26.

16.8K 1.9K 98
                                    

Sudah 2 bulan sejak kepergian Rio, Marvin lebih dekat dengan Geo yang membuat kedua tuannya selalu menatap tajam dan sinis Dirinya.

Bahkan tak tanggung-tanggung tuannya akan membuat Geo lembur dan menyuruhnya untuk tidur di siang hari agar Marvin tak menempeli Geo melulu.

Valdo dan Arka juga sudah mencoba merayu Marvin agar bersama kedua orang itu namun dengan tegas Marvin menolaknya dan itu berhasil membuat kedua orang itu ingin segera mengirim Geo jauh-jauh dari Marvin.

Seperti saat ini Marvin sedang mencari keberadaan Geo pada Valdo.

"Marvin, Geo sedang beristirahat" ujar Valdo.

"Kok bisa sih akhir-akhir ini aku lihat Geo sering tidur siang deh. Apa dia sakit?" heran Marvin. Memang benar belakangan ini dia merasa Geo tak ada waktu untuknya.

Bahkan Marvin jarang melihat Geo lantaran. Jika malam sudah menunjukkan jam 8 Marvin akan di giring untuk tertidur sebelum bertemu dengan Geo. Sedangkan jika siang Valdo mengatakan jika Geo sedang tertidur.

"Dia tidak sakit, dad hanya menyuruhnya tertidur karena di malam hari Geo mengurus semua pekerjaan daddy" tentu aja itu alibi Valdo. Dia menyeringai diam-diam.

"Lagian sih dad. Ngapain aja kalo siang! Daddy ga terlalu tua untuk mengalami sakit pinggang bukan? Heran!" celetuk Marvin.

"Daddy harus mengerjakan hal lainnya boy."

"Ck alasan aja daddy! Pokoknya ga mau tau. Aku mau ketemu Geo" kesal Marvin dan bersiap pergi dari sana tetapi tangannya di cekal oleh Valdo.

"Ish apasih dad lepasin gak!"

"Tidak. Sekarang tidur bersama daddy!" Ucap Valdo dengan nada dingin.

"Apaan sih ini masih jam 11 siang!" Marvin tentu saja menolak. Yakali dirinya di sama kan kek gadis yang harus tidur siang hari. Dia ini lelaki tampan dan dia juga sudah remaja bukan anak kecil.

"Menurut pada daddy atau dad akan membuat Geo kembali ke Rusia!"ancam Valdo yang membuat Marvin mendengus kesal. Udah tua juga mainnya ancaman heran pantas saja daddy-nya jadi duda. Memang siapa yang mau dengan tukang ancam macam Valdo?

"Ancam ae teros dasar tua bangka!" sinis Marvin. Valdo yang mendengar itu menepuk pelan bibir Marvin yang seenaknya saja bilang dirinya tua bangka.

Apa putranya tak melihat betapa tampan nan gagah daddy nya ini?

Valdo membawa Marvin ke lantai 3 tempat kamar Marvin berada. Sudah lama ia tak tidur dengan putra nakalnya ini. Apalagi sejak 2 bulan yang lalu Marvin tidur bersama Geo setiap harinya. Ia Rindu putranya.

Valdo menempatkan Marvin di kingsizenya tak lupa mengganti pakaian sang putra dengan piyama. Sementara Marvin hanya menurut saja toh ia tak bisa menolak, Marvin tak mau daddy-nya marah.

"Baiklah sudah siap" ujar Valdo. Dia juga membaringkan dirinya di samping Marvin. Spontan Marvin memiringkan tubuhnya dan memeluk Valdo bak bantal guling.

Wangi citrus menyapa indra penciuman Marvin. Bau menenangkan yang keluar dari sang daddy. Marvin mencari spot nyaman di dada Valdo.

Sedangkan Valdo hanya terkekeh dengan tingkah lucu Marvin. Ia mengelus punggung putranya sesekali menciumi Ujung kepala Marvin.

Setelah 1 jam kemudian,  cukup lama memang karena dasarnya Marvin yang tak mengantuk namun dengan elusan lembut nan sabar Dari Valdo akhirnya anak itu terlelap dalam tidurnya.

