Brata duduk di mobil bersama perempuan tersebut, dia sudah selesai bekerja. Hari itu ada kejutan tak terduga yang dia alami tadi siang.
Dia tidak menyangka dengan apa yang dikatakan oleh perempuan yang tadi dia temui sebagai pelanggan di kafe.
Flashback on....
"Kalau saya bicara kebenarannya, kamu bakal kaget."
"Kasih tau aja."
"Mungkin kamu lupa, tapi.....ini aku.......
.......kakak perempuan kamu.""Maksud kakak apa ya. Saya cuman punya satu kakak, itupun laki-laki."
"Saya udah warning dari awal, 'kalau saya bicara kebenarannya, kamu bakal kaget'," ucap orang tersebut dengan sedikit penekanan.
"Yaudah, coba kakak jelasin lagi, saya masih belum ngerti."
"Kamu ternyata udah bener-bener lupa. Kalau gitu kita perlu kenalan lagi. Kenalin, nama kakak Rania Putri Annindita. Umur kakak tahun ini 25 tahun. Kakak adalah kakak perempuan kamu."
Sebenarnya Brata sangat familiar dengan nama tersebut. Namun otaknya seperti tidak bisa mendapat jawabannya.
"Waktu kamu masih umur 4 tahun, kakak dipindahin sama mama ke rumah nenek. Karena alasan dia udah gak mau rawat kakak lagi. Tadinya kamu juga ikut sama kakak, tapi ayah bersih keras untuk tidak memindahkan kamu."
"Sebenernya saat itu ayah juga gak mau kakak pergi, tapi mama terlalu keras. Dia ngancem ayah bakal nyiksa kakak kalau seandainya waktu itu kakak gak jadi pindah."
"Mama gak suka sama kita berdua. Dia cuman sayang sama Angga. Makanya kita dulu deket banget. Sampai dulu pas kakak pindah, kamu guling-gulingan di lantai, katanya pingin ikut. Kakak gak tega tapi mau gimana lagi."
"Waktu kamu sakit kemarin, dokter kasih kamu cincin. Cincin itu kakak yang simpen, karena kakak tau, kamu dulu pengen banget pakai, tapi sayangnya masih terlalu besar. Makanya kakak yang simpen karena kakak tau kalau kamu yang simpen pasti bakal gak terawat bahkan bisa sampai hilang."
"Gimana, masih gak percaya?"
Brata masih sangat amat terkejut. Dia mencoba mengingat-ingat kembali masa itu. Dan, dia mulai mengingatnya.
Masa-masa dimana dia bermain mobil-mobilan bersama kakak perempuannya. Dimana ketika mereka berdua dia siksa bersama oleh mama di kamar mandi.
Dimana ketika mereka berdua menunggu ayah pulang untuk menangis di bahunya yang sangat nyaman. Ketika dia dan kakak perempuannya bersama ayah makan bersama dia sebuah restoran sederhana.
"Kalau kamu masih bingung liat kakak sekarang."
Brata menatap perempuan tersebut dalam-dalam. Mencoba mengamati setiap inci muka cerahnya. Cerah seperti matahari.
"Kita berdua itu terlahir dengan muka yang kalau kata orang, mirip banget sama ayah. Kalau kamu lihat lagi, kita berdua punya kesamaan bentuk muka."
Dan benar dugaannya tadi, mukanya memang mirip dan dia melihat ada secarik kenangan di muka kakaknya tersebut.
Muka yang selama ini dia rindukan, tapi terlupakan karena terlalu banyak beban hidup sehingga perlahan penderitaan rindunya terganti dengan penderitanya yang baru. Dia merindukannya.
Tanpa Brata sadari, air matanya meluncur bebas tanpa izinnya darinya. Perempuan tersebut bangkit dan memeluk adik kecilnya itu.
Adik yang selama ini selalu memberikan kebahagiaan tersendiri baginya. Dia juga sangat merindukan adik bungsunya itu. Dia rindu menangis bersama dengan Brata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Salinan Hidup
Random"Aku berharap aku bisa diterima di dunia ini walau aku tak sempurna. Aku hidup untuk menjadi diriku sendiri." - Brata [⚠Dalam cerita ini, terdapat beberapa kalimat yang mengandung unsur harsh words, violence, abusive family, and blood.⚠] Start : 21...