Married (14)

16.5K 1.2K 135
                                    

"Hubby, hari ini pulang dari rumah sakit aku mau jalan, ya, sama Renjun," Nana berujar sambil memasangkan dasi Jeno. Sedangkan tangan Jeno bertengger manis di pinggang ramping Nana.

"Boleh, tapi pulangnya jangan kemaleman, ya. Atau nggak nanti kamu minta jemput aku aja kalo mau pulang," Sahut Jeno tanpa mengalihkan pandangannya dari Nana.

"Gak usah, lagian hari ini kamu sibuk 'kan? Aku gak mau ganggu waktu kamu," Tolak Nana menyelesaikan memasang dasi Jeno.

"Kalo buat kamu aku bisa ninggalin kerjaan aku, sayang. Anything for my wife!" Ucap Jeno tersenyum menggoda lalu mencubit hidung Nana.

"Masih pagi, gak usah ngegombal!"

Meskipun begitu, rona merah di pipinya tidak bisa berbohong jika ia tersipu setiap kali Jeno menggombal.

"Gombal sama istri sendiri emang gak boleh? Sah-sah aja 'kan?"

"Gak ada yang ngelarang. Cuma aku bingung deh, sekarang kamu jago gombal, perasaan dulu kamu keliatan kalem dan anti romatis-romantis. Ini pasti ajarannya kak Ibra atau kak Deryl nih?" Nana memicingkan matanya memandang curiga Jeno.

"Kamu gak tahu aja, gini-gini aku jago gombal walaupun nggak sejago Ibra sama Deryl,"

"Makanya Pricilla gak bisa move on dari kamu? Dan masih ngejar-ngejar kamu padahal kamu udah punya istri," Balas Nana menaikkan kedua alisnya setengah menyindir.

Nana mulai mengungkit masa lalu.

Jeno berdecak malas, "Kenapa harus bahas dia sih? Aku nggak suka kita bahas dia atau bawa-bawa nama dia dalam obrolan kita. Bikin suasana nggak nyaman aja," Jawab Jeno ketus.

Sangat kentara sekali Jeno tidak suka jika Nana menyebut atau membawa mantan kekasihnya dalam pembicaraan mereka. Pricilla hanyalah bagian dari masa lalunya dan ia pun sudah tidak memiliki perasaan apa-apa lagi pada wanita itu. Semuanya sudah berakhir dan Jeno tidak akan pernah mengingat semua kenangan tentang dirinya dan Pricilla. Karena sekarang yang ada dalam hatinya hanyalah Nana, istri yang sangat ia cintai.

"Meskipun begitu dia pernah singgah dan menempati hati kamu sebelum aku, hubby." Balas Nana serius.

"Ya, memang. Dan itu aku yang dulu. Aku yang sekarang cuma cinta sama satu orang dan itu kamu," Jeno berkata serius dan memandang Nana lekat-lekat.

Hening. Setelahnya tidak ada lagi percakapan diantara keduanya. Nana tidak melanjutkan obrolannya yang pasti akan berujung dengan perdebatan. Jeno memang sangat sensitif jika menyangkut masa lalunya. Maka dari itu ia memilih mengalah dan diam.

"Udah selesai. Sekarang kita turun, yuk. Aku udah siapin nasi goreng kesukaan kamu," Ucap Nana memecah keheningan diantara mereka.

Nana menggandeng lengan Jeno manja. Keduanya berjalan keluar kamar menuju ruang makan.

*****

Usai sarapan Jeno pamit pada Nana karena ia harus bergegas. Ada meeting yang sudah menunggunya. Keduanya berdiri dan melangkah menuju pintu dengan Nana yang membawakan tas kerja milik Jeno.

"Aku pamit, ya, sayang," Pamit Jeno membelai pipi lembut Nana.

Nana menganggukkan kepalanya.

"Iya, kamu hati-hati di jalan,"

"Kamu juga hati-hati, ya. Nanti kabarin aku kalo udah mau jalan sama Renjun," Pesan Jeno yang di balas anggukkan dan senyum manis sang istri.

Jeno menarik tubuh Nana lalu memeluknya dan mencium keningnya sebentar sebelum berlalu menuju mobilnya. Ia melambaikan tangannya sebelum melajukan kuda besinya meninggalkan pekarangan rumah.

Married ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang