Beberapa hari berlalu, kondisi Brata sudah membaik. Dia sudah bisa berjalan seperti semula. Tapi terkadang kepalanya suka pusing sendiri dan pandangannya menjadi buram. Untungnya hanya sementara.
"Brata jangan lupa buat minum obat yang sudah saya kasih, jangan terlalu capek."
Dokter tersebut tersenyum kearah Brata."Iya dok, terimakasih. Kalau gitu saya pamit dulu."
Brata memutuskan untuk tidak langsung pulang. Dia memilih untuk ke kafe terlebih dahulu. Karena hari itu sekolah sedang libur, ke tiga sahabat Brata bisa ikut membantu.
Barang bawaannya tidak terlalu banyak, jadi hanya butuh satu backpack untuk menampung barang-barang tersebut.
Mereka berempat menumpangi mobil Daka. Saat dijalan tiba-tiba ada polisi yang menilang mobil Daka.
"Selamat siang dek." Polisi tersebut menyapa ke empat orang tersebut.
"Siang pak, ada apa ya. Kok kita di tilang?" tanya Daka yang tampak bingung.
"Kalian gak tau salahnya apa. Haduh anak muda ini, bikin naik pitam aja."
"Yah pak, kan kita nanya. Kalau gak kita gas ngeng nih." Kali ini Brata yang berbicara.
"Kalian itu lawan arah."
"Ya elah pak, itu juga banyak yang lawan arah," ujar Radit.
"Jadi kalian mau ngikutin yang salah?"
"Yaudah maaf Pak, kita khilaf," jawab Tera.
"Khilaf khilaf, udah lawan arah, gak pake helm lagi."
"Ya masalahnya kita naik mobil pak. Mana ada orang naik mobil pake helm," ucap Radit.
"Ya itu maksud saya, keluarin SIM sama STNK nya, KTP juga."
"Kita sweet seventeen nya masih bulan depan pak, belom ada." Memang benar kata Tera, dari mereka berempat belum ada yang berumur 17 tahun, sebentar lagi.
"Nah ini nih anak muda. Yaudah mau gak mau kalian denda, atau mobil ini saya tarik."
"Berapa pak dendanya?" tanya mereka berempat.
"500 ribu aja."
"Eh buset, ini polisi minta uang denda atau malak. Uang jajan saya aja gak segitu." Radit benar-benar dibuat terkejut oleh polisi tersebut.
"Kalian patungan aja, atau saya sita mobilnya."
"Kalo nyogoknya pake perkedel bisa gak pak." Brata ini gak bisa serius orangnya. Masa iya bayarnya pakai perkedel.
"Gak bisa nawar apa pak. Bapak gak kasian sama kita. Kita habis keluar dari Rumah Sakit loh. Masa orang habis sakit langsung bangkrut lagi pak."
Entah bagaimana caranya, polisi tersebut terhinoptis oleh kata-kata Daka. Dia menjadi tidak tega dengan anak-anak ini.
"Yaudah, kalian saya bebasin. Tapi dengan satu syarat, kalian jangan mengendarai kendaraan dulu sebelum memiliki surat surat mengemudi. Kalau bawa kendaraan pun gak boleh melanggar peraturan lalu lintas."
"Makasih banyak loh pak, saya do'ain kerjaan bapak lancar," ucap Tera.
Akhirnya mereka bisa kembali berjalan setelah ditilang. Untuk polisinya gampang luluh.
Ke tiga orang tersebut hanya mengantarkan Brata sampai di depan kafe, selanjutnya meraka pulang karena harus mengerjakan tugas sekolah yang menumpuk.
"Asalamualaikum."
"Waalaikumsalam. Eh Ta, udah sehat?" Sang Manajer menghampiri Brata yang sedang berdiri di ambang pintu.
"Alhamdulillah, udah mendingan. Maaf ya pak saya jadi gak bisa kerja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Salinan Hidup
Random"Aku berharap aku bisa diterima di dunia ini walau aku tak sempurna. Aku hidup untuk menjadi diriku sendiri." - Brata [⚠Dalam cerita ini, terdapat beberapa kalimat yang mengandung unsur harsh words, violence, abusive family, and blood.⚠] Start : 21...