Nana mematut dirinya di depan cermin yang menampilakan pantulan dirinya dengan kaos putih lengan panjang yang di padukan dengan kemeja bergaris putih biru lengan pendek. Sementara itu, kaki jenjangnya di balut celana jeans berwarna hitam. Senyum tak lepas dari bibir tipisnya. Untuk sentuhan terakhir ia menambahkan lipgloss aroma strawberry di bibirnya.
Nana benar-benar mempersiapkan semuanya untuk hari ini.
Entah kenapa hari ini ia ingin tampil cantik dan menawan di depan Jeno. Padahal biasanya ia tidak seperti ini dan terkesan tak perduli dengan penampilannya.
Dirasa sudah cuku,pada dan tidak ada yang kurang, Nana meraih tasnya kemudian bergegas keluar kam,annya u.
Hari ini Nana akan membuat kejutan untuk suaminya dengan membawakan makan siang untuknya. Ia sudah membulatkan tekadnya untuk memulai hubungan yang lebih baik dengan Jeno dan meminta maaf atas sikapnya selama ini pada Jeno.
Semalaman ia tidak bisa tidur karena memikirkan ucapan-ucapan Renjun padanya yang benar-benar mengusik pikirannya.
"Jangan terus berharap dengan sesuatu yang nggak mungkin terjadi, Na. Lo selalu berharap dia kembali sama lo dan memperbaiki hubungan kalian. Dan lo terlalu egois, Na. Lo cuman mikirin perasaan lo sendiri tanpa mikirin perasaan Jeno yang selama ini baik sama lo walaupun lo udah bersikap kurang ajar sama dia. Inget, Na! Penyesalan selalu datang di akhir. Lo bakalan nyesel kalo terus nyia-nyiain Jeno. Seseorang punya batas kesabaran dan ketika Jeno udah berada di ambang kesabarannya mungkin dia bakalan memilih berhenti dan ngelepasin lo. Membiarkan lo pergi sesuka hati lo. Karena dia berpikir, percuma dia bertahan tapi nggak pernah di hargai."
Ucapan Renjun tempo lalu terus Terngiang-ngiang dalam otaknya. Dan setelah merenung di dalam kamar akhirnya Nana memutuskan untuk menerima Jeno dalam hidupnya.
Benar apa yang di ucapkan Renjun. Apa salahnya jika ia mencoba membuka hatinya untuk Jeno lagipula selama ini Jeno selalu bersikap baik padanya dan tidak pernah marah ketika ia melakukan kesalahan. Sesabar itu Jeno menghadapi tingkah lakunya yang tidak baik.
Nana juga sudah memantapkan hatinya untuk memulai semuanya dari awal dan membuka lembaran baru bersama Jeno.
Ia harus melupakan Mark yang sekarang entah dimana keberadaannya.
Dan ia mengingat kembali ucapannya pada Renjun ketika keduanya berada di kamar nana.
"Gue akan berusaha mencintai Jeno meskipun pernikahan ini bukan dilandasi oleh cinta." Ucapnya saat itu penuh keyakinan.
"Aku berangkat sekarang, ya, bi," Pamitnya pada bibi.
"Iya. Hati-hati di jalan, tuan," Sahut bibi yang di balas acungan jempol karena Nana sudah lebih dulu beranjak dari dapur tak lupa membawa bekal yang sudah ia siapkan tadi.
Nana menaiki mobil yang sudah menunggunya didepan yang akan membawanya menuju kantor Jeno.
*****
Sementara itu disisi lain. Seorang wanita dengan kaki jenjangnya yang di balut stiletto melangkah dengan anggunnya menuju sebuah ruangan.
Suara derap langkah kakinya terdengar menggema di lorong menuju ruangan yang akan ia tuju.
Wanita itu menghentikan langkahnya di depan meja seorang sekretaris yang sedang fokus pada ponsel dan laptop di hadapannya.
"Ekhem!"
Wanita itu berdehem membuat wanita di balik meja Sekretaris terjangkit kaget lalu mengalihkan pandangannya yang sedari tadi terfokus pada ponsel dan laptop pada wanita itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married ✔
FanfictionJeno terpaksa menggantikan posisi sang kakak menikahi Nararya Jaemin Arsyanendra. Calon istri sang kakak. Karena sebuah alasan klasik Mark pergi dihari pernikahannya. apakah Jeno dan Jaemin mampu mempertahankan pernikahan mereka atau justru berakhi...