Sebuah taman sudah di hiasi sedemikian rupa dengan berbagai bunga mawar merah dan putih, bunga Lily dan bunga peacock di sekitarnya. Pendeta sudah berdiri diatas altar menunggu sepasang kekasih yang akan mengikrarkan janji suci di hadapan Tuhan, kedua orangtua dan para tamu yang hadir.
Para tamu sudah mengisi kursi-kursi yang tersedia menunggu kedua mempelai naik keatas altar. Namun, sudah hampir setengah jam berlalu kedua mempelai belum juga menampakkan diri dan berdiri diatas altar.
Para tamu mulai berbisik-bisik dan bertanya-tanya dimanakah kedua mempelainya? Kenapa mereka belum juga datang dan naik ke atas altar.
Karena lama menunggu, pendeta pun berjalan mendekati keluarga mempelai kemudian bertanya.
"Maaf, tuan. Apakah mempelainya sudah siap? Kalau sudah lebih segera panggil kemari agar kita pemberkatannya segara dimulai," Kata sang pendeta pada seorang pria paruh baya. Ayah dari salah satu mempelai.
"Tolong tunggu sebentar, pak Pendeta. Anak saya sedang menjemput kakaknya di kamar. Mungkin sebentar lagi akan tiba," Sahut seorang pria paruh baya yang bernama lengkap Jung Jaehyun.
Pendeta mengangguk, "Baiklah!" Balasnya kemudian undur diri dan kembali ke tempatnya semula.
"Kenapa Jeno lama sekali, Jae?" Seorang pria paruh baya dengan wajah yang masih terlihat cantik di usianya yang sudah berkepala empat bertanya dengan nada cemas.
Sangat kentara di wajah cantiknya, jika beliau sedang gelisah. Entah kenapa, perasaannya menjadi tidak enak. Seolah-olah akan terjadi sesuatu hari ini.
'Semoga ini hanya perasaanku saja,' do'anya dalam hati.
Ia berharap, tidak akan terjadi sesuatu hari ini. Tapi sungguh, perasaannya tidak bisa berbohong. Karena sedari tadi perasaannya benar-benar tidak tenang dan Diliputi perasaan cemas dan gelisah. Apalagi, putra sulungnya yang akan menikah belum juga datang dan berdiri diatas altar.
Mereka mengizinkan ketika Mark, putra sulung mereka sekaligus calon mempelai meminta izin kembali ke kamar. Jika seperti ini mungkin beliau akan melarangnya.
"Aku juga tidak tahu, sayang. Kita tunggu Jeno sebentar lagi, ya?" Sahutnya berusaha menenangkan sang istri.
Tidak lama kemudian, Suara langkah kaki yang tergesa-gesa terdengar mendekat. Seorang pemuda berparas tampan menghampiri kedua orang yang berdiri di depan altar dengan gelisah.
"Mark mana, Jeno? Kenapa kamu datang sendiri kesini?" Cerca seorang pria paruh baya pada si pria tampan yang ia panggil Jeno.
Tetapi si pria tampan tidak menjawab pertanyaan yang diajukkan oleh pria paruh baya yang tak lain adalah daddynya.
"Kak mark... " Si pria tampan tidak dapat melanjutkan kalimatnya karena dia bingung harus menjawab apa.
"Iya, mana Mark? Kenapa kamu datang sendiri? Kemana Mark?" Lagi, beliau mencerca si pria tampan dengan pertanyaan.
"Jeno! Kenapa kamu diam? Mendingan sekarang kamu panggil Mark suruh dia kesini sekarang! Gak enak membuat orang-orang menunggu. Jaemin juga pasti sudah menunggu," Kata sang daddy lagi menyuruh Jeno memanggil Mark. Kakaknya.
"Jeno, sebenarnya ada apa? Kenapa kamu kelihatan gelisah seperti itu, nak?" Sekarang sang mommy ikut menimpali bertanya dengan nada lembut.
Jeno beralih pada mommynya kemudian menjawab, "Kak Mark, gak ada dikamarnya, mom," Cicit Jeno tak berani menatap langsung kedua orangtuanya.
Sontak saja jawaban Jeno membuat mommy dan daddynya terkejut.
"Gak ada gimana maksud kamu? Kamu jangan bercanda, Jeno! Ini bukan waktunya buat bercanda! Lebih baik kamu kembali ke kamarnya dan panggil kakakmu kesini! karena acaranya akan segera dimulai,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Married ✔
FanfictionJeno terpaksa menggantikan posisi sang kakak menikahi Nararya Jaemin Arsyanendra. Calon istri sang kakak. Karena sebuah alasan klasik Mark pergi dihari pernikahannya. apakah Jeno dan Jaemin mampu mempertahankan pernikahan mereka atau justru berakhi...