Beberapa hari setelah kemonya, rambut Brata mulai rontok. Ini adalah pertama kalinya rambut Brata mulai terkikis.
Dia juga jadi kesulitan untuk tidur. Nafsu makannya juga menurun drastis. Tubuh Brata kian hari makin kurus. Dia terlihat tidak segar. Brata juga sering muntah.
Sahabat dan kakaknya belum mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Brata hanya beralasan bahwa dia akan pergi ke luar kota karena ada project baru dari kafenya.
Disampingnya, Brata menghubungi bosnya dan meminta izin untuk cuti sampai dengan waktu yang ditentukan.
Padahal yang sebenarnya terjadi adalah, Brata yang berbaring lemah di kasur rumah sakit sambil terus memuntahkan isi perutnya. Bibirnya yang pucat tersebut kini hanya bisa merintih kesakitan karena gejala yang timbul dan membuatnya harus meminum obatnya yang banyak.
Dokter Dion tiada hentinya menyemangati Brata untuk semangat. Dokter Dion juga senantiasa membelikan makanan kesukaan Brata sebagai hadiah karena telah berjuang.
Brata selalu curhat ke Dokter Dion bahwa dia menyukai Anes. Dokter Dion dengan senang hati mendengarkan semua curahan hati Brata.
Entah mengapa dimata Dokter Dion, Brata adalah pasien yang sangat spesial. Brata adalah orang yang tangguh, bahkan dia membayar perawatannya dari uang hasil tabungannya sejak kecil.
Dia juga sangat amat ramah dan sopan, kepada siapapun. Dokter, suster, dan pasien lain. Brata adalah orang dengan pribadi yang murah senyum. Sangat manis.
Brata juga orangnya sangat ceria, walau akhir-akhir ini dia sedikit murung karena terlalu lelah dengan hari-hari berat yang dia lalui. Tapi itu bukan berarti dia patah semangat. Terkadang manusia juga boleh mengeluh, tapi jangan berkepanjangan.
Brata adalah orang yang paling suka berbagai. Saat dia sedang bersama pasien lain, dia kerap membagikan makanan atau camilan miliknya pada orang lain.
Dia orangnya sangat menenangkan dan damai. Dia tidak suka keributan dan memilih mengalah pada siapapun. Dia memilih diam dan menyimpan rasa sakitnya dalam diam. Brata tidak pernah mau melibatkan orang lain ke masalahnya.
Itu kenapa Brata menjadi pasien yang spesial bagi Dokter Dion dan disukai di seluruh penjuru rumah sakit karena sifatnya.
Dan hari adalah hari dimana Brata diperbolehkan untuk kembali beraktivitas seperti biasa.
Brata membilas muka agar tidak terlihat lesu dan memakaikan bibirnya dengan lipbalm yang sedikit berwarna agar bibir tersebut tidak terlihat pucat.
Tidak lupa juga Brata menggunakan topi karena rambutnya yang kapanpun bisa rontok. Dia menggunakan jaket puffer yang memiliki ketebalan tebal sehingga badannya tidak terlihat kurus.
Brata keluar dari rumah sakit dengan senang hati. Dia langsung mengabari ketiga sahabatnya untuk bertemu, karena kebetulan hari ini hari libur.
Mereka memutuskan untuk bertemu di rumah Daka. Brata mengendarai motornya dengan kecepatan sedang.
Sesampainya di rumah Daka, Brata disambut dengan gembira oleh ketiga sahabatnya, sepertinya mereka merindukan sosok Brata.
"Buset, tebel amat tuh baju, dingin?" tanya Tera.
"Iya, lagi gak kuat dingin."
"Perasaan di sini biasa-biasa aja," ucap Radit.
"Ya badan gue lagi gak enak aja."
"Oh iya, gimana project di kafe, berhasil?" tanya Daka.
"Kemungkinan besar gue balik lagi keluar kota, ada yang harus gue perbaikin."
KAMU SEDANG MEMBACA
Salinan Hidup
Random"Aku berharap aku bisa diterima di dunia ini walau aku tak sempurna. Aku hidup untuk menjadi diriku sendiri." - Brata [⚠Dalam cerita ini, terdapat beberapa kalimat yang mengandung unsur harsh words, violence, abusive family, and blood.⚠] Start : 21...