Sudah 5 hari Marvin demam tapi tak turun juga yang membuat seisi mansion gempar. Bukan hanya karena Marvin yang sakit tetapi juga sang tuan besar yang sedang dalam mood buruknya.
Marvin menolak untuk di bawa ke rumah sakit jadinya Valdo memanggil dokter pribadi di Keluarga Dorofey.
Untuk Valdo sendiri dia uring-uringan selama Marvin sakit. Karna Putra bungsunya itu menempel pada putra sulungnya. Itulah yang membuat Valdo mendapati mood yang buruk.
Marvin bahkan tak mencarinya. Saat bangun tdur Marvin akan menangis jika tak ada Arka di samping nya. Bahkan bujuk rayu Valdo sama.sekali tak.di hiraukan oleh Marvin yang membuat putra sulungnya itu tak berhenti mengejeknya.
Dan karna itu juga para bawahan Valdo baik di rumah maupun du perusahaan jadi pelampiasan kekesalan Valdo. Tak ayal mereka mendapatkan kerjaan dua kali lipat dari biasanya.
Kadang juga Valdo akan mengajak bawaannya bertarung sampai yang menjadi lawan Valdo tumbang dan pingsan.
Selama 5 hari ini lah mereka melakukan pekerjaan neraka. Tetapi mereka semua tak bisa berbuat apa selain beroda menunggu tuan muda mereka sembuh.
Karna hanya dengan itu mood tuannya akan berubah.
_____________
"Dek minum obat yah" ujar Arka lembut.
Jujur dia suka saat adiknya merengek padanya tapi bukan seperti ini yang dia mau. Tubuh lemah Marvin berada di dalam pangkuan Arka dengan usapan lembut di punggung yang di lakukan olehnya.
Sudah lima hari adiknya ini demam tapi tak ada tanda-tanda Marvin sembuh bahkan makin parah.
Tadi malam Marvin mimpi buruk yang membuat keadannta semakin buruk. Arka bukan lah orang yang lemah lembut. Dia adalah orang yang kasar dan tak berperasaan.
Tapi demi adiknya dan Khusus untuk adiknya dia bersikap lembut dan hati hati seakan takut tubuh kecil yang berada di pangkuannya ini hancur.
"Dek jangan diam ki-
Ucapan Arka terpotong saat dirinya menangkup wajah Marvin, Arka melihat darah yang mengalir dari hidung adiknya yang membuat Arka kalang kabur memanggil Rio yang sedang membuat obat untuk Marvin.
Pantas saja tadi ada cairan hangat yang ia rasakan di bahunya. Arka fikir itu adalah keringat adiknya. Marvin juga tak menjawab panggilan Arka karna mungkin adiknya itu tengah pingsan saat ini.
"Rio siapkan mobil kita kerumah sakit sekarang!"
Dengan bergerak cepat Rio memarkirkan Mobil di depan mansion tak lupa dia menghubungi Geo untuk memberitahukan kejadian ini.
Arka segera menuju ke mobil sedikit cepat dengan Marvin yang berada di dalam gednongan brydal nya.
Dengan sigap Rio membukakan pintu mobil itu. Kemudian mereka berangkat di ikuti 2 mobil lainnya di belakang.
Sesampainya di rumah sakit milik nya Arka terus saja membawanya kedalam mengabaikan para perawat rumah sakit yang melihatnya heran.
"Brian keluar kau dan rawat adikku. Jika dalam 2 menit kau tak datang aku bersumpah akan meledakkan Rumah sakit ini dan tak akan membiarkan satu pun yang bekerja di sini mendapatkan pekerjaan lainnya!" teriak Arka memanggil Brian, dokter pribadi keluarganya.
Sementara para perawat yang mendengar itu langsung berlari memanggil Dokter Brian karna takut akan ancaman Arka.
Kenapa mereka bisa lupa akan pemilik Rumah Sakit ini.
"Oh astaga kita bawa ke ruangan VVIP" ujar Brian yang baru saja datang karna kegaduhan yang di buat oleh keponakannya ini.
Arka membawa Marvin ke salah satu ruangan yang VVIP khusus keluarga Dorofey dan dengan segera Brian memeriksanya.
Sedangkan disisi Valdo.
"Apa!" kaget Valdo mendengar penuturan Geo.
Dia segera berdiri dan melangkah pergi meninggalkan Rapat penting yang sedang berjalan.
"Tuan anda mau kemana rapat belum selesai" seru salah satunya.
"Tutup mulutmu sebelum aku merobeknya" setelah mengatakan itu Valdo pergi meninggalkan mereka yang tengah bergidik ngeri.
Geo menunduk sopan "Maaf tuan Rapat kali ini kita tunda karna tuan muda kami sedang sakit."
Geo pun berlalu dari ruang rapat menyusul Tuannya meninggalkan mereka yang terbengong ria hingga akhirnya keluar dari sana.
Valdo menyetir bak kesetanan mengabaikan lalu lintas jalan. Yang ada di benaknya kini putra bungsunya. Geo mengatakan dia mendapatkan kabar dari Rio bahwa Marvin masuk Ke Rumah Sakit setelah sebelumnya mimisan.
"Eh aku di tinggal?" ucap Geo linglung.
🦊
Enghhh.
Mendengar Mavrin melenguh Valdo menghampiri brangkar dan mengelus rambut putranya pelan. Menatap intens saat mata itu mengerjap dan terbuka secara perlahan.
"Shhh eh kok kebas?"
Marvin membuka mata dan merasakan tangan kirinya kebas. Seketika pandanganya membola melihat jarum yang menancap cantik di di punggung tangan nya.
"Apa ini apa!" ucapnya histeris.
"Jangan di tarik Marvin!" Valdo menarik tangan Marvin saat melihat empunya akan menarik paksa karum infus nya.
"Ya ampun dad lepas astaga kebas!"
"Diam dan menurut!" ujar Valdo dingin dan menatap tajam Marvin.
Marvin berontak dan menatap tatapan tajam Valdo kemudian memalingkan pandangannya ke samping dan bersedekap dada.
Valdo hanya terkekeh di buatnya. Dia mengambil segelas air putih di nakas dan meminumkannya ke Marvin yang di terima baik oleh sang empu.
Marvin bedecih pelan melihat kekehan Valdo.
Dia sangat benci hal yang berbau Rumah sakit dan sebangsanya. Dia tak suka saat bangun tidur ada benda laknat itu di tangannya.
Valdo sendiri hanya bernafas lega akhirnya Marvin terbangun setelah pagi tadi membuat dirinya jantungan.
Takut jika ada apa-apa terjadi pada putra bungsunya. Tapi Brian mengatakan Marvin mimisan karna itu efek kelelahan dan demam yang di deritanya.
Sebelumnya dia akan mematahkan beberapa tulang Rio jika mengetahui terjadi hal yang tak di inginkan oleh Valdo. Namun semuanya tak terjadi karna penuturan Brian. Jadinya dia melampiaskan semuanya ke Arka.
Valdo membius Arka diam-diam saat putra sulungnya itu tertidur di sofa dengan suntikan yang dia pinta pada Brian.
Setelahnya Valdo menyuruh Geo membawa Arka ke Mansion dan menyuruh nya untuk merantai ledua tangan dan kaki Arka di tempat tidur.
Mungkin itu balasan karna kekesalannya hmph rasakan itu batin Valdo.
______________
"Huh?"
Arka mengernyit heran saat terbangun dirinya berada di kamarnya dengan selimut yang sebatas dada.
Bukannya tadi dia di rumah sakit?
Arka akan bangun tapi seperti ada yang menahannya di kedua tangan dan kakinya.
Dia menoleh ke arah ujung ranjangnya dan benar saja terdapat ujung rantai disana. Muncul perempatan di dahi Arka.
Dia di Rantai huh? 'Pasti ini ulah pak tua itu sialan awas saja nanti tunggu pembalasan ku pak tua!' batinnya kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marvin Arsenio ✔
RandomMarvin dengan kesehariannya penasaran langsung baca aja! Maaf jika bahasa campur aduk Em ada beberapa part yang mungkin ada kata mengenakkan jika kurang berkenan silahkan tinggalkan lapak inj terimakasih