Paginya, Brata sama sekali tidak menunjukkan gerak gerik. Kondisinya malah semakin memburuk. Kini Brata sedang mengalami masa kritis. Saat subuh, Brata dipindahkan ke ruang ICU.
Dokter Dion dan dokter yang lainnya sudah cukup kewalahan manangani Brata. Namun melihat raut wajahnya yang masih tetap bersinar walaupun disaat seperti ini membuat mereka semakin yakin bahwa Brata bisa melewati masa kritisnya.
Dokter Dion keluar dari ruangan dan memikirkan apa yang harus dia lakukan saat ini. Dokter Dion langsung terpikir untuk menghubungi keluarga Brata.
Awalnya Dokter Dion sempat ragu, namun dia memutuskan untuk tetap mengambil ponsel milik Brata dan menghubungi keluarga Brata. Karena jika tidak, itu hanya akan memperburuk keadaan.
Dokter Dion menghubungi nomor teratas di kontak Brata. Disitu tertera nama Anes, Mas Angga, Kak Rania, Daka, Radit, dan Tera. Dokter Dion langsung menghubungi ke enam orang tersebut.
Di samping itu, ada Anes yang terjaga semalaman karena memikirkan perkataan Brata. Sebenarnya dia juga sudah lama menyimpan rasa pada Brata.
Perlakuan manisnya yang membuat Anes selalu merasa bahagia, nyaman, dan aman. Anes sudah tidak sabar menyambut pagi dan mengatakan bahwa dia menerima Brata untuk menjadi pacarnya. Anes juga sudah menyiapkan sesuatu untuk Brata.
Namun yang dia terima pagi itu hanyalah pesan dari seorang yang mengaku sebagai dokter. Orang tersebut mengatakan bahwa Brata kini berada di rumah sakit. Saat itu juga Anes langsung bergegas ke rumah sakit.
Mas Angga dan Kak Rania datang lebih dulu disusul Anes, Daka, Radit, dan Tera.
Mereka semua merasa bingung karena mereka hanya diberitahukan bahwa kini Brata sedang berada di rumah sakit. Mereka datang tanpa kejelasan apapun.
Mas Angga yang sedikit lebih mengerti tentang keadaan Brata terlihat panik dan ketakutan. Ke lima orang tersebut semakin dibuat bingung dengan suasana tersebut.
Karena Sang Dokter belum hadir di depan mereka, Kak Rania memutuskan untuk berkenalan dengan teman-temannya Brata.
"Hai, salam kenal, nama kakak Rania, kakaknya Brata, kalau kamu?"
"Hai kak, namaku Anes, temannya Brata."
Selanjutnya ketiga temannya Brata juga saling berkenalan dengan yang lainnya.
Perkenalan tersebut hanya perkenalan singkat diselingi sedikit obrolan, karena keadaan mereka masih dibalut dengan rasa khawatir tentang kondisi Brata.
Untuk mencairkan suasana mereka mencoba berbaur satu sama lain hingga kini mereka sudah tidak ada rasa canggung lagi.
Setelah menunggu cukup lama akhirnya Dokter Dion datang menghampiri mereka. Semuanya langsung berdiri menanti penjelasan Dokter Dion.
"Perkenalkan, nama saya Dion Ghifar Andika. Orang yang tadi menghubungi kalian. Saya adalah dokter yang menangani Brata