"Kayaknya hari ini ada yang lagi happy nih, Der," Ibra menyenggol bahu Deryl dengan bahunya.
"Hooh. Dari pertama dateng ke kantor tuh muka keliatan seger dan sumringah banget macem habis menangin tender," Deryl ikut menambahi sementara pandangannya terarah pada Jeno yang seolah tidak memperdulikan ocehan kedua sahabatnya.
Ibra maupun Deryl merasa aneh dengan sikap Jeno hari ini. Setibanya di kantor, senyum tak pernah luntur dari bibirnya. Dan yang membuat kebingungan Ibra dan Deryl semakin menjadi ketika Jeno membalas sapaan para karyawannya dengan tersenyum. Ini aneh! Karena tidak biasanya Jeno mau membalas sapaan karyawannya dengan senyuman.
Mereka berpikir, Jeno sedang tidak kerasukan, bukan?
Dia masih Jeno sahabatnya yang terkenal dingin dan cuek 'kan?
"Jangan-jangan Jeno gila lagi, Der, gara-gara kelamaan gak ngebor," Bisik Ibra sambil memandang Jeno yang sedang fokus dengan berkas-berkas di atas mejanya.
Ia harus segera menyelesaikan pekerjaannya agar bisa segera mengabulkan keinginan istrinya berlibur ke Swiss. Ia tidak ingin membuat istri manisnya menunggu terlalu lama.
Jeno mengingat kembali pada kejadian tadi malam. Dimana untuk pertama kalinya ia melakukannya bersama Nana.
Saat ia membuka matanya, yang pertama kali ia lihat adalah, wajah damai istrinya yang sedang terlelap dengan menyandarkan kepalanya di dadanya dengan nyamannya.
Jeno mengangkat tangannya lalu menyentuh kening turun ke hidung mancungnya semakin turun dan berhenti di bibir yang masih sangat ia hafal rasa manisnya. Ia menundukkan kepalanya mendaratkan satu kecupan di kening Nana yang tertutup rambut.
Nana yang merasa terganggu dengan sentuhan Jeno pun mulai mengerjapkan matanya. Dengan perlahan manik yang di hiasi bulu mata lentik itu pun terbuka. Sejenak keduanya berpandangan namun Nana lebih dulu memutuskannya, menunduk dengan wajah bersemu.
Ia menyembunyikan wajahnya yang memerah di dada polos dan berotot Jeno. Ia merasa malu ketika menatap wajah tampan Jeno. Ia tersipu mengingat apa yang baru saja mereka lakukan tadi malam. Malam yang penuh gairah dan memacu libido yang selama ini tertahan karena ke egoisan dirinya yang enggan menoleh kearah Jeno.
Sekarang ia sudah menjadi milik Jeno seutuhnya. Ada perasaan bahagia yang menelusup ke dalam hatinya dan ia tidak tahu bagaimana menggambarkannya. Nana merasa lega karena ia sudah menyerahkan dirinya pada pria itu. Ia merasa tidak salah membuka hatinya untuk Jeno. Sosok yang selama ini selalu bersabar menghadapi sikap kasar dan keras kepalanya.
Jeno begitu lembut. Ia memperlakukan dirinya penuh perasaan. Jeno seolah takut menyakitinya jika ia bergerak terlalu kasar. Jeno adalah sosok suami yang di idamkan banyak wanita. Sosok suami yang begitu perhatian dan sabar.
*****
"Good morning, sayang." Sapa Jeno sambil mengelus pipi Nana yang merona.
Wajah Nana bersemu mengingat kejadian semalam di tambah saat ia membuka mata yang pertama kali ia lihat adalah dada polos Jeno.
Nana semakin menyusupkan wajahnya ke dada bidang Jeno membuat Jeno tak bisa menahan kekehannya.
Istrinya ini sangat menggemaskan ketika sedang malu.
Jeno semakin memeluk erat istrinya membuat Nana bisa mendengar dengan jelas detakkan jantung Jeno yang cepat dan mencium aroma tubuh yang menguar di tubuh Jeno.
"Aku berharap dia akan segera tumbuh di sini," Jeno berujar melonggarkan pelukannya dan mengelus perut rata Nana.
"Kita baru melakukannya sekali, mana mungkin langsung jadi," Protes Nana menatap sebal suaminya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married ✔
FanfictionJeno terpaksa menggantikan posisi sang kakak menikahi Nararya Jaemin Arsyanendra. Calon istri sang kakak. Karena sebuah alasan klasik Mark pergi dihari pernikahannya. apakah Jeno dan Jaemin mampu mempertahankan pernikahan mereka atau justru berakhi...