"Daddy sayang kamu nak" ucap Valdo lembut dan mengecup kedua kelopak mata Marvin.

Valdo tak pernah bersikap lembut seperti ini bahkan pada Arka. Tetapi pada Marvin dia seperti menjadi orang berbeda rasa ingin melindungi Marvin dan menjadi ayah terbaik untuk sang putra terfikirkan begitu saja saat melihat anak ini.

Lama dengan pemikirannya Valdo beranjak dari kasur dan menyelimuti Marvin sebatas dada. Tak lupa Valdo juga mengecup kening Marvin hingga akhirnya keluar dari kamar sang putra ke arah ruang kerjanya.

____________

"Marvin balikin sandal kakak!" teriak Arka yang sedari tadi berlari mengejar anak nakal yang membawa lari sandalnya.

Tadi waktu setelah selesai membersihkan diri, Arka berjalan ke walk in closed untuk mencari baju santai. Karena ini juga sudah malam. Tetapi saat akan mengambil sandal swallow yang menjadi sandal nyaman dan favorit nya selama di Indonesia tak ada, Arka kelimpungan mencarinya.

Arka juga sudah memarahi maid yang tak becus dalam bekerja hingga ia kehilangan sandal itu. Ketika Arka akan kembali ke lantainya, ia di kejutkan dengan satu sandalnya yang berada di lantai paling bawah. Sedangkan satunya berada di genggaman sang adik yang lagi tersenyum menampilkan gigi rapi nan putihnya.

Ketika Arka memintanya Marvin malah berlari ke arah belakang mansion. Dan terjadi lah kejar-kejaran antara kakak adik itu.

"Nih ambil kalo kakak bisa ngejar aku hahahhahah.." seru Marvin dengan tawa lepas yang kentara di wajah tampannya. Pada maid maupun pengawal yang melihat itu tersenyum tulus.

Karna semenjak kematian Rio ajudan dari tuan mereka. Tuan mudanya ini murung dan jarang memperlihatkan tawanya. Tetapi saat ini mereka lega saat melihat tawa itu lagi yah meski jahil nya tak berkurang sih.

"Awas yah kalo ketangkap!"

"Wleee!" ejek Marvin. Entahlah dia hanya ingin menikmati waktu saja dengan membawa kabur sang kakak.

Dia sudah mengikhlaskan kepergian Rio. Meski memang berat karena terkadang dengan tak sadar ia akan mengeluarkan air matanya secara tak sadar saat bangun tidur ataupun saat didepan Geo.

Marvin emang merasa dua bulan ini dia sering bersama Geo. Meski wajah mereka tak terlalu sama tapi sentuhan serta pelukan mereka sama, Hangat.

Marvin sampai melupakan keberadaan daddy dan kakaknya. Namun sekarang ia sadar dia mempunyai orang yang menyayangi nya dengan tulus yaitu Valdo dan Arka. Siang tadi ia baru sadar jika pelukan daddy-nya hangat seperti ia memeluk ayahnya.

Ia tak mau larut dalam kesedihan atas kematian Rio saat keluarganya mati-matian menghibur dirinya.

Marvin  mau egois. Ia juga tak mau kehilangan lagi cukup Rio saja. Jika sampai ia kehilangan keluarganya lagi maka di saat itu lah titik terendah kehidupan Marvin.

Ia berjanji akan menjaga Valdo maupun Arka. Ia sangat menyayangi mereka lebih dari apapun. Jika Tuhan memang mengizinkannya. Ia ingin terus bersama mereka sampai akhir hayatnya.

Tanpa Marvin ketahui jauh dari lubuk hari mereka.  Tanpa Valdo dan Arka sadari Marvin adalah Poros kehidupan mereka, jantungnya.

Berlebihan bukan? Tapi seperti itulah kenyataannya. Memang mereka bukanlah keluarga kandung dan tak ada ikatan darah.

Tetapi Baik Valdo, Marvin sudah seperti darah dagingnya dan adik kandung dari Arka.

Heyy mangap ya telat up nye wkwk tadi malam itu ada ituloh 🥱

Pokoknya jangan lupa vote dan comments oky

Marvin Arsenio  ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang