Married (18)

15.6K 1.1K 86
                                    

Nana berdiri di depan cermin. Menyingkap kaos kebesarannya hingga sebatas dada yang memperlihatkan perutnya yang sudah terlihat sedikit membuncit karena sekarang usia kandungannya sudah memasuki trimester kedua. Ia mengamati perutnya di balik cermin. Mengusapnya lembut dengan senyum bahagia yang tak lepas dari bibirnya.

Di usia kandungannya yang menginjak 16 minggu ini Nana sudah bisa merasakan pergerakkan-pergerakkan kecil di dalam perutnya walaupun tidak begitu kentara dan Nana sangat menikmatinya.

"Mommy nggak sabar nunggu kamu lahir ke dunia, baby," Ocehnya memandang perutnya.

"Semoga baby sehat-sehat terus, ya, di dalem perut mommy." Monolog Nana lagi seolah mengajak sang buah hati berbicara.

Namun, tiba-tiba saja ia merasakan ada sepasang tangan memeluknya dari belakang. Aroma shampoo dan sabun mandi menyeruak ke indra penciumannya. Selanjutnya Nana mendapatkan sebuah kecupan di pipinya. Dan siapa lagi pelakunya kalau bukan Jeno.

"Daddy juga gak sabar nunggu babby lahir. Meramaikan rumah ini dengan suara tangisan baby," Kata Jeno ikut menimpali dengan tangan mengelus perut Nana.

Nana mengangkat tangannya lalu mengusap pipi Jeno yang bertumpu di bahunya.

"Kamu wangi banget, sayang,"

Jeno menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Nana. Menghirup aroma sang istri yang selalu ia sukai dan candu baginya.

"Hubby, pake baju dulu!" Ujar Nana dengan suara tertahan karena Jeno mulai menciumi leher dan tengkuknya dengan bibirnya. Bukan hanya sekadar mencium, ia pun mulai menyesapnya hingga menimbulkan warna kemerahan di area tersebut. Membuat tubuh Nana meremang karena sentuhan Jeno.

Suaminya memang kebiasaan. Selalu seperti ini setiap ia melakukan hal baru yang sangat ia sukai setelah ia mengandung. Jeno selalu mencari kesempatan dalam kesempitan untuk bisa menyentuhnya. Walaupun Jeno belum di perbolehkan untuk bercinta dengannya, Jeno sangat suka menyentuhnya kecuali memasukkan juniornya ke dalam dirinya. Memang sulit untuk Jeno yang harus mati-matian menahan hasratnya untuk menyentuhnya selama di trimester pertama.

"Udah, hubby! Aku mau ganti baju juga!" Protes Nana agar Jeno menghentikan kegiatannya.

"Hmm..."

Jeno tidak mengindahkan protesan Nana dan hanya bergumam sebagai jawaban. Ia terus melanjutkan kegiatannya menyesap leher dan tengkuk Nana.

Tangan Jeno menyelinap masuk kedalam kaos kebesaran Nana. Meraba perutnya dengan gerakkan sensual, semakin naik keatas dan berhenti di dada rata Nana.

"Eunghh.. Hubby, kita harus siap-siap buat ke acara kak Ibra sama kak Putri, aaakhhh..." Nana berujar di antara desahannya karena Jeno mulai memainkan putingnya dengan jemarinya.

Jeno seolah menulikan pendengarannya. Tanpa memperdulikan protesan sang istri, Jeno terus menyesap leher jenjang Nana. Nana berusaha melepaskan tangan Jeno agar menghentikan kegiatannya. Setelah berhasil ia berbalik dan menatap Jeno sebal.

"Kamu nyebelin banget sih! Kita tuh harus siap-siap buat ke acara kak Ibra sama kak Putri."

"Siapa suruh coba kamu nyingkapin baju kayak tadi? Bukan salah aku dong kalo aku tergoda?" Sanggah Jeno membela diri.

Nana merengut kesal karena Jeno balik menyalahkannya.

"Dasar kamunya aja yang mesum dan gak bisa nahan hormon kamu. Malah nyalahin aku lagi. Udah, sekarang mendingan kamu buruan pake baju nanti kita telat, hubby!" Nana mendorong tubuh Jeno agar segera bersiap.

"Satu ronde aja, sayang. Setelah itu kita siap-siap. Lagian ini masih ada waktu, kok, dan tanggung juga kita lanjutin yang tadi,"

"No way! Kita harus buru-buru nanti telat dateng kesananya, hubby! Sekarang kamu masuk terus ganti baju,"

Married ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang