"Em...Kak.Marcel?" satu nama panggilan itu membuat namanya yang tak dipanggil ikut menoleh kearahnya, aduh gimana cara ngomongnya dong mana yang natap para cogan, tidak mungkin kan ia bilang bannya bocor terus nebeng ke cowok itu, ya gengsi lah nau ditaruh mana muka dia.
"Mau ngomong apa cantik?" nahkan si Brayen kumat, berujar seraya menaik turunkan alisnya menggoda, Jack berjalan mendekati Valerin yang berada di dekat motor gadis itu sendiri, lalu membisikkan sesuatu membuat semuanya tambah keheranan lalu setelah itu mengedipkan matanya sebelah dan berjalan menjauh.
"Jangan sentu-"
"Inget, cuman bekas." Zaydan menyela ketika sudah tahu Raka ingin mengatakan apa,
"Mending lo pergi, dia gak nganggep lo ada." lanjutnya, Raka mengepalkan tangan. Baiklah! Sekarang ini ia memang tidak bisa mendapatkan gadis itu kembali juga tidak bisa membuat keributan, tetapi nanti, siap siap saja mereka.
"Val gue balik." ujarnya lembut, Valerin tak menanggapi, menoleh sedikit saja tidak.
"Gue! Bakal hancurin kalian satu persatu." setelah mengucapkan itu, Raka berbalik melewati gerbang menuju ke arah segerombolannya.
"DASAR GAK JELAS." teriak Jack dari kejauhan, sekarang semua mata menatap ke arah cowok itu, siapa yang lupa dengan tindakan Jack disaat membisikkan sesuatu pada Valerin, merasa diperhatikan membuat cowok itu menyadari apa yang ingin mereka tanyakan.
Jack mengangguk mantap memberi kode gadis itu untuk maju meminta bantuan Marcel, sebenarnya Jack sudah tahu jika ban motor Valerin bocor entah karena apa, jadi cowok itu memberi usul kepada Valerin agar minta dibonceng Marcel,
Gadis itu menggeleng tanda tak setuju, apa yang dikatakan Jack itu tak sesuai dengan pemikirannya, padahal dirinya hanya ingin meminta izin apakah boleh jika ia ikut ke tempat itu, bukan tanpa alasan tetapi gadis itu memang sangat suka dihadapkan dengan yang namanya balap motor.
Jack tetap memberi kode gadis itu untuk maju, matanya terus bergerak menyuruh Valerin mengatakannya langsung kepada Marcel yang tentu saja dibalas gelengan oleh gadis itu, pasalnya sebentar lagi mereka akan latihan bela diri di Markas, jadi lebih baik bersantai dulu.
"Lo berdua kenapa woi." Brayen berujar sedari tadi melihat Jack setelah itu ke arah Valerin, gitu aja terus.
"Gak tahu gue mau pu-"
"Eit eit eit, jangan coba coba kabur ya lo asu." Keifan menarik kerah baju belakang Jack, cowok itu selalu tak hadir jika akan melakukan latihan bela diri dan berakhir besoknya dia akan menjadi sasaran Marcel.
"Opo se kon iku." elak Jack.
"Yo koen lapo kate mlayu hah." Keifan melirik sinis, Jack selalu tak ingin disalahkan walaupun sebenarnya memang salah,
"Aku gak mlayu, cuman kate moleh." begini nih jika jawa dipertemukan dengan jawa, bahasanya ituloh yang membuat mereka tidak mengerti, kenapa tidak pakai bahasa indonesia saja.
"Congormu om, goro tok."
"Ngomong apasih." Izam menyahut.
"Gue ganteng gue gak paham gue diam." Brayen berceletuk, "Mending lo kasih tahu, lo ngomong apa tadi sama dia." tunjuk Zaydan pada Valerin, mereka benar benar dibuat jengah oleh obrolan mereka berdua.
Jack tersenyum jahil, gadis itu tidak ingin memberi tahu kan bahwa bannya bocor? Baiklah dirinyalah yang akan berbicara langsung, Valerin mendelik kala mulut Jack siap mengatakan sesuatu yang tak mengenakkan.
"Gini Cel, ban motor dia-"
"Valerin." semua menatap ke arah gadis yang baru saja datang dengan membawa bola basket, "Wah ada ayang beb." Brayen berujar sampai terdengar ketelinga Elva tetapi tetap tak dihiraukan gadis itu, temannya itu memang penyelamat.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARCELINO [REVISI]
Teen Fiction[FOLLOW AUTHOR SEBELUM MEMBACA] @restii_09 __________________________________________________ Auranya, tatapan tajamnya, tindakan kebengisanya, sudah hal wajar bagi mereka yang melihat itu yang tidak wajar adalah terkena dari kebrutalan dia. Tidak a...