"Neng Cindy yang cantik dan bahenol. Apakah pak bos udah dateng?" Ibra bertanya pada sekretaris Jeno.
Wanita yang bernama cindy itu mengalihkan pandangannya dari laptop.
"Pak Liga udah ada diruangannya dari sebelum saya dateng, pak," Sahut Cindy formal.
Meskipun terkadang Cindy kesal pada asisten bosnya ini tapi ia harus profesional dengan memberikan senyum manisnya.
Ibra mengernyitkan dahinya keheranan.
"Oh gitu. Yaudah deh, makasih, ya,"
Ibra melangkahkan kakinya kemudian membuka pintu ruangan Jeno tanpa mengetuk pintunya terlebih dahulu.
"Astaghfirullah, Gusti nu agung! Ini bos atau singa? Berantakan amat rambut lo, bos? Mana penampilan lo gak karuan lagi! Lo habis kena badai topan atau puting beliung? Dan semalem lo gak pulang jangan-jangan nih?" Ibra langsung mencecar Jeno dengan pertanyaan setelah melihat keadaan Jeno yang berantakan.
"Semalem lo nggak berantem, 'kan sama istri lo?" Tanya Ibra lagi namun tetap tidak mendapat jawaban dari Jeno.
"Etdah, gue berasa ngomong sama patung," Gumam Ibra tapi bisa Jeno dengar.
Ia berjalan ke sofa yang ada diruangan itu kemudian merebahkan tubuhnya disana.
Bawahan tidak ada akhlak memang Ibra ini.
"Semalem kenapa lo marah-marah? Gue nggak pernah ngeliat lo semarah itu. Dan gue denger lo bilang siapa pun yang berani nyentuh istri lo bakalan berurusan sama lo. Apa itu artinya lo udah mulai mencintai dia?"
Ibra bangun dari rebahannya dan kembali melayangkan pertanyaan pada Jeno.
"Gue cuman menjalankan tugas dan tanggung jawab gue sebagai suami. Meskipun gue nggak mencintai Nana bukan berarti gue nggak perduli dan lepas dari tanggung jawab gue. Setelah Nana menikah sama gue dan jadi istri gue, sepenuhnya dia jadi tanggung jawab gue,"
Kali ini Jeno menyahut dan mematahkan pendapat Ibra kalau ia sudah mulai mencintai Nana.
"Apa lo yakin, apa yang lo ucapin semalem itu bukan hanya semata-mata karena Jaemin istri lo? Bukan karena lo udah mulai cinta sama Nana? Lo udah nggak berharap balikan sama dia lagi, 'kan?"
Jeno mengalihkan atensinya pada Ibra saat sahabatnya itu mulai mengungkit masa lalunya.
"Ini nggak ada sangkut pautnya sama dia. Gue udah sepenuhnya ngelupain dia dan mengubur semua kenangan gue sama dia!" Bantah Jeno.
"Lagian, mana mungkin gue jatuh cinta sama Nana secepat itu!"
Memang benar, Jeno sudah melupakan mantan kekasihnya. Wanita yang telah berhasil mematahkan hatinya dan pergi meninggalkannya demi karirnya. Jeno sempat melamarnya sebelum keberangkatan wanita itu dan menolaknya karena alasan ia ingin fokus pada karirnya yang baru saja meraih kesuksesannya.
Dan pada saat itu Jeno memutuskan untuk melupakan wanitanya dan mengubur semua kenangan bersama wanita yang telah berhasil mematahkan hatinya.
"Lo gak akan pernah tahu kapan cupid akan melepaskan panah asmaranya, Pak bos. Kali aja lo udah jatuh cinta sama bini lo tapi lonya nggak sadar atau emang lo sendiri yang nggak mau mengakui?" Ibra memicingkan matanya menatap curiga Jeno.
"Nggak usah sok tahu lo, nyet! Lo yang udah pacaran lama sama Putri aja belom lo bawa ke pelaminan sampe sekarang. Di gondol orang baru rasa! Sok-sokan ceramahin gue segala lagi," Jeno meraih dan melemparkan bulpoint yang ada diatas mejanya.
"Bukannya gue nggak mau bawa hubungan gue sama Putri ke jenjang yang lebih serius, Jen. Sekarang ini gue lagi berusaha ngumpulin duit buat ngelamar dia. Lagian gaji gue juga masih segitu-segitu aja nggak lo naikin. Pelit banget jadi bos." Jelas Ibra setengah curhat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married ✔
FanfikceJeno terpaksa menggantikan posisi sang kakak menikahi Nararya Jaemin Arsyanendra. Calon istri sang kakak. Karena sebuah alasan klasik Mark pergi dihari pernikahannya. apakah Jeno dan Jaemin mampu mempertahankan pernikahan mereka atau justru berakhi...