"Heh, dasar anak nyusahin aja kerjaannya. Bangun, udah jam berapa nih. Sekarang lakuin tugas kamu, nyuci kek apa kek. Jangan jadi anak kerjaanya tidur aja." Pagi pagi, mamanya Brata sudah memarahi anaknya yang paling muda itu. Ia tidak segan segan untuk mengguyur Brata dengan air.
"Maaf ya ma, Brata agak kesiangan. Soalnya semalem Brata belajar buat ujian besok."
"Halah sok belajar lo, emang lo sepinter apa sih. Gak usah cari perhatian deh, liat kakak lo, udah pinter, nurut lagi. Bisa apa lo. Udah deh gue capek ngurusin anak kayak lo." Mama Brata langsung keluar dan membanting kamar anaknya.
Brata sangat pusing karena pagi pagi ia sudah di siram air dan di marahi oleh mama nya. Brata pun beranjak dari kasur dan mencuci mukanya. Lalu ia mencuci baju yang seharusnya tidak ia lakukan. Brata melakukannya karena ia di suruh mamanya.
"Dek, nih cuciin baju gue. Awas jangan luntur, mahal tuh harganya." Brata terpaksa mencuci baju kakaknya, padahal baju yang sedang ia cuci sangat banyak. Ia segera menyelesaikan cuciannya.
Siangnya, Brata datang ke rumah Daka. Di sana juga sudah ada Radit dan Tera. Mereka akan belajar bersama untuk ujian besok. Iya, mereka bertiga selalu belajar bersama.
"Assalamualaikum," sorak Brata seraya memasuki rumah Daka. "Masuk aja," ucap Daka menjawab sambil memakan cemilan milik Tera.
Brata langsung menuju ruang tengah rumah Daka. "Ta, kok muka lo pucet banget, sakit lagi lo?" tanya Radit yang khawatir melihat sahabatnya terlihat pucet. "Gue gakpapa, biasa tadi cuma pusing biasa."
"Rambut lo basah banget, habis di siram ya." Mendengar itu, Brata hanya bisa menahan tangis yang sebentar lagi akan keluar dari matanya itu. Sahabatnya itu seakan sudah mengerti apa yang terjadi. "Mama lo tega banget nyiram lo," ucap Daka yang tidak habis pikir dengan perilaku mamanya Brata.
Brata kembali merenung, "Di siram mah udah biasa. Gue juga gak tau salah gue apa, padahal gue kesiangan karena belajar. Do'ain aja semoga gue kuat." Brata pun duduk di bawah lantai bersama ke tiga sabatnya.
Mereka belajar dengan sangat giat dan bersemangat. Karena meraka ber empat termasuk orang yang pintar di sekolah. Di sekolah, orang mengenalnya sebagai sebutan "The Giggles". Sesuai artinya, mereka bisa di bilang paling receh. Kalau di kelas, merekalah yang menjadi mood maker. Seakan sepi kalau mereka ber empat gak ada.
"Eh, kalian hari ini sibuk gak?" tanya Tera. "Enggak sih, emangnya kenapa?" jawab Radit yang dari tadi sibuk menjawab esay dari go**le. "Sebenernya gue mau ngajak kalian ke mall, adek gue besok ulang tahun. Gak enak kalau gak ngasih apa apa apa," ucap Tera, mendengar hal tersebut semuanya mengangguk paham. "Gue mah ayok ayok aja, Brata?" jawab Daka. Brata mau gak mau mengiyakan ajakan sahabatnya itu. Dia hanya berharap mamanya tidak marah saat ia pulang nanti.
Semua pelajaran sudah mereka pelajari. Waktunya untuk ke mall menemani Tera membeli kado untuk sang adik. Sesampainya nya di mall, mereka pergi beli kado terlebih dahulu karena takut barangnya habis. Lalu berjalan menuju restoran yang sederhana.
Mereka makan makanan yang sudah di pesan. "Ngomong ngomong, lo kenapa diem aja sih, Ta?" tanya Daka terheran heran dengan sikap Brata yang berubah menjadi pendiam. Brata hanya diam menjawab pertanyaan Daka. "Lo gak papa kan?" tanya Radit kebingungan. "Ya elah Ta, kita ni kan sahabat lo. Cerita aja sih. "Brata akhirnya menjawab. "G-gue pusing banget. Udah dari tadi pagi."
"Kok gak ngomong sih, tau gitu kita gak usah pergi," jawab Tera yang merasa bersalah. "Udah gue gakpapa." Akhirnya mereka menghabiskan makanan mereka dan pulang ke rumah masing-masing.
Firasat Brata tidak enak dan benar saja..... "Assalamualaikum," ucap Brata yang sudah ketakutan. "Berani lo ya pergi pergi, inget rumah lagi. Ngapain pulang hah? Tidur di luar aja sana. Jemuran belom lo kerjain, terus itu lantai juga kotor. Terus lo pergi enak enak ninggalin pekerjaan lo? SANA, TIDUR DI LUAR!!!"
Firasatnya benar, ia di marahi oleh mamanya dan harus tidur di luar. Padahal, saat itu angin lagi sangat dingin, tapi mamanya tega melakukan itu semua. Brata pasrah sambil menahan sakit kepala yang hebat di kepalanya. Mamanya tidak pernah peduli pada kondisi Brata.
Saat kecil memang Brata suka sakit - sakitan. Papanya lah yang selalu merawat Brata dengan senang hati. Namun, papanya wafat saat Brata umur 10 tahun. Yang Brata tidak tau, mamanya memperlakukan Brata berbeda dengan kakaknya itu karena mamanya merasa saat papanya masih hidup, papanya selalu memanjakan Brata. Sedangkan kakaknya yang bernama Angga itu tidak terlalu dekat dengan papa karena papanya sibuk mengurus Brata yang sakit-sakitan.
Mamanya yang tidak suka dengan sifat papanya yang mengistimewakan Brata itu jadi membenci anaknya sendiri. Hanya Anggalah, sang kakak yang mamanya sayang. Mamanya merasa semua ini impas.
Tapi, Brata tidak pernah membenci mamanya sendiri. Karena sahabatnya lah yang selalu mendukung Brata untuk tetap bersifat baik dan gentle kepada mamanya sendiri walau banyak sekali bekas luka yang mamanya berikan untuk Brata.
Hanya tiga sahabatnya yang tau tentang perlakuan mamanya terhadap Brata. Terkadang, sahabatnya ikut terisak karena mendengar cerita tetang perlakuan mamanya. Begitu kejam mamanya membiarkan anaknya sendiri kesakitan.
Ketiga sahabatnya ini kerap sekali melihat memar yang ada di tubuh Brata. Banyak sekali. Tapi, Brata tetap harus dewasa. Brata juga hanya bisa pasrah dan berdoa. Hanya dari dukungan sahabatnya lah, dia bisa bertahan sampai sekarang.
Dan akhirnya Brata tidur di luar dengan keadaan menggigil tanpa bantal ataupun selimut. Udara semakin dingin karena tengah malam terjadi hujan deras. Kakaknya juga sama sekali tidak peduli. Brata tidak bisa tidur padahal besokannya ia akan menjalani ujian di sekolahnya.
Pagi pagi, mamanya keluar dan langsung mengocehi Brata. "Gimana, enak tidurnya. Besok besok tidur di luar aja lagi. Sekarang lo masuk, ambil seragam lo, habis itu keluar lagi." Syukur syukur Brata di izinkan untuk masuk.
Brata langsung masuk dan mandi untuk membilas badannya yang menggigil hebat. Sakit kepalanya sudah hampir tak terasa karena rasa sakit yang begitu hebat. Seperti bagian kepala Brata di cingcang cincang.
Dia langsung buru - buru mangambil seragamnya dan memakainya. Lalu ia langsung pergi ke sekolah naik bus. Brata terburu - buru karena sebentar lagi sudah mau telat.
Kasian ya si Brata. Gak salah apa apa, tapi di siksa terus.
Andai mamanya tau kalau Brata sebenarnya sayang sama mamanya.
Lanjut part 2 ya ( ◜‿◝ )
KAMU SEDANG MEMBACA
Salinan Hidup
Random"Aku berharap aku bisa diterima di dunia ini walau aku tak sempurna. Aku hidup untuk menjadi diriku sendiri." - Brata [⚠Dalam cerita ini, terdapat beberapa kalimat yang mengandung unsur harsh words, violence, abusive family, and blood.⚠] Start : 21...