Married (8)

19K 1.6K 242
                                    

Nana memasuki rumah orang tuanya dan langsung menemui sang ibu yang sedang duduk di ruang tengah.

"Mama!"

Tanpa banyak kata Nana langsung menubruk tubuh sang ibu lalu memeluknya.

Ya, Nana memutuskan pulang kerumah orangtuanya bukan ke rumah Jeno. Ia malas jika harus bertemu dengan pria itu. Dia kecewa dan marah. Ia mengira Jeno dan Mark berbeda tapi nyatanya? Mereka sama saja. Sama-sama brengsek dan senang mempermainkan perasaannya.

Sepertinya keputusannya untuk memulai hubungan yang lebih baik dengan pria itu adalah salah. Seharusnya ia tidak mendengarkan apa yang di katakan Renjun. Seharusnya ia tetap pada pendiriannya dulu saat ia baru saja sah menikah dengan Jeno.

Dan saat ini yang ia butuhkan adalah  menenangkan diri dengan pulang ke rumah orangtuanya dan bercerita pada sang ibu. Hal itu sering ia lakukan ketika Nana sedang gundah gulana dan membutuhkan teman untuk berbagi.

"Kamu kesini kok gak ngasih kabar ke mama, sayang? Terus kenapa kamu nangis? Apa Jeno nyakitin kamu?" Cecar mama penuh kekhawatiran sambil menyeka air mata  yang entah sejak kapan sudah membasahi pipi chubby Nana.

Nana menggeleng. Nana tidak mungkin memberitahu pada mamanya alasan kenapa ia menangis.

Niat awal datang ke rumah ini Nana  memang ingin berbagi pada sang ibu tapi, ia bingung harus memulai dari mana.

Nana sendiri bingung kenapa ia menangis setelah melihat Jeno bermesraan dengan wanita lain. Ada perasaan tidak rela menyusup ke dalam hatinya.

"Terus ini ngapain kamu bawa-bawa rantang makanan segala? Ini buat mama atau__"

"Buat mama!" Ujar Nana cepat menyela dan memotong ucapan mama.

Mama mengernyitkan dahinya bingung.

"Buat mama? Tumben nih kamu bawain mama makanan biasanya kalo kamu dateng kesini selalu dengan tangan kosong. Ayo jujur, ini sebenernya bukan buat mama 'kan?" Mama memicingkan matanya menatap curiga pada Nana.

Sontak saja membuat Nana gelagapan. Ia tidak mungkin mengatakan kalau sebetulnya makanan itu ia siapkan untuk Jeno bukan untuk mamanya.

"Mama su'udzon deh. Aku memang sengaja buatin makanan itu buat mama sama papa," Elak Nana berkelit, "Yaudah mah, aku ke kamar dulu, ya. Aku mau bernostalgia di kamarku,"

Setelah itu Nana buru-buru beranjak untuk menghindari pertanyaan-pertanyaan yang akan di layangkan oleh mamanya. Dan yang akan membuatnya semakin bingung untuk menjawabnya.

Nana memang membutuhkan mamanya untuk mendengarkan keluh kesahnya tapi sepertinya saat ini ia harus memenangkan dirinya terlebih dahulu.

Nana bangkit dan beranjak menuju kamarnya menyisakan tanda tanya besar dalam benak mama. Mama merasa seperti ada yang tidak beres dengan putranya. Seperti ada yang di sembunyikan oleh Nana.

*****

Di sisi lain, Jeno baru saja sampai di rumahnya. Tadi Jeno tidak langsung menyusul Nana karena harus kembali keruangannya untuk mengambil ponsel dan kunci mobilnya.

Pricilla tersenyum senang karena ia mengira Jeno kembali karena lebih memilih dirinya daripada mengejar istrinya. Namun, senyum itu seketika luntur karena Jeno melewatinya begitu saja setelah meraih ponsel dan kunci mobilnya kemudian berlalu keluar tanpa memperdulikannya.

Jeno memasuki rumahnya dan mencari keberadaan istrinya di kamarnya namun di sana kosong. Tidak ada tanda-tanda keberadaan Nana.

Jeno beralih ke dapur. Disana ia bertemu dengan bibi.

Married ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang