Married (3)

20.7K 1.7K 286
                                    

Sekitar pukul sepuluh malam Jeno baru saja memasuki apartementnya dan ia mendapati apartementnya itu dalam keadaan gelap dan sepi. Jeno menerka-nerka, apakah Jaemin sudah tertidur?

Jeno meletakkan tas kerja, jas dan kunci mobilnya diatas meja ruang tamu lalu melangkah menuju dapur. Ia mengambil gelas diatas mini bar lalu menuangkan air dingin yang ia ambil dari kulkas dan meminum air dingin itu hingga tandas. Ia kembali meletakkan gelas yang sudah kosong ke tempat semula.

Jeno melangkah keluar dari dapur dan kembali meraih tas kerja, kunci mobil dan jasnya lalu membawanya kedalam kamar. Tapi, baru saja ia akan membuka pintu kamarnya, pintu apartment terbuka disusul Jaemin masuk dengan mengendap-endap seperti seorang pencuri. Jeno melipat kedua tangannya dan terus memperhatikan gerak-gerik istrinya. Sedangkan Jaemin belum menyadari keberadaan Jeno karena keadaan di ruangan itu gelap gulita.

"Darimana jam segini baru pulang?" Suara Jeno terdengar dingin.

Jaemin mengurungkan niatnya yang ingin membuka pintu saat mendengar suara dibalik tubuhnya. Jaemin memutar bola matanya malas kemudian membalikkan tubuhnya.

Jaemin berdecak malas, "Habis ketemu sama temen!" Jawabnya malas.

Jaemin tidak mengerti kenapa ia menjawab tanya Jeno dengan intonasi seperti itu. Ini seperti bukan dirinya sekali.

Si pria tampan menghela nafasnya berusaha meredam amarahnya karena mendapati sang istri tak ada dirumah. Ia jika tidak mungkin marah pada Jaemin, marah pun percuma setelah melihat sikap yang Jaemin tunjukkan padanya.

"Lain kali kalo mau keluar telpon abang dulu, ya. Biar bisa abang jemput dan pulangnya nggak kemaleman," Pesan Jeno yang dibalas decakan malas Jaemin.

"Biar abang nggak khawatir juga," Tambahnya lagi tersenyum kecil walaupun Jaemin tidak melihatnya.

Sebetulnya, Renjun, teman yang ia temui menyuruhnya untuk segera pulang mengingat jam sudah menunjukkan pukul 8 malam karena Jaemin datang kerumahnya saat siang hari. Dan lagi, suaminya pasti akan khawatir mendapati Jaemin tidak ada di apartementnya.

Tapi, dengan acuhnya Jaemin menjawab.

"Dirumah juga gue ngapain? Gue males ketemu sama bang Jeno. Mau masuk kerja lagi juga masa cuti gue belom abis, kalo kerumah nyokap juga pasti bakalan ditanya ini itu. Mendingan gue kerumah lo 'kan?" Ucap Jaemin tadi saat bertandang kerumah Renjun.

"Terus lo kesini udah minta izin sama suami lo? Gue nggak mau ya kena masalah gara-gara lo!"

"Ck. Ngapain gue minta izin sama dia?" Jaemin berujar dengan acuhnya.

"Kenapa sekarang lo jadi gini, sih, Na? Lo berubah, bukan Nana yang gue kenal dulu! Atau lo kayak gini cuma mau melampiaskan kekecewaan lo sama Jeno karena Mark ninggalin lo?" Tebak Renjun yang sepertinya sepenuhnya benar.

Jaemin terdiam. Ia sendiri bingung kenapa ia bersikap seperti itu pada Jeno. Padahal Jeno tidak bersalah sudah mau berkorban dan rela menggantikan posisi kakaknya yang hilang entah kemana.

Tapi, kenapa ia seolah tidak menghargai Jeno sebagai suaminya dan memperlakukannya selayaknya seorang suami?

Ia seakan-akan menyalahkan Jeno dalam masalah ini?

Bukankah dia dan Jeno tidak dekat? Bahkan Jeno tidak melakukan kesalahan padanya, lalu kenapa Ia bisa bersikap tidak baik pada Jeno.

"Walaupun lo gak cinta sama Jeno, seenggaknya lo bisa memperlakukan dia dengan baik! Sekarang Jeno suami lo bukan lagi orang asing," Ucap Renjun membuyarkan lamunannya sekaligus memberi nasehat pada sang sahabat.

Married ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang