"Arti 69 apaan Bray." Zaydan duduk menghampiri cowok itu yang sedang memakan mie goreng buatan bu Inem pemilik warung. Jam sudah menunjukkan pukul delapan pagi yang berarti sudah memasuki kelas masing masing tetapi Jack, Brayen, Izam, Derren Zaydan, dan Keifan masih tetap di warung belakang sekolah, kenapa? Ya bolos lah, mau saja mereka diajak Jack bolos, kata cowok itu pulangnya bakal cepat, dari mana Jack tahu.
Brayen menoleh. "Wah gue mencium bau-bau-"
"Apa? Apa?" Zaydan menyela ngotot takut dituduh yang tidak bener tapi kan artinya memang tidak bener.
"Lo kok tanya gitu ke gue."
"Noh si Jack suruh gue tanya ke lo, kalok lo jawab bener gue dapet traktiran." tunjuk Zaydan, Brayen melirik ke arah Jack yang sedang memainkan hp diatas motornya.
"Ya pasti taulah Brayen, orang dia pernah nyoba." Keifan menjawab dari arah dalam, lah cowok itu bukannya sedari tadi tidur.
"Sialan!"
"Gue bukan lonte." sambar Brayen.
"Gak ada yang bilang lo lonte, lo sendiri yang ngomong." Izam menjawab membuat cowok itu tak terima.
"Gak gitu Zam-"
"Halah ngaku aja deh lo, dateng pagi-pagi ke markas baju acak-acakan abis itu langsung ke kamar" Keifan menyela datang dari arah dalam langsung menyeruput es yang dipesan Brayen.
"Emang dia ngapain?" Zaydan bertanya.
"Ya capeklah habis nganu."
"Astaghfirullah haladzim." Brayen mengelus dada sabar, loh bisa nyebut.
"Gue gak pernah gitu, sialan!"
"Apasih lo pada bahas apaan, gue tanya arti 69 apa tapi kenapa bahas yang lain." Zaydan yang tak mengerti, mengeluh karna pertanyaannya tak kunjung dijawab oleh cowok itu,
"Atas bawah." nahloh! Tak hanya anggota inti, semua anggota worenzo menoleh kearah sumber suara yang langsung menjawab dan tak bertele-tele, Derren tetap dengan wajah datarnya menutup mata dengan bersedekap dada menyenderkan punggungnya pada tembok sebelah Izam.
"Der lo...."
"Salah?"
Brayen menghentikan acara makannya, matanya mengerjap tak percaya, tahu dari mana cowok itu arti 69? Tetapi bukannya Izam, Keifan, dan Jack juga tahu. Hanya Zaydan saja yang tak tahu dan sok polos.
"Artinya atas bawah, lo harus traktir gue." Zaydan menunjuk Jack, tapi cowok itu nyolot tak mau. "Enak aja, gak bisa lah yang jawab harus Brayen bukan Derren, emang lo tahu artinya?"
"Lo gak buat kesepakatan ya jangan buat-buat mulut, kalok artinya gue gak tahu yang penting lo traktir gue makan." Zaydan pun sama tak terima, bisa-bisanya setelah tahu artinya cowok itu tak mau mentraktir dirinya.
"Lo kok nyolot."
"Yang ngajak ribut itu lo bukan gue." Zaydan bertambah maju didepan Jack.
"Wah congore iki njalok di jepret." mampus Jack menggunakan bahasa asalnya yang membuat Zaydan tak mengerti.
"Ayo dong ribut, gue suka keributan." Keifan berujar dengan memakan kacang, lumayan kan ada tontonan gratis.
"Udah deh lo berdua itu merusak acara makan gue." Brayen menyahut melirik sinis keduanya. "Mending lo gak usah ikutan bacot." Izam memberi usul mengundang anggukan dari para anggota worenzo.
Perasaan yang selalu suka ngajak ribut itu Jack deh, terkadang sama Brayen, kadang juga sama Keifan, anak siapa sih gemes banget saking gemesnya sampai pengen bunuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARCELINO [REVISI]
Teen Fiction[FOLLOW AUTHOR SEBELUM MEMBACA] @restii_09 __________________________________________________ Auranya, tatapan tajamnya, tindakan kebengisanya, sudah hal wajar bagi mereka yang melihat itu yang tidak wajar adalah terkena dari kebrutalan dia. Tidak a...