"E siapa sih,"
"Perasaan dari kemaren, gak Marcel gak larver sama sama sebutin depannya doang." siapa nih yang kepo? Om Jack dong lalu cowok itu mendekati Marcel yang duduk dipojok, karna setelah para alumni bersalaman dengan guru, mereka langsung pergi dari sekolah.
Zaydan mengangguk setuju, kenapa anggota larvel tidak menyebutkan nama lengkapnya saja? Kan lebih enak jika mereka tahu, apalagi ditambah perempuan itu benar benar menunjukkan wajahnya langsung, tetapi buat apa mereka ingin tahu nama dan wajahnya? Jika dipikir pikir bukankah Marcel duluan yang membuat mereka seperti ini? Jadi semua jawabanya berada pada cowok itu.
"No." apa? Apa maksud Marcel?
Cowok itu mendongak dengan menutup mata, bahunya ia senderkan pada kursi, kaki kananya ia ketuk ketukkan pada lantai hingga menimbulkan bunyi, tanganya bersedekap dada, semuanya saling tatap bertanya lewat kontak mata kecuali Derren,
"Lo percaya itu dia?"
"Apa jaminanya kalok itu dia?" lanjut Marcel walau cowok itu masih dengan posisi yang sama tetapi ia tahu bahwa temannya itu bingung, jika larvel kemarin menyebutkan nama 'E' hanya depanya saja, seperti yang dikatakan Marcel waktu itu bahwa ketua larvel nama depanya juga 'E' tapi bukan berarti perempuan yang ditumbangkan Valerin kemarin adalah ketuanya bukan? Bisa saja ada nama orang lain yang juga sama berawalan 'E.'
"Gue gak sebut tuh kalok perempuan kemarin adalah dia, lo yang sebut." nah tepat sasaran, pertanyaan Jack membuat Brayen tersenyum kemenangan ternyata bisa juga mengalahkan ucapan Marcel.
Cowok itu membuka mata dan kembali duduk seperti semula, hanya saja masih tetap menyenderkan punggungnya seperti menyepelekan ucapan Jack, tatapanya tertuju kedepan seperti tatapan...tajam? Auranya penuh mengintimidasi sekitar.
"Dengan kata lo yang sama sama sebutin depannya doang arah pembicaraan lo udah ketebak bahwa itu tertuju ke dia ketua larvel, 'gak Marcel gak larvel' ada nama gue kan? Bukannya waktu itu gue bahas ketuanya larvel?" kalah telak, Jack bungkam karna apa yang dikatakan Marcel adalah fakta tetapi ia tadi hanya mengelak, malu jika dia terus kalah adu ucapan.
"Asal lo tahu, belum tentu nama yang diteriaki anggota larvel itu dia." lanjutnya, ia tak mau diperpanjang, kenapa cuman gara gara ingin mencari tahu identitas ketua larvel membuat mereka bertengkar, ia yang memulai ia juga yang harus mengakhiri, biarlah itu menjadi urusanya tak perlu mengikut campurkan mereka, tetapi yang membuat tanda tanya terbesar adalah ada urusan apa cowok itu dengan ketua larvel?
"Benar juga si," Izam menyahuti, ah ia lama lama jadi pusing jika mengikuti permainan Marcel.
"Udah deh Cel ngomong sama lo nguras tenaga gue, padahal gak ngapa ngapain." Keifan berdecak, baru kali ini Derren mendengar keluhan cowok tukang kebo itu, biasanya cowok itu yang paling bodo amat jika menyangkut permainan yang dibuat Marcel. Lah tapi perasaan yang dari tadi ngomong sama Marcel bukannya Jack ya?
"Yuk nak kita pulang yuk nanti dicariin emak, dari pada pusing." Jack menarik pergelangan tangan Keifan membuat cowok itu menarik tanganya kembali.
"Orang jones jangan sok keras."
"Lo yang buta apa gue yang salah, jelas jelas gue narik tangan lo lembut." balas Jack tak terima, Keifan melengos tak ingin meladeni Jack sekarang ia butuh kasur untuk rebahan.
"Eh lo masih kaget gak yang tadi? Gue kaget banget bang Javas nyatain perasaanya ke Valerin," Zaydan berujar mulai membahas kejadian yang tadi dengan ekspresi yang dibuat buat lalu melirik Marcel lewat ekor matanya, cowok itu langsung berubah ekspresi menjadi datar tetapi masih dengan bersidekap dada.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARCELINO [REVISI]
Teen Fiction[FOLLOW AUTHOR SEBELUM MEMBACA] @restii_09 __________________________________________________ Auranya, tatapan tajamnya, tindakan kebengisanya, sudah hal wajar bagi mereka yang melihat itu yang tidak wajar adalah terkena dari kebrutalan dia. Tidak a...