23. Kebahagiaan Menuju Akhir

295 33 1
                                    

"Iya gak papa kok, Mas Angga kenalin, ini Kak Rania, kakak kandung gue."

Kak Rania mengulurkan tangannya. "Hai Angga, nice to meet you."

Mas Angga membalas uluran tangan Kak Rania. "Oh hei, I think we've met before? But, when and where."

"That's right. Kita pernah ketemu saat kamu ditangkap. That's me and my friend actually."

"Ow, I remember it, pertemuan yang buruk. But actually, it's not because of me."

"I know, kakak gak sebodoh itu, awalnya emang iya kita semua kira kamu beneran ngelakuin itu, but there seems to be something wrong, jadi kakak lanjutin penyelidikannya sendirian, makanya kakak gak larang kamu untuk bebas pas mama datang dan paksa kamu untuk dibebaskan."

"Thank you so much for trusting me."

"No problem."

"Iya gak papa kok, kacangin aja guenya," ucap Brata yang tampak marah karena merasa dicuekin.

"Eh iya lupa, habis kamu kecil," jawab Kak Rania dengan selingan tawa di dalamnya.

"Yaudah, ayok masuk," ujar Brata.

Akhirnya mereka bertiga masuk ke dalam tempat bermain tersebut. Kini Kak Rania dan Mas Angga sudah dekat. Mereka sudah tidak canggung lagi untuk sekedar mengobrol.

Mereka membeli ice cream dan bermain beberapa wahana yang menguji adrenalin mereka bertiga, seperti rollercoaster, baling-baling dan masih banyak lagi.

Mereka juga menyempatkan untuk berfoto bersama dan menjadikannya kenangan indah sebelum semuanya benar-benar selesai.

Brata, Kak Rania, dan Mas Angga melanjutkan perjalanan mereka ke pantai yang berada tidak jauh dari tempat permainan.

Semuanya bermain air dan pasir dan menikmati tenggelamnya matahari dan angin yang mengenai kulit wajah mereka.

Sampai akhirnya semua merasa lelah dan memutuskan untuk duduk sejenak menikmati es kelapa yang mereka beli.

Kak Rania berbincang ringan dengan Mas Angga dengan Brata yang hanya memerhatikan mereka dengan dalam seperti tidak ada esok hari tanpa mengeluarkan satu kata pun. Tatapan itu hanya dihiasi lekukan bibir yang indah.

Brata menatap lekat kedua insan yang tidak menyadari akan tatapan dari Brata. Entah apa yang dipikirkannya sekarang, tapi Brata bersyukur, setidaknya masih ada orang yang benar-benar menyayangi dirinya dengan tulus.

Karena yang merasa Brata diam saja menoleh ke arah Brata. "Dek, kok diem aja?"

"Eh gak papa kak, capek aja."

"Bibirnya kok pucet, adek sakit?"

"Enggak kak, ini cuman efek kecapean aja, udah kita lanjut ngobrol aja ya."

Sebenarnya saat ini Mas Angga ingin memberi tau Kak Rania bahwa Brata dirawat di rumah sakit. Tapi dia merasa tidak punya hak dan bahkan tidak tau sama sekali tentang penyakit yang diderita Brata hingga harus dirawat.

Mereka bertiga kembali berbincang dan melihat foto-foto yang tadi mereka ambil. Terlihat di foto ini Brata yang masih memegang ice cream sedangkan ice cream milik Kak Rania dan Mas Angga sudah habis.

"Oh iya dek, kamu sekarang tinggal dimana? Masih di rumah mama?" tanya Kak Rania.

"Oh engga, aku suka nginep di rumah temen, jadi pindah-pindah aja," jawab Brata.

Lagi-lagi Mas Angga mengetahui bahwa Brata kembali berbohong.

"Kok gitu sih, tinggal di rumah kakak aja ya."

Salinan HidupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang