Valerin sedikit menunduk meneliti penampilan dirinya mulai dari bawah sampai atas dan memang benar tidak ada yang salah, tetapi kenapa banyak yang melihatnya, mulai dari keluar toilet sampai dilorong banyak yang berbisik bisik ketika sesudah ia lewat, Ayra dan Alin sudah pulang duluan karna Prisila kembali bocor akibat suka mencak mencak dikelas, dan Elva masih ada perkumpulan anak anak basket dilapangan jadi tidak bisa pulang lebih cepat.
Tapi tadi juga sempat bertemu dengan Angel yang berada ditoilet ketika ia mengganti roknya dengan celana jeans, tingkah Angel juga aneh padahal tadi sudah perang besar dengan Valerin dan teman temanya.
"Serem hih."
"Tatapannya pada horror." gumam gadis itu lalu menuruni tangga dengan tergesa gesa agar cepat sampai di parkiran tak tahan dengan tatapan orang orang yang seperti ingin menikamnya.
Bugh
Ketika berbelok setelah menuruni tangga, ia terpental sampai mundur dua langkah ke belakang, sebenarnya tak sakit hanya kaget saja ada orang dibelokan tangga itu, orang itu berbalik dan Valerin mendongak ternyata cowok berbadan atletis sedang memperhatikannya dengan menaikkan satu alisnya sebelah.
"Sorry ya, tadi gue gak lihat." ia meringis menggaruk tengkuknya tak gatal, takut cowok itu marah kepadanya,
Tatapannya dikondisikan mas
Tak ada jawaban sama sekali, Valerin memilih pergi dan mengucapkan.
"Gue duluan, sorry sekali lagi." gadis itu berjalan tergesa, tetapi untung saja kakak kelas yang berada di kelas bawah sudah banyak yang pulang walaupun masih ada sedikit yang tersisa.
Gadis itu menghentikan langkahnya kala tangan seseorang memegang bahunya, dan berbalik. Ah ternyata cowok itu, dengan mata tajam bak laser sedang menghipnotis Valerin, siapa yang tidak terpanah, sedetik kemudian gadis itu tersadar menggeleng pelan,
"Gak sadar hm?" apa? Marcel berbicara lembut? Bagai petir yang menyambar dirinya, detak jantunya berpacu cepat serta nafasnyapun tercekat, getaran apa yang ada dalam dirinya hingga ingin berbicara saja rasanya susah.
"H-hah?" Valerin bertanya sekali lagi ingin memastikan bahwa telinganya tak tuli dan bahwa orang yang berada didepannya ini benar benar cowok yang waktu itu membuat dirinya dipermalukan didepan banyak orang, yaitu Marcel.
Cowok itu tak menjawab lagi, dan maju mengikis jarak antara dirinya dengan Valerin, gadis itu tak berbuat apa apa dengan mata yang berkedip kedip, tangannya telulur menyentuh punggung gadis itu.
Krek
Oh no!
Marcel menyerahkan kertas putih bertulisan besar itu kepada Valerin, memang benar tidak ada isolasi tetapi lem putih yang paling lengket membuat suara jika ditarik dari jaketnya gadis itu membaca, tulisan tangan seseorang terpampang jelas tengah mengerjainya.
GUE CANTIK GAK BOLEH SYIRIK, SINI PARA KAUM OPEN BO KUMPUL SAMA GUE.
"Shit!"
Ini pasti kerjaan Angel yang tadi mendorongnya sangat keras agar kertas yang menempel tetap kuat, dan tatapan tatapan itu pasti gara gara kata GUE CANTIK GAK BOLEH SYIRIK. padahal kan sudah tahu bahwa ada yang mengerjainya, tidak mungkin juga kan ia yang membuatnya sendiri.
Gadis itu yang ingin melepas jekatnya jadi tertahan dengan tangan seseorang, cowok itu menahannya untuk melepas jaket padahal ia hanya ingin tahu saja apakah jaket belakangnya robek, lalu ia dibuat terkejut oleh cowok itu, Marcel memegang kedua pundaknya lalu menuntun dirinya berbalik.
"Barang yang gue sentuh gak akan rusak." cowok itu berbisik tepat ditelinga kanan Valerin sampai gadis itu sedikit limbung kekiri saking tidak kuatnya dengan sesuatu aneh yang ia rasakan, entah kenapa jika berdekatan dengan cowok itu semua badan ia tak terkontrol, juga getaran aneh disekujur tubuhnya padahal jika berdekatan dengan cowok lain Valerin tak seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARCELINO [REVISI]
Teen Fiction[FOLLOW AUTHOR SEBELUM MEMBACA] @restii_09 __________________________________________________ Auranya, tatapan tajamnya, tindakan kebengisanya, sudah hal wajar bagi mereka yang melihat itu yang tidak wajar adalah terkena dari kebrutalan dia. Tidak a...