"Bang Javas." meneliti dari bawah sampai atas ternyata memang benar cowok itu, lalu bergantian menatap gadis di sebelah Javas untuk meminta penjelasan.
"Ini tatapan lo mengartikan pertanyaan apa pemutilasian." Valerin berujar membuat Elva berubah menatap horror sedangkan Javas sudah tertawa lebih dahulu.
"Lo kenapa bisa bareng dia." Elva berbisik tepat pada wajah Valerin setelah mendekat, Javas yang mendengar itu langsung menjawab.
"Gue cuman kebetulan lewat karna Marcel lama dateng ke warung yaudah gue langsung ke sekolah, eh papasan sama bidadari." ujarnya membuat dua bola mata gadis itu memutar, detik kemudian Valerin menoleh cepat ke arah Javas membuatnya kegeeran.
"Marcel? Bang Javas?" Valerin berujar pelan masih menatap Javas, sepertinya Elva baru menyadari bukannya di hari senin semua anak kuliahan wajib masuk? Tapi ini? Javas malah lebih menemui Marcel seperti ada sesuatu yang penting.
"Ada hubungannya sama hilangnya lo?" Elva tiba-tiba berujar membuat kening Valerin berkerut menandakan kebingungan.
Javas yang mengerti situasi langsung mengalihkan pembicaraan. "Mau tetep berdiri di sini atau gue gonceng?"
"Bener kan? Pasti ada hubungannya." Elva seperti menulikan pendengarannya dan tetap mendesak Valerin untuk menjawab. Melihat gadis itu berpikir, Elva kembali berujar. "Jangan ngelak Valerin." tekannya.
Mendengar Elva menyebut namanya lengkap ia jadi paham, bukan hanya menyangkut Javas tetapi juga tertuju kepada Marcel, entahlah apa yang dipikirkan oleh Elva sekarang ini.
Memalingkan wajah dan berpikir, ia harus menjawab apa dong mana muka si Elva sekarang kayak mau nikam orang lagi. "Mikir apa lo? Mikir alasan buat jawab pertanyaan gue?" tuhkan mampus.
Memasang kuda-kuda untuk berhadapan dengan gadis itu, dan menoleh ke arah Elva perlahan nyengir duluan dah ah biar luluh dikit. "Hubungan apaan? Gue aja dari tadi-"
Brem
Deruan motor memotong pembicaraan dirinya, bukannya bersyukur karna diselamatin malah bengong menatap Marcel dengan tatapan aneh, apalagi setelah melepas helm luka yang cowok itu dapat lebih banyak dari sebelumnya.
Turun dan menghampiri gadis itu, siapa lagi jika bukan Valerin. Javas yang ingin angkat bicara jadi terhenti ketika Marcel menyentuh tangan kanan gadis itu dan menuntunnya untuk di kenakan jam tangan berwarna putih hitam.
Tau gak kalok jantung Valerin sekarang dugem di dalam, pergerakan Marcel benar-benar bikin orang jantungan moms apalagi Elva yang tadinya ndesak Valerin untuk jawab pertanyaannya sekarang jadi diam tak berkutik.
"Ma-maksudnya?" Valerin berujar memberanikan diri menatap mata cowok itu tapi hanya hendikan bahu yang ia dapat.
"Markas."
"Lo gak ada sopan santunnya gitu sama gue?" Javas protes dengan bersidekap dada, udah diusahain buat dateng ke SMA nunggu sendirian di warung tapi waktu ketemu Marcel cowok itu hanya bilang markas doang? Ckck kasian.
"Markas banyak makanan."
"Oh lo nyogok gue?"
"Ikuti gue." menulikan pendengaran, Marcel malah berbicara kepada Valerin.
"Gak bisa gitu, Elva-"
"Brayen." setelah menyelah perkataan Valerin, Marcel langsung berjalan lebih dulu agar tak membuang-buang waktu, baru saja melangkah. "VALERIN." tuhkan temen-temennya ngejar sampai sini, gadis itu langsung melangkah cepat menghampiri Marcel, eh tapi tunggu ia langsung berbalik lagi menghadap temen-temannya oh tidak! Lebih tepatnya ke arah seorang cowok yang menaiki motornya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARCELINO [REVISI]
Teen Fiction[FOLLOW AUTHOR SEBELUM MEMBACA] @restii_09 __________________________________________________ Auranya, tatapan tajamnya, tindakan kebengisanya, sudah hal wajar bagi mereka yang melihat itu yang tidak wajar adalah terkena dari kebrutalan dia. Tidak a...