"VALEK." Prisila berteriak mengejar dirinya yang memakai masker,
"WOI." Alin pun sama berteriak menyusul Valerin dan Prisila dari belakang.
"JANGAN KABUR LO." Ayra tak tinggal diam, gadis itu ikut menyusul yang lainnya, Elva? Dia mah ikutan lari aja dari pada teriak-teriak, kenapa mereka bisa mengenali wajahnya sih walaupun tertutup masker, eh tapi ia masih menggunakan baju yang sama mungkin itu sebabnya mereka tahu.
Menerobos orang yang lalu lalang, tau gak mulai kapan mereka lari-larian? Mulai dari Valerin yang keluar dari UKS, dan bertepatan dengan itu acaranya sudah selesai. "Minggir-minggir bos mau lewat." Prisila bukannya ikut menerobos malah menyingkirkan orang yang menghalangi jalannya.
Valerin terus berlari sampai pada gerbang keluar sekolah ia celingukan mencari tempat persembunyian, nah itu ada pohon besar.
"Tuh-kan ke-hilangan je-jak." Prisila berujar dengan ngos-ngosan, hari ini acara Fashion Show benar-benar selesai para siswa dan siswi dipulangkan lebih awal dari biasanya.
"Mana tuh orang." Alin berujar setelah tepat berada di samping Prisila lalu Ayra dan Elva menyusul.
"Ah lo sih kurang cepet larinya." Alin kembali berujar menyalahkan gadis bermulut toa itu, jika kalian pengen tahu Prisila memakai apa jawabannya adalah seragam olga karna setiap para peserta wajib memakai baju bebas kembali setelah acara Fashion Show selesai, berhubung Prisila dateng memakai baju olga jadi gadis itu memakainya kembali.
"Kok lo nyalahin gue, situ aja lebih lemot lari belakang gue." Prisila membantah tak terima disalahkan.
"Iya juga sih." balas Alin.
Tin tin
Suara klakson mobil membuat yang berada di tengah gerbang minggir membiarkan mobil putih pengangkut barang itu masuk karna sudah sangat terlihat jelas jika yang berada di dalamnya itu berisi barang-barang untuk acara besok.
"Tahun yang ini bakal dihias kayak gimana ya, penasaran gue." Prisila berujar membuat Ayra menyahut.
"Gue berharap sih lebih bagus, soalnya ya anak kelas 10 tuh ternyata pada punya bakat terpendam tanpa kita tahu." balasnya.
"Apa hubungannya cobak hiasan sama bakat." Alin bertanya karna tak puas maksud dari Ayra.
"Karna kalok para Osis udah nemu yang bener-bener waw pasti hiasan sekolahnya juga bakal lebih waw."
"Hah? Apasih." Alin benar-benar tak mengerti jalan pikiran temannya itu, bisa-bisanya ngomong belibet dihadapan dirinya yang pintar iya sih pintar mengakui bukan di akui.
"Hei ayang be-"
Bugh
"Aduh." suara keluhan dari seseorang membuat ketiganya menoleh karna disini yang merasakan bahunya dipeluk sebelah adalah Elva jadi reflek saja gadis itu langsung menyikut perut seseorang dengan keras.
"Kak Brayen." ujar Prisila, Alin, dan Ayra secara bersamaan kecuali Elva.
"Sorry." kata Elva tak ikhlas.
"Kok kasar yang, gak tanya gue kesakitan apa gak gitu-eh yang"
"Gue duluan." pamitnya tanpa menoleh ke arah Brayen, biarkan saja ia jalan kaki asalkan tak bersama cowok itu.
"Sifat ke fakboyannya kumat." Alin berbisik pada Prisila dan Ayra membentuk satu lingkaran membuat Brayen menoleh ke arah mereka. "Ngomongin gue ya lo pada."
"Eng-enggak kok kak." Ayra berujar mewakili temannya dan didukung anggukan oleh Prisila dan Alin.
Di sisi lain Valerin masih memperhatikan dari atas sana, iya atas pohon. Ia tak menemukan cara lain selain memanjat pohon, apalagi teman-temannya itu belum pergi dari sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARCELINO [REVISI]
Teen Fiction[FOLLOW AUTHOR SEBELUM MEMBACA] @restii_09 __________________________________________________ Auranya, tatapan tajamnya, tindakan kebengisanya, sudah hal wajar bagi mereka yang melihat itu yang tidak wajar adalah terkena dari kebrutalan dia. Tidak a...