Terdengar suara notif dari salah satu hp yg berada di atas meja membuat sang gadis yang semula menelungkupkan wajahnya langsung mengambil dn mengecek hp nya.
"Kak Derren mana sih, hari ini gak kelihatan sama sekali" kata Prisila.
"Bukan kak Derren doang kali, temen temennya juga" Ayra menanggapi.
"Lo sadar gak sih kalok mereka gak muncul udah tiga hari ini." Alin muncul membawa nampan berisi makanan pesanan temannya.
"Kan mereka izin dongo karna ada acara." Ayra menanggapi, Prisila, Alin, dan Elva reflek menoleh ke arah gadis itu "A–apa?"
"Lo tau darimana?" Prisila menggeser pantatnya untuk lebih dekat dengan Ayra.
"Yaaa tau dari kelasnya lah, gue cari info info." ujarnya dengan cengegesan.
"Oh gitu, eh tapi gue masih kepikiran orang yang ngeluluhin hati kak Marcel." Prisila mulai menerawang kejadian dimana Marcel nyanyi disaat pensi.
"Siapa ya Val" Ayra ikut menerawang sambil menyebut nama Valerin.
"H–hah? Oh gatau gue" reflek sambil mematikan hpnya.
"Lo kenapa? Sakit?" Elva menempelkan punggung tangannya ke jidat Valerin untuk mengecek suhu tubuhnya "Gapapa gue" balasnya, mereka tidak tahu saja orang yang mereka bicarakan sedang mengirim pesan kepadanya.
****
"Gue disini betah kali." Keifan berujar dengan kurang ajarnya tidur di sofa panjang dan menjadikan pembatas sofa sebagai bantal.
Sudah tiga hari ini inti worenzo bolak balik ke rumah Marcel dan sudah tiga hari ini juga mereka izin tidak masuk sekolah dengan alasan ada acara keluarga, jika kalian mengira acara ini hanya untuk orang tua inti worenzo maka kalian salah, acara ini dan adanya inti worenzo dirumah Marcel adalah untuk membantu agar berjalan lancar birthday Ganendra yaitu Daddy Marcel, dilaksanakan malam hari ini.
"Geser jancok." siapa lagi kalok bukan Jack.
"Disono lo sialan masih kosong." balas Keifan.
"Terserah gue lah." Keifan berdiri mulai bergeser "Ganggu aja lo."
Tak tak tak
Terdengar suara high heels perempuan paruh baya sedang menuruni tangga sambil menentang paperbag berisi bungkusan makanan.
"Waduhh bundahara jangan repot repot nanti saya keenakan." Brayen dengan tidak tahu malunya mengambil alih paperbag berisi makanan itu dari tangan perempuan paruh baya.
Dia, Zrevly tersenyum melihat tingkah teman teman anaknya "Dimakan dimakan."
"Bagi." Zaydan merampas paperbag tersebut.
"Oiya yang kemaren ada acara apa di sekolah kok Marcel pake baju rapi" Zrevly memulai topik.
"Nah gini nih ya nda." Jack mulai menjelas"kan awal mula sampai berakhirnya cerita.
Izam memutar bola matanya. "Ceramah dadakan."
"Kok bisa." Zrevly menanggapi setelah cerita berakhir.
"Itu masalahnya, mak nya sendiri aja heran apalagi kita yang cuman temennya." Jack membalas seperti api membara.
"Kena pelet siapa anak itu." kata Zrevly mencemot makanan yg ada di meja.
"Oiya katanya Marcel suka anak di sekolah nah siapa tuh orangnya bisa aja kan gara gara dia." lanjutnya, Izam, Derren, Brayen, keifan, Jack, dan Zaydan reflek menoleh dan ikut berpikir.
"Loh kok diem."
"Suka ngaco Marcel klo ngomong." kata Jack.
"Cewek yang deket Marcel emang gak ada tapi yang buat Marcel suka naik darah ada." Brayen tersenyum penuh arti.
"Sok tau lo." Keifan menoyor kepala Brayen.
"Apaan sialan, maju lo sini." Brayen berdiri, Keifan ikut berdiri seperti menerima tantangan Brayen.
"Heh ssttt."
Keifan dan Brayen reflek menoleh kearah teman temannya dan Zrevly yang tertawa sampai matanya berakhir melihat Izam yang memberi tatapan tajam seperti peringatan, lalu mereka berdua duduk dengan senyum tengilnya itu.
"Jadi siapa orangnya?" tanya Zrevly menuntut masih penasaran yang dibilang Brayen.
"Dia masih kelas sepuluh nda namanya Valerin terus mukanya cantik tapi ya gitu nda orangnya ngeselin pol." Brayen seperti anak kecil yang menceritakan kejadian di sekolahnya.
"Terus ya nda–"
"Ngomongin apa." suara itu, Marcel datang secara tiba tiba dan menenteng kunci motor, semua orang yang berada di ruang tamu tersebut reflek menoleh ke arah Marcel, Brayen hanya cengar cengir mamasang tampang polosnya.
"Mau kemana." Zrevly menghampiri Marcel.
"Keluar." Marcel langsung pamitan kepada Zrevly dan melenggang pergi.
"Nanti malam ajak Valerin ke acaranya Daddy." teriak Zrevly, Marcel langsung menoleh belakang menatap tajam sang pelaku, siapa lagi kalok bukan Brayen, cowok tersebut mengkode tangannya jika bukan dia yang mempengaruhi Zrevly, lalu Marcel berjalan kembali keluar rumah lalu menuju motornya untuk ke tempat tujuan ia bertemu seorang gadis.
****
Disinilah mereka Cafe yang tak jauh dari SMA Jaya, mereka adalah Marcel dan Valerin, lihat saja penampilan Valerin sekarang jaket hitam, rok sekolah, masker, kacamata, tak lupa topi hitam karna takut ketahuan anak sekolah melihat ia dan Marcel hanya berdua saja bisa bisa fans beratnya Marcel menyerbu dirinya jika tahu bahwa itu dia.
Dua minuman datang ke arah meja mereka "Makasih." kata Valerin.
Setelah pelayan cafe tersebut pergi "Ngapain ngajak ke cafe ini." gadis itu berujar menuntut sambil was was.
"Pengen." jawaban singkat Marcel membuat Valerin menenangkan diri untuk sabar.
"Oke, tudep."
Marcel mengeluarkan kotak ke atas meja dan memberikan kotak tersebut kepada Valerin, gadis itu bingung mulai mengambil dan membuka kotak persegi sambil melihat ke arah Marcel bertanya tanya.
Setelah membaca secarik kertas "Undangan buat gue acara bokap lo?" tuntutnya, Marcel hanya mengangguk.
"Bokap lo birthday ko bisa ngundang gue? Emang tau gue? Siapa yang ngasih tau? Kalo emang dari lo, lo siapa gue? Kita deket? Cerita apa aja lo ke orang tua lo?" Valerin tidak habis pikir dengan undangan dari Marcel, ketua geng motor worenzo, dan kakak kelasnya yang tidak begitu akrab.
Marcel tidak menjawab semua pertanyaan Valerin, hanya menatap gadis itu mengintimidasi.
"Apasi plis gak ngerti gue." Valerin frustasi sendiri.
Marcel langsung berdiri "Dateng ke acara, Alexan." gadis itu melotot, tau maksut tindakan dan ucapan Marcel.
Laki laki itu tersenyum sangat manis, mengetuk meja dan menunjuk kotak yang berisi kertas undangan tersebut lalu pergi dari hadapan Valerin.
****
Haloo, huhuu baru bisa update sekarang
KAMU SEDANG MEMBACA
MARCELINO [REVISI]
Teen Fiction[FOLLOW AUTHOR SEBELUM MEMBACA] @restii_09 __________________________________________________ Auranya, tatapan tajamnya, tindakan kebengisanya, sudah hal wajar bagi mereka yang melihat itu yang tidak wajar adalah terkena dari kebrutalan dia. Tidak a...