Married (26)

11.2K 941 34
                                    

"Sayang, kamu kenapa, sih?" Jeno bertanya sembari menuruni anak tangga. Dia terus saja membuntuti istrinya yang nampak tidak nyaman berada di dekatnya.

"Ih, hubby! Aku, 'kan udah bilang, jangan deket-deket!"  Sahut Nana menyuruh sang suami untuk sedikit memberi jarak agar tidak berdekatan dengannya.

"Aku dulu yang turun duluan baru kamu. Gimana, sih?!" Lanjutnya keras kepala.

"Aku gak ngerti deh, sayang."

"Aku bilang aku dulu yang turun, hubby! Kamu diem dulu di situ. Jarak kita harus 10 anak tangga. Aku gak mau deket-deket sama kamu! Kamu ini ngerti gak, sih, apa yang aku bilang? Dan satu lagi, jangan panggil aku sayang!"

Jeno mengusap wajahnya frustasi menghadapi sikap aneh istrinya pagi ini. Sejak tadi pagi bahkan sejak bangun tidur Nana tak henti-hentinya mengomel dan menyuruhnya untuk tidak berdekatan dengannya. Entah apa yang terjadi pada istrinya itu, Jeno tidak mengerti. Karena, seingatnya ia tidak melakukan kesalahan apapun yang membuat istrinya itu mengomel. Padahal tadi malam mereka baik-baik saja. Sebelum tidur mereka masih melakukan ritual mereka yaitu cuddle dan berbincang. Saling berbagi dan menanyakan bagaimana hari ini? Dan bagaimana dengan pekerjaan hari ini? Semuanya masih nampak normal. Nana pun terlihat biasa saja.

Tapi, kenapa pagi ini istrinya itu berubah drsatis? Jeno benar-benar di buat bingung oleh perubahan tinggah istrinya.

"Kamu ngapain duduk di situ? Siapa yang nyuruh kamu duduk di situ? Aku, 'kan udah bilang jarak kita harus dua meter, hubby! Sekarang kamu pindah dan duduk di ujung sana!" Lagi. Nana mengomel dan tidak memperbolehkan Jeno duduk bersebelahan dengannya kemudian menunjuk kursi yang paling ujung.

"Kamu ini kenapa, sih, sa__ Nana? Pagi-pagi ngomel mulu. Aku ada salah sama kamu? Kalo gitu aku minta maaf."

"Kamu gak ada salah apa-apa, hubby. Tapi, aku gak suka aja liat muka kamu, apalagi denger suara kamu. Bawaannya tuh aku pengen marah-marah mulu. Please,kamu diem, jangan ngomong. Aku capek marah-marah, hubby!"

Jeno menghembuskan nafas kasar kemudian duduk di kursi yang di tunjuk oleh Nana.

Bibi yang menyiapkan sarapan pun di buat bingung dan terheran-heran dengan tingkah Nana pagi ini. Tidak biasanya dia mengomel seperti itu. Biasanya, setiap pagi Nana selalu ke dapur untuk membantunya membuatkan sarapan dan kopi untuk suaminya dengan wajah cerianya. Tapi, pagi ini tidak. Sebetulnya ada apa dengan majikannya pagi ini?

Dan lagi, biasanya Nana akan menggandeng Jeno menuju meja makan dengan mesra sambil berbincang. Pagi ini Nana benar-benar sangat berbeda.

Sembari sarapan, Jeno sesekali melirik kearah Nana yang khidmat dalam menikmati sarapannya. Tidak ada senyum yang tersungging di bibir tipisnya, bahkan terkesan datar. Jeno nampak mengingat apakah ia melakukan suatu kesalahan yang membuat sang istri marah-marah padanya. Namun, Jeno tidak merasa kalau ia melakukan kesalahan. Tapi, kenapa sikap istrinya itu sangat membingungkan.

*****

"Tuan, sebelum berangkat tadi tuan Jeno berpesan pada saya katanya tuan Jeno ingin di antarkan makan siang ke kantor." Ucap si bibi menyampaikan amanah Jeno sebelum pria tampan itu berangkat ke kantor.

"Bibi ngapain, sih, ngomongin dia? Aku, 'kan jadi kesel. Pokoknya hari ini bibi gak boleh nyebut-nyebut nama dia di depan aku!"

"Ta-tapi, tuan__"

"Tahu ah, aku kesel!"

Si bibi semakin di buat bingung. Kenapa hanya karena ia menyebut nama tuannya, Nana menjadi kesal? Sebetulnya sudah seminggu ini Nana bertingkah aneh seperti ini. Bahkan Renjun dan Putri pun di buat bingung dengan sikap Jaemin yang seolah-olah pria manis itu membenci suaminya. Renjun jadi mengingat ketika di mana dulu Nana tidak mau menerima Jeno sebagai suaminya.

Married ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang