"Untuk sementara waktu kita tinggal di apartemen ini dulu, ya?" Jeno berujar setelah membuka pintu apartemen pribadinya yang terlihat mewah.
Jaemin tidak menjawab dan hanya mengangguk singkat sebagai jawaban dan tanpa mengatakan apapun pemuda manis itu melengos begitu saja masuk kedalam apartemen melewati Jeno.
Jeno menghela nafas mendapati sikap Jaemin yang sekarang sudah berstatus menjadi istrinya itu. Ia mengerti, tidak mudah bagi Jaemin menerima ini semua. Tidak ada orang di dunia ini yang mau menikah dengan orang yang tidak pernah ia cintai maupun mencintainya. Bahkan tidak pernah terlintas di pikirannya harus menikah dengannya.
Yang Jaemin harapkan adalah kakaknya, Mark! Bukan dirinya yang menikahinya. Namun, mau dikata apa? Nasi sudah menjadi bubur, semuanya sudah terjadi. Bahkan Mark pergi meninggalkan pernikahannya begitu saja dan juga Jaemin tanpa berpikir dampak apa yang akan terjadi pada Jaemin dan keluarganya.
Jeno berpikir, kakaknya itu terlalu egois dan pengecut dengan pergi tanpa pamit. Seharusnya jika dia tidak ingin menikah dengan Jaemin, lelaki itu tidak perlu melamar dan mengajak Jaemin untuk menikah.
Jeno tidak tahu apa alasan yang membuat Mark pergi. Tapi, dia bersumpah akan mencarinya sampai ia menemukannya dan membawanya ke hadapan istrinya untuk meminta maaf dan menjelaskan apa yang membuatnya meninggalkan Jaemin.
Kemudian Jeno menyusul Jaemin masuk kedalam dengan menarik koper milik Jaemin.
Jeno mengikuti langkah Jaemin yang memasuki kamar pribadinya. Tidak! Jaemin tidak sengaja masuk kedalam kamar itu. Pemuda manis itu hanya tidak tahu letak kamar milik suaminya dan ia hanya asal masuk. Karena sungguh, saat ini dia butuh waktu sendiri dan menenangkan hatinya.
"Ini kamarku. Kalau kamu mau tidur disini nanti abang tidur dikamar lain," Cetusnya memberitahu dan lagi-lagi ia tidak mendapat jawaban dari pemuda manis itu.
"Abang taro koper kamu disini, ya,"
Jeno meletakkan koper milik Jaemin di dekat lemari lalu setelahnya ia beranjak meninggalkan kamarnya. Namun, sebelum benar-benar mencapai pintu ia kembali membalikkan tubuhnya kemudian kembali berujar.
"Kalau kamu mau mandi handuknya ada didalam lemari. Kamu bisa mengambilnya disana,"
Setelah mengatakan itu, tanpa menunggu jawaban dari Jaemin, Jeno melanjutkan langkahnya hingga benar-benar keluar dari kamar itu dan menghilang dibalik pintu.
Sepeninggal Jeno, Jaemin menjatuhkan tubuhnya diatas king size milik Jeno. Dan menangis dengan disana. Akhirnya air mata yang sedari tadi Ia tahan tumpah ruah dengan rasa sesak yang memenuhi tongga dadanya. Ia menyembunyikan wajahnya untuk meredam suara tangisannya. Ia memukulkan kepalan tangannya pada tempat tidur untuk melampiaskan kekesalannya yang bergumul di hatinya.
Tangisannya terdengar memilukan. Siapapun yang mendengarnya akan merasakan sakit yang dialami oleh Jaemin.
Dalam hati ia bertanya-tanya. Sebenarnya apa salahnya sehingga Mark sampai hati meninggalkannya begitu saja ketika pernikahan sudah didepan mata.
Beberapa saat dalam posisi seperti itu tanpa sadar Jaemin melayang ke alam mimpi tanpa mengganti pakaiannya dan membersihkan tubuhnya terlebih dahulu.
********
Sementara itu, diruang tamu Jeno sedang duduk sambil mengerjakan pekerjaannya di laptopnya. Dan tanpa terasa hari sudah menjelang malam dan sudah waktunya makan malam.
Ia menengok kearah pintu kamar dimana Jaemin berada. Tapi tidak ada tanda-tanda si empunya akan keluar dari kamar.
Jeno menghela nafasnya. Mungkin ia akan memasak terlebih dahulu untuk makan malam sebelum menghampiri Jaemin dan menyuruhnya untuk makan malam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married ✔
FanfictionJeno terpaksa menggantikan posisi sang kakak menikahi Nararya Jaemin Arsyanendra. Calon istri sang kakak. Karena sebuah alasan klasik Mark pergi dihari pernikahannya. apakah Jeno dan Jaemin mampu mempertahankan pernikahan mereka atau justru berakhi...