Married (17)

16.7K 1.2K 109
                                    

Satu bulan setelahnya...

Satu bulan sudah berlalu sejak liburan mereka sekaligus pertemuan Jeno dengan kolega bisnis kini Jeno kembali meninggalkannya untuk perjalanan bisnis ke luar negeri. Akhir-akhir ini Jeno sangat sibuk hingga waktu untuk mereka berdua berkurang. Tapi, mau bagaimana lagi? Ia tidak boleh egois karena bagaimana pun Jeno memiliki tanggung jawab untuk mengelola dua perusahaan sekaligus yakni, perusahaan ayah mertuanya dan perusahaan milik Jeno sendiri.

Perusahaan yang seharusnya Mark yang mengelolanya namun pria itu memilih meraih cita-citanya menjadi seorang dokter dan tidak ada yang bisa Jeno lakukan selain mengalah pada kakaknya. Karena ia tahu, seberapa besar keinginan Mark menjadi seorang dokter.

Dan ia pun harus mengubur cita-citanya menjadi seorang arsitek dan memilih kuliah di jurusan manajemen. Jika bukan dirinya lalu siapa lagi yang akan membantu daddynya di perusahaan?

Melihat kebahagiaan yang terpancar di wajah sang kakak saat Mark sudah mendapatkan gelarnya sebagai dokter sudah cukup baginya. Jeno begitu sayang pada Mark sehingga membuatnya rela melupakan mimpinya.

*****

Nana sedang bersantai di kamarnya dengan majalah di tangannya. Namun, suara ketukan pintu mengalihkan atensinya.

Tok tok tok...

Nana menutup majalahnya, turun dari ranjang kemudian beranjak untuk membukakan pintu.

"Ada apa, mbok?" Nana bertanya setelah membuka pintunya.

"Ada nyonya Winwin ingin bertemu dengan tuan," Kata si mbok memberitahu.

"Oh, iya makasih, mbok, nanti aku turun,"

Mama Winwin memang sering mengunjungi Nana untuk menemaninya kalau Jeno sedang melakukan perjalanan bisnis. Terkadang Renjun juga ikut menemani kalau ia sedang tidak sibuk.

"Mama," Sapa Nana seraya menghampiri sang mama.

Meraih tangan mama Winwin kemudian mencium punggung tangannya setelahnya mendudukkan dirinya di sebelah sang mama.

"Gimana sama kandungan kamu? Masih suka mual gak?"

Nana menggelengkan kepalanya, "kandungan aku baik-baik aja. Mual aku juga sekarang udah agak mendingan. Cuma aku masih belom bisa masuk dapur soalnya gak kuat nyium bau bumbu-bumbu gitu," Balas Nana.

"Syukurlah. Tapi inget apa yang di pesankan Jeno, jangan terlalu cape," Kata mama Winwin lagi.

"Iya, mama,"

Saat ini Nana memang sedang mengandung. Usia kandungannya baru menginjak lima minggu. Ternyata perubahan yang ia rasakan akhir-akhir ini terutama dari nafsu makannya yang benar-benar berubah drastis itu karena ia sedang hamil. Dan saat ia ikut bersama Jeno ke Singapura sebulan lalu ia sudah mengandung hanya saja, ia tidak merasakan tanda-tanda kehamilan pada umumnya, misalnya; morning sickness, mengidam dan tidak nafsu makan.

Nana malah kebalikannya. Nafsu makannya naik drastis dan tidak merasa mual. Dan semua itu baru ia rasakan dua minggu belakangan meskipun tidak terlalu parah sampai membuatnya hanya bisa berbaring di atas tempat tidur. Nana masih aktif pada kegiatannya dan tidak merasak lemas walaupun sesekali ia merasa mual saat mencium bau yang menurutnya sangat menyengat. Contohnya; bau aroma masakan.

Oleh karena itu, selama hampir sebulan ini ia benar-benar tidak bisa masuk ke dapur untuk memasak. Alhasil, Jeno hanya bisa memakan makanan yang di buat oleh pelayan. Jeno tidak keberatan dengan hal itu, yang terpenting adalah kesehatan istrinya dan juga calon buah hatinya.

Saat itu Jeno baru saja pulang dari kantor dan sedikit terlambat karena ia harus menyelesaikan pekerjaannya terlebih dahulu. Jam menunjukkan pukul sepuluh malam. Ia kira istrinya sudah tertidur tapi nyatanya istrinya itu sedang menunggu kepulangannya. Nana menghampiri Jeno dengan senyum yang menghiasi bibir tipisnya. Nana meraih tas kerja Jeno lalu membantu sang suami melepaskan jas dan kemejanya kemudian setelah itu ia berjalan menuju nakas yang berada tepat di samping tempat tidur. Meraih sebuah kotak berukuran sedang kemudian memberikannya pada Jeno.

Married ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang