Mencoba baik baik saja dihadapan semuanya, tapi Valerin tak bisa membohongi dirinya sendiri bahwa kakinya masih sangat nyeri, lalu Ayra datang langsung memakaikan jaket pada gadis itu.
Valerin melihat sekitar, sekarang mereka jadi tontonan orang yang lalu lalang dan tak ada niatan membantu, ya iyalah siapa sih yang berani kepada Angel? Mungkin dibentak saja nyali mereka sudah menciut.
Tapi ada yang aneh, kenapa tidak ada guru sama sekali yang melewati kelas atas. Biarlah Elva yang mengurusnya sebentar, dirinya akan memahami situasi terlebih dahulu. "Guru-guru kalok mau pensi emang gak ada ya?"
"Nih orang malah tanya kayak gitu." jawab Prisila. "Jawab aja sih." Prisila menghelan napas. "Ya emang gitu soalnya kan guru-guru kebanyakan sibuk dikantor diskusiin pensi jadi kita kalok udah bell langsung pulang." jelasnya, Valerin mengangguk sekarang dirinya paham.
"Lepasin gue." elak Angel lalu gadis itu mengode dua temannya. "Lepasin gak lo."
"Minta maaf dulu." Angel berdecih mendengar perkataan Elva.
Valerin mencerna membandingkan kejadiam waktu dilapangan, bukankah waktu itu juga tidak ada guru yang lalu lalang? Mereka sibuk mengajar kelas masing masing sama seperti sekarang hanya beda kegiatan, jadi gadis itu akan melancarkan aksinya disaat tidak ada guru kan?
Sepertinya ia jadi ingin bermain dengan kakak kelasnya itu, aman-aman saja kan jika gadis itu membalasnya, dan jika terkena hukumanpun tinggal bilang saja kalok kakak kelasnya yang memulai duluan, ada banyak saksi juga kok.
Ah tapi gak jadi deh, ia malas jika meladeni orang seperti itu apalagi kakinya masih nyeri, lah tapi kesempatan dirinya hilang dong untuk membalas kakak kelasnya, aduh gak tau deh.
"El, lepasin aja udah gapapa."
"Gak bisa Val, dia udah-" Valerin mengangguk sekali yang langsung dipahami oleh Elva, dan melepasnya dengan kasar.
"Au...."
"Lebay lo tante girang." si Alin sama Prisila bisa barengan gitu ya ngomongnya, lalu dibalas pelototan tajam oleh Angel.
Valerin maju selangkah mengode Elva untuk minggir. Menggunakan tangannya guna menyingkirkan rambut yang menutupi wajah setelah itu menatap Angel lapar.
Dengan pergerakan cepat gadis itu berbalik dan
Bugh
"Aduh." Angel meringis memegang bahu kirinya, satu tendangan Valerin membuat gadis itu mundur sampai dua teman Angel melindungi dari belakang yang sempat akan terjatuh, Valerin tahu batasan harus memberi pelajaran seperti apa karna jika menendang diperut atau dada itu akan sangat berbahaya bagi seorang perempuan.
Dalam sekejab semua diam, tuhkan setiap aksi yang Valerin lakukan selalu membuat semua orang diam, mungkin...jakjub?
"Lo gila?"
"Aduh udah deh, yang kalah terima aja gitu aja kok bacot." gas terus Prisil.
"Udah yuk ah gak usah ngeladenin dia, ke kelas aja." ajak Alin yang diangguki teman-temannya.
Valerin melangkah lebih dulu dan berkata tepat disebelah Angel. "Itu belum seberapa." diikuti yang lainnya jangan lupakan mulut nyinyir si Prisila.
"Haduh mbak lain kali kalok mau cari buronan yang setara sama lo, jadi kalah kan kalok yang lo sasarin itu atasan lo." lalu berjalan mengibaskan rambutnya kesamping tepat mengenai wajah Angel.
"ARGH AWAS LO."
"Liat aja tuh cewek, bakal habis sama kita."
"Tenang aja, hidupnya sekarang gak akan tenang." Angel membalas tersenyum licik walaupun sudah dikalahkan oleh Valerin.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARCELINO [REVISI]
Teen Fiction[FOLLOW AUTHOR SEBELUM MEMBACA] @restii_09 __________________________________________________ Auranya, tatapan tajamnya, tindakan kebengisanya, sudah hal wajar bagi mereka yang melihat itu yang tidak wajar adalah terkena dari kebrutalan dia. Tidak a...