"Marcel."
Menutup ruangan dan menghampiri sang daddy tak lupa duduk berhadapan dengannya. Entahlah apa arti tatapan itu sehingga Marcel tak bisa memahaminya.
"Orang lain, siapa dia?" mengetuk meja tiga kali setelah itu mendongak menatap manik mata Ganendra, tak ada kebohongan disana.
Ia tahu arah pembahasan daddynya kepada siapa, dan ia juga tahu bukan hanya satu orang yang mereka incar tapi orang terdekatnya juga akan terancam.
"I do not know," ujarnya, berbalik arah kepada salah satu bawahan Ganendra yang paling terpercaya.
"Bring it here." setelah mendapat perintah, pria itu sedikit menunduk dan pergi melakukan yang di perintahkan
"Bukti?" kembali berujar menatap sang daddy.
"Identitas?"
Bruk
Memberikan tumpukan kertas berisi data-data di atas meja tepat di depan Marcel, hanya mengambil satu lembar kertas saja sudah terpampang jelas identitasnya.
Ceklek
Mendengar itu, Marcel langsung berbalik arah melihat seorang laki-laki tengah di ikat pada bagian tangan dan matanya di tutupi oleh kain hitam. "Dia, gampang di cari." mendengar itu seketika ia paham, orang itu bukan anggota dari musuh daddynya tetapi memang dari musuh Marcel sendiri, kejadian dimana Zrevrlly hampir terkena racun membuat dirinya lebih waspada terhadap orang dekat.
Bugh
Bruk
"Uhukk uhukk." Marcel menendang tepat pada dadanya membuat laki-laki itu terbatuk, berbalik dan berjalan mengambil tumpukan kertas yang di meja setelah itu berbalik lagi berjalan menghampiri orang yang di tendangnya.
"Stupid." jongkok menatap wajah laki-laki itu, hanya hidungnya saja yang masih utuh.
"Besok ada kejutan buat lo, tahan dia." setelah membisikan itu pada telinganya, Marcel langsung pergi meninggalkan ruangan itu.
****
"Ini, makasih pak."
"Sama-sama neng."
Berkacak pinggang dan membenarkan masker agar wajahnya benar-benar tak terlihat oleh siapa-siapa, serius deh ini lukanya masih ketara banget ada bekas-bekasnya, tapi untung aja ia tak pakai motor jadi tak terlalu susah untuk menghindari teman-temannya.
"Oke Val, harus tetap ngehindar." berceloteh sambil menaik turunkan dua tangan untuk tenang.
Sekarang sudah jam setengah delapan pagi tetapi masih banyak anak SMA Jaya yang berlalu lalang ingin masuk ke sekolah, berhubung acaranya akan di adakan jam delapan pagi jadi ia masih ada waktu untuk mencari tempat yang aman agar bisa melihat orang yang akan tampil di atas panggung.
Berjalan lurus dengan tenang sesekali melirik kanan kiri jika ada salah satu temannya karna ia tadi meminta di turunkan di halte bus, setelah beberapa menit berjalan Valerin berhenti tepat di depan gerbang, memandangi sebuah hiasan di hadapannya.
Banyak balon berwana warni menempel menghiasi tembok pada sebelah kanan kiri gerbang dengan tulisan 'SELAMAT DATANG DI.' menggantung di atas tulisan 'SMA JAYA.'
"Good all." setelah mengucapkan itu ia langsung kembali berjalan tetapi tepukan bahu dari belakang membuat gadis itu cepat-cepat menoleh mendapati seorang cewek, sepertinya kakak kelasnya karna terlihat dari seragam olahraga yang cewek itu gunakan berbeda dari dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARCELINO [REVISI]
Teen Fiction[FOLLOW AUTHOR SEBELUM MEMBACA] @restii_09 __________________________________________________ Auranya, tatapan tajamnya, tindakan kebengisanya, sudah hal wajar bagi mereka yang melihat itu yang tidak wajar adalah terkena dari kebrutalan dia. Tidak a...