Sebelumnya minta maaf buat yang nungguin cerita aku yang sebelumnya aku Unpublish, alasanya private jadi insyaAllah kalok cerita ini selesai aku lanjutin ke cerita yang sebelumnya.
Tapi enggak janji ya, hehe
Selamat membaca❤!!
Cit.
Rem motor mendadak menyita perhatian semua murid yang masih lalu lalang diparkiran, padahal masih sangat pagi, tetapi sekolah ini sudah banyak yang berdatangan. Gadis itu membuka helm fullfacenya pergerakan dia membuat mereka menoleh seakan bertanya siapa dirinya.
Valerin turun meletakkan helmnya tepat di atas tangki, agak sedikit risih mengetahui sebagian orang menatapnya dengan ekspresi yang berbeda beda.
Berjalan menyusuri koridor, menghiraukan tatapan tatapan yang tidak mengenakkan tadi, untung saja hanya sedikit murid yang berjalan di koridor bertepatan dengan seorang cewek yang berlalu melewatinya.
"Permisi, boleh tanya?" cewek itu menoleh lalu mengangguk mengiyakan.
"Ruang kepala sekolah dimana?"
"Itu diseberang, yang ditengah tengah sendiri diantara deretan tiap tiap ruang." jelasnya.
Valerin cengo dengan wajah dongkol bisa bisanya cewek itu hanya menunjukkan tanpa mengantarnya, mana ruangannya banyak lagi yakali ia harus menghitung dulu baru bisa menemukan ruang yang paling tengah sendiri.
Dengan mantap dia berakting tersenyum tulus lalu mengucapkan. "Makasih." setelah itu berlalu pergi.
"Eh, lo." keberuntungan berpihak padanya, seorang laki laki berkaca mata dengan menentang buku buku melewatinya dan menoleh, ia tersenyum laki laki itu mendengar instrupsinya.
"Ruang kepala sekolah dimana ya?" tanyanya to the poin.
Membenarkan kaca mata yang mlorot lalu menatap Valerin intens. "Oh ruang kepala sekolah, dari sini kesana lo hitung aja bakal ada empat kelas yang lo lewati abis itu sampai deh diruangan pak Galen." jelasnya. Valerin mengangguk mengerti setelah itu mengucapkan terima kasih.
Setelah berjalan melewati empat kelas, sampailah dia sekarang didepan pintu ruang kepala sekolah.
Tok tok
Tidak ada sahutan sama sekali,
Tok tok
Tetap tidak ada sahutan, dengan kata 'modal nekat' Ia masuk takut takut untuk mengecek apa ada kepala sekolah atau tidak, ia melotot setelah membuka ruanganya secara lebar disana kosong tidak ada orang sama sekali, berarti ia sedari tadi menunggu siapa dong? Ah masa bodolah, tanpa permisi dia langsung masuk mendaratkan bokongnya dikursi empuk tempat Galen lalu mengangkat dua kakinya pada meja kaca didepan.
Baru saja memejamkan mata suara berat seseorang mengintrupsinya yang membuat ia langsung berdiri tegak. "Ngapain kamu seperti tadi, gak sopan." tajamnya to the poin.
Mati gue
"Em...anu tadi." kok gue jadi kayak kepergok ngelakuian sesuatu sih
KAMU SEDANG MEMBACA
MARCELINO [REVISI]
Teen Fiction[FOLLOW AUTHOR SEBELUM MEMBACA] @restii_09 __________________________________________________ Auranya, tatapan tajamnya, tindakan kebengisanya, sudah hal wajar bagi mereka yang melihat itu yang tidak wajar adalah terkena dari kebrutalan dia. Tidak a...