Jeno duduk termenung di depan sebuah ruangan di mana Nana sedang di tangani oleh para medis. Baju yang ia kenakan kotor oleh darah Nana. Namun, Jeno tidak perduli. Yang ia perdulikan saat ini adalah keadaan istri dan bayinya.
Tadi, setelah Jeno berteriak pada orang-orang yang hanya menjadi penonton seseorang mulai menghubungi ambulan. Tetapi, karena Jeno tidak bisa menunggu lama dan Nana pun membutuhkan bantuan segera akhirnya Jeno mencari taksi atau mobil lewat yang setidaknya bisa memberinya tumpangan. Beruntung, ada seseorang yang mau berbaik hati memberinya tumpangan dan membawa Nana ke rumah sakit.
Di sepanjang perjalanan menuju rumah sakit Jeno tak henti-hentinya melafalkan doa untuk keselamatan istri dan anaknya.
Setelah ini ia berjanji akan menemukan siapa yang telah menabrak istrinya. Dan ia tidak akan pernah melepaskan orang itu. Orang itu harus merasakan apa yang di rasakan oleh istrinya.
Beberapa lama di perjalanan akhirnya mereka sampai di rumah sakit. Jeno turun dari mobil di bantu oleh si penolong. Jeno berteriak meminta perawatan untuk membawakan brankar untuk istrinya. Dua perawat datang tergesa-gesa dengan membawa brankar dan dengan cepat membawa Nana ke ruang UGD.
Jeno duduk terdiam di salah satu kursi di depan UGD. Kepalanha menunduk menatap sepatu sneakers yang melapisi kedua kakinya. Kedua tangannya menumpu di kedua lututnya menahan kepalanya yang menunduk.
Termenung dengan perasaan sesak. Berharap seseorang yang ada di dalam sana bukanlah Nana. Ia berharap ini hanyalah mimpi butuknya saja yang jika terbangun, semuanya tetap baik-baik saja.
Namun, noda darah yang tercetak jelas di bajunya membuktikan kalau ini semuanya adalah nyata. Jeno berharap kondisi Nana dan bayinya di dalam sana baik-baik saja.
Suara derap kaki yang berlarian terdengar tergesa-gesa mengusik pendengarannya. Jeno mengalihkan atensinya kearah asal suara, ia melihat kedua orangtuanya dan mertuanya berlari kecil kearahnya dengan wajah panik dan cemas.
Saat di jalan tadi Jeno sempat menghubungi mommynya walaupun dalam keadaan perasaan yang karuan.
"Jeno, gimana keadaan Nana?" Mommy Taeyong bertanya saat sudah berada di hadapan Jeno.
Jeno menggelengkan lemah.
"Aku belom tahu, mom. Nana masih di tangani sama dokter," Jawab Jeno lalu menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi.
"Seandainya aku nggak ninggalin Nana sendirian pasti semua ini gak akan terjadi, mom. Nana gak mungkin celaka kayak gini," Namun nyatanya, kalimat seandainya pun tidak berguna, pada kenyataannya sekarang sang istri sedang berada di dalam sana.
Jeno berdoa semoga Nana dan bayinya baik-baik saja.
"Kamu jangan menyalahkan diri kamu, kamu harus kuat," Daddy Jaehyun menepuk bahu sang anak memberi kekuatan.
*****
Beberapa saat kemudian seorang dokter keluar dari ruang UGD.
"Keluarga pasien?"
Jeno bangkit kemudian menghampiri sang dokter.
"Saya suaminya, dokter." Jeno menyahut cepat.
"Bisa ikut keruangan saya?" Jeno mengangguk kemudian mengikuti langkah dokter dan masuk ke dalam ruangan.
"Silahkan duduk," Sang dokter mempersilahkan Jeno duduk.
"Bagaimana keadaan istri dan anak saya dokter? Mereka berdua tidak apa-apa, 'kan?" Cecar Jeno tidak sabaran.
Dokter yang bername tag Dian itu pun membenarkan letak duduknya sebelum menunjukkan beberapa gambar hasil rontgen dan mulai menjelaskan tentang kondisi Nana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married ✔
FanfictionJeno terpaksa menggantikan posisi sang kakak menikahi Nararya Jaemin Arsyanendra. Calon istri sang kakak. Karena sebuah alasan klasik Mark pergi dihari pernikahannya. apakah Jeno dan Jaemin mampu mempertahankan pernikahan mereka atau justru berakhi...