Keesokan harinya, Kak Rania bersama temannya yang berprofesi sebagai detektif handal bernama Yudha itu menyelidiki kasus mamanya.
Di mulai dari penyelidikan sidik jari di setiap daerah tepat kejadian perkara. Mereka juga menanyai ke tetangga tentang kejadian ini.
Banyak tetangga yang bersaksi bahwa mereka mendengar suara orang ribut. Dan yang pasti orang itu laki-laki karena mereka mendengar dari suaranya.
Setelah melakukan pengecekan lebih lanjut, mereka pikir rumah ini kemalingan. Tapi mengingat kembali bahwa tidak ada satupun barang yang hilang dan saat hari kejadian dimana mama terluka, pintu dalam keadaan terkunci.
Mereka menduga pelakunya ialah orang rumah. Yang lain dan tak bukan Mas Angga.
Kak Rania dan Yudha menunggu kepulangan Mas Angga untuk di periksa lebih lanjut agar tidak ada kesalahpahaman.
Mas Angga terkejut saat melihat kehadiran dua orang di rumahnya dengan mata yang mengintrogasi dirinya.
Mas Angga masih tidak sadar bahwa perempuan yang sedang menatapnya dengan tajam itu adalah kakak tirinya.
Kak Rania sepakat untuk tidak memberitahukan akan kehadirannya ke mama dan juga Mas Angga. Hanya Brata yang boleh tau. Karena mereka semua juga pasti lupa dengan Kak Rania.
Tanpa basa-basi Yudha langsung mengintrogasi Mas Angga dan mengambil hasil stempel sidik jari milik Mas Angga.
Semua hasil pemeriksaannya sudah keluar, Mas Angga ditetapkan sebagai tersangka. Awalnya Angga mengelak, namun akhirnya dia pasrah dan akan mengikuti prosesnya.
Penyebab Mas Angga menembak mama sangat sepele. Karena mama tidak bisa membelikan apa yang diinginkannya.
Mas Angga marah dan memberontak. Dia menodongkan pistol ke mamanya sendiri dan menembaknya.
Mas Angga kaget, apa yang telah dia lakukan? Karena merasa takut dia pergi meninggalkan rumah dan mengunci pintu rumah.
Untung saja saat itu Kak Rania dan Brata datang. Jadi mama bisa segera ditangani walaupun sampai sekarang mama masih belum sadar.
Yudha langsung membawa Mas Angga ke kantor polisi untuk ditindak lanjuti. Tak lupa membawa barang bukti yang ada.
Setelah Yudha pergi, Kak Rania berniat untuk menjemput Brata yang sekarang sedang berada di rumah sakit untuk menjaga mama.
Kak Rania harus mengantarnya pulang karena besok adik kesayangannya akan memasuki masa sekolah setelah pulih dari rumah sakit.
Saat sampai di rumah sakit, Kak Rania langsung mengajak Brata pulang dan bersiap-siap untuk besok. Karena untuk sementara, Kak Rania akan tinggal bersama di rumah Brata untuk menemaninya.
Paginya saat Brata pergi ke dapur dia melihat kakaknya sedang menyiapkan sarapan untuk bersama.
"Ayo makan dulu, sebelum berangkat perut kamu harus ke isi dulu, sini." Kak Rania mengajak Brata untuk sarapan sambil menyuruhnya untuk duduk dihadapannya.
"Aku seneng banget, biasanya aku gak pernah dibuatin sarapan sama mama."
"Yaudah kamu makan yang banyak, biar sehat. Kamu ke sekolah bareng kakak ya. Nanti kalau udah pulang kabarin, biar kakak jemput kamu."
"Siap boss."
Kak Rania mengantarkan Brata ke sekolahnya dan tidak lupa memberi uang saku.
Setelah sekian lama, akhirnya Brata kembali ke sekolahnya. Banyak orang yang merindukan Brata, temasuk ke tiga krucil yang langsung mengajak ke kelas.
Namun Brata menolak dan memilih untuk menikmati suasana sekolah dulu. Ke tiga sahabatnya yang mengertipun memilih untuk mengikuti kemauan Brata dan meninggalkannya.
Saat sedang berjalan, Brata berpapasan dengan orang yang di kagumi, Anes. Perempuan yang mengambil alih kekosongan hati Brata itu lewat dengan meninggalkan aroma tubuh yang sangat menarik perhatian Brata.
Perempuan tersebut fokus pada buku yang dibacanya dengan kuping yang disumpal earphones.
Dalam hati Brata ingin sekali dekat dengan Anes, menjadi teman, bahkan pacar. Tapi nyali Brata masih kecil.
Anes bukan orang yang terkenal di kalangan lelaki. Dia juga suka menyendiri dan tidak mau terbuka terhadap orang lain. Itu yang membuat Brata jatuh cinta. Aneh? Hahaha.
Brata sadar dari diamnya dan menyadari bahwa akan segera bel. Lalu dia langsung bergegas menuju kelas dan mengikuti pembelajaran.
Saat sedang mengerjakan soal, Anes masuk ke kelasnya dengan membawa buku-buku yang sepertinya dia diperintahkan oleh guru yang sekarang sedang mengajar kelasnya.
"Makasih ya cantik," tutur guru tersebut.
"Sama-sama bu, saya pamit ya." Anes membungkuk tersenyum dan meninggalkan kelas.
Saat di kantin, Brata bertemu lagi dengan Anes yang sedang membeli jus. "Apa gue sama dia jodoh kali ya? Ketemu mulu," pikirnya percaya diri.
Saat pulang Brata mengabari Kak Rania bahwa dia tidak usah di jemput, karena dia mau kumpul bersama ketiga sahabatnya.
Mereka berempat biasa berkumpul di warung langganan mereka. Bukan, mereka bukan anak nakal, mereka hanya akan duduk sambil meminum kopi pait+indomie goreng. Tanpa merokok.
Mereka hanya akan merokok ketika benar-benar dalam keadaan tidak baik. Mereka jadikan rokok seperti pelampiasan.
Bibi di warung tersebut sudah seperti ibu mereka sendiri. Namanya bibi Ayu. Bibi Ayu ini sering memarahi mereka jika merek membuat kesalahan. Bibi Ayu itu lucu.
"Bi, biasa ya, tapi mienya gak pake bawang goreng," ucap Radit berteriak.
"Empat-empatnya aja dek?"
"Iya bi. Minumnya ganti, nutrinari yang jeruk ya bi, samain semua."
"Iya, tunggu."
Bibi Ayu mengantarkan mereka. Saat sudah selesai mereka pulang dengan Brata yang diantar Radit.
Brata merebahkan diri di kasur dan terlelap tanpa mengganti baju.
Haii
Pas mau upload ada masalah jadi agak lama, hehe
Pendek banget ya?
Lagi banyak tugas
Jangan lupa vote ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Salinan Hidup
Acak"Aku berharap aku bisa diterima di dunia ini walau aku tak sempurna. Aku hidup untuk menjadi diriku sendiri." - Brata [⚠Dalam cerita ini, terdapat beberapa kalimat yang mengandung unsur harsh words, violence, abusive family, and blood.⚠] Start : 21...