9. Siapa Orang Tersebut?

357 53 3
                                    

Dokter masuk dan memeriksa keadaan Brata yang sudah sadar. Syukurlah keadaannya sedikit lebih membaik. Tapi dia tetap harus banyak istirahat.

Dokter memberikan obat tambahan agar kondisinya bisa stabil kembali. Dokter masih akan terus memeriksa Brata.

"Saya saranin kamu jangan terlalu banyak main ponsel. Harus banyak istirahat, kamu juga kecapean," kata dokter itu.

"Iya dok, tapi temen temen saya masih bisa jenguk kan?"

"Bisa kok, tapi waktu jenguknya dikurangin, kamu tau kan keadaan kamu sekarang lagi gak stabil. Untung kemarin malam saya datang ke kamar kamu, kalau gak saya gak tau sekarang kamu masih hidup atau enggak."

"Baik dok, makasih banyak dok," ucap Brata tanda terimakasih.

"Oh iya, tadi ada orang nitipin ini ke saya, katanya suruh kasih kamu." Dokter memberikan cincin yang tidak asing.

Cincin itu adalah cincin pemberian dari ayah. Dulu Brata ingin memakainya, namun dulu masih kebesaran. Alhasil dia tidak memakainya.

Lalu bagaimana ada orang yang tau kalau itu cincin milik Brata. Dia saja sudah hampir lupa.

"O-oh, makasih ya dok. Kalau boleh tau ini dari siapa ya?" tanya Brata.

"Orang itu menyembunyikan identitasnya. Kalau gitu saya keluar dulu ya." Dokter meninggalkan ruangannya Brata.

Dari tadi dia hanya mengamati cincin tersebut. Sudah lama dia tidak melihat benda ini. Saat di coba, ukuran cincinnya pas dengan jari Brata.

Tapi dia masih bingung, siapa yang menyimpan cincin ini. Karena ini sudah lama dan sudah menghilang.

Lalu cincin itu kembali lagi ke tangan Brata dengan kondisi yang masih sama seperti dulu. Terdapat ukiran namananya.

Brata menengok ke arah pintu dan lagi-lagi dia melihat orang yang di lihatnya kemarin.
Orang itu hanya menatapnya dalam dengan arti yang sulit ditebak.

Saat orang itu menyadari bahwa dia ketahuan lagi melihat Brata, orang itu langsung pergi begitu saja.

Brata tidak tau siapa orang itu dan maksud tujuannya melihat dia berturut-turut. Sekali dua kali mungkin biasa saja, tapi kalau sudah sering Brata juga takut.

Ketiga sahabatnya baru akan datang di siang hari, dan waktu mereka untuk menjenguk di persingkat agar Brata bisa lebih banyak beristirahat.

Dia berharap mama dan kakaknya bisa menyempatkan diri untuk menjenguknya. Tapi sepertinya itu tidak akan terjadi.

Bayangkan, keluarganya sendiri tidak ada yang datang menghampiri Brata. Hanya sahabatnya saja yang peduli padanya.

Tapi Brata bersyukur, setidaknya saat di benar-benar butuh pertolongan, masih ada orang yang mau membantunya.

Hal itu lah yang membuat Brata untuk tetap mau bertahan dalam keadaan sesulit apapun. Karena setidaknya dia masih punya orang yang peduli padanya.

Jam jenguk sudah tiba dan ketiga sahabatnya datang, mereka membawakan beberapa pakaian milik Brata.

Katanya tadi rumahnya Brata sepi, jadi mereka masuk lewat jendela rumah lalu mereka masuk kedalam kamar Brata. Untung saja kamarnya tidak dikunci.

Mereka juga membawa makanan ringan untuk mengganjal perut Brata. Karena mereka tau, makanan rumah sakit sedikit hambar dan tidak senikmat camilan itu.

Mereka saling membagi ilmu yang tadi di pelajari di sekolah. Jadi walaupun sakit, tidak ada alasan untuk tidak belajar.

Brata adalah tipe orang yang ambis. Setiap ada lomba, dia akan berusaha untuk berpartisipasi. Dia ingin membanggakan mama, walaupun caranya ini tidak akan diapresiasi bahkan tidak dilirik oleh mamanya.

Salinan HidupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang