Waktu terus berjalan namun tidak ada perubahan yang berarti dari hubungan Jeno juga Nana. Semuanya berjalan sama seperti biasanya.
Sepertinya Nana belum bisa melupakan Mark dan memulai hidup barunya dengan Jeno seperti apa yang dikatakan oleh Renjun.
Kehidupan rumah tangga mereka berjalan sangat monoton bahkan keduanya jarang bertemu karena kesibukan masing-masing yang membuat waktu mereka tersita oleh pekerjaan mereka.
Meskipun pernikahan mereka sudah menginjak enam bulan, semuanya tidak ada yang berubah. Nana tetap dengan sikap acuh dan cueknya. Jeno dengan sikap perhatian dan baik pada Nana.
Keduanya seperti dua orang asing yang tinggal dalam satu atap dan tidak memiliki keinginan untuk menjadi lebih dekat atau mengenal satu sama lain terutama Nana.
Dan setiap pagi hanya diisi dengan suara dentuman sendok yang beradu dengan piring memenuhi meja makan tanpa ada percakapan diantara keduanya. Mulut mereka seolah bungkam setiap mereka bersama walaupun dengan waktu yang terbilang singkat.
Dan untuk hari ini Jeno menikmati sarapannya sendirian tanpa ditemani oleh istrinya karena Nana sedang sakit Dan hanya bisa berbaring diatas tempat tidurnya.
Sudah empat hari Nana tidak pergi ke rumah sakit karena karena kondisi tubuhnya yang melemah. Sebelumnya Nana melakukan aktifitasnya seperti biasa tapi tiga hari lalu ia merasa tubuhnya kurang fit dan tetap memaksakan diri pergi kerumah sakit karena kebetulan pada saat itu rumah sakit sangat membutuhkannya. Jadi, terpaksa Nana memaksakan dirinya yang memang sudah merasa lemas. Kepalanya terasa pusing, matanya memerah dan berair dan keluar cairan bening dari hidungnya. Nana flu.
Jeno sudah melarangnya agar tidak pergi ke rumah sakit dan beristirahat saja dirumah. Tapi, dengan keras kepalanya Nana tetap memaksakan diri ke rumah sakit yang membuat Nana akhirnya tumbang.
"Rumah sakit lagi butuh gue. Jadi, gue harus ke rumah sakit sekarang," Ucap Nana kala itu. Meraih tas kerjanya dan jas dokternya.
Jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam dan tentu saja tidak baik untuk Nana yang sedang kurang fit. Apalagi Nana ke rumah sakit dengan mengendarai motor yang belum lama ini Jeno belikan untuknya.
"Tapi, kamu 'kan lagi sakit, Na. Lebih baik kamu jangan maksain diri kamu. Atasan kamu pasti mau ngerti sama kondisi kamu sekarang," Jeno berujar dengan khawatir.
"Kalo gitu abang anter aja, ya?"
Tapi, Nana menolak.
"Nggak usah. Lagian lo juga baru pulang dari kantor, lo pasti capek. Mendingan sekarang lo bersih-bersih terus makan. Tadi bibi udah siapin makan malamnya di meja makan," Tolak Jaemin lalu menyuruh suaminya untuk segera membersihkan tubuhnya.
Saat itu Jeno memang baru saja pulang dari kantor. Saat melewati kamar istrinya, Jeno sedikit mengintip dari celah pintu karena pintunya tidak tertutup rapat dan ia melihat Nana berdiri didepan cermin dengan pakaian rapinya.
Dahi Jeno berkerut. Dia bertanya-tanya. Mau kemana istrinya jam segini?
Karena penasaran, Jeno memutuskan mengetuk pintu kamar Nana lalu masuk ke dalam tanpa permisi.
"Astaga! Lo ngagetin aja sih."
Nana terjengit dengan kedatangan Jeno yang tiba-tiba saja masuk ke dalam kamarnya.
"Kamu mau kemana? Kok rapi banget? Bukannya kamu lagi nggak enak badan?" Cecar Jeno mengabaikan protesan Nana.
"Rumah sakit." Balas Nana singkat.
Kerutan di dahi Jeno semakin dalam. Ke rumah sakit? Bukankah istrinya bilang tadi pagi ia sedang tidak enak badan? Lalu, kenapa sekarang ingin pergi kerumah sakit? Bathinnya bertanya-tanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married ✔
FanfictionJeno terpaksa menggantikan posisi sang kakak menikahi Nararya Jaemin Arsyanendra. Calon istri sang kakak. Karena sebuah alasan klasik Mark pergi dihari pernikahannya. apakah Jeno dan Jaemin mampu mempertahankan pernikahan mereka atau justru berakhi...