"Ngefans ya lo sama gw!" sinis Dimas.

"Idih pede banget kutil unta! Muka muka Babu aja sok iye."jawab Alvin tak kalah sinisnya.

"Gosah lo jalan di samping gw bangsat!"

"Gw yang duluan jalan coeg!"

"DIMAS. ALVIN!!!!"

sekalagi mereka menutup telinga mendengar teriakan guru di depan.

"Buk kami di samping anda ga usah teriak" seru Alvin.

"Iya kami ga budeg.".

"Mending gunakan suara anda dengan baik."

"Iya misalnya mendesah gitu" ucapan Alvin membuat Dimas dan lainnya menatap miris ke arahnya.

"Dasar cabul menjijikkan!" sarkas Dimas.

"Apa kau bilang!"

Guru disana hanya menghela nafas pasrah.

_______________

Marvin Arsenio  ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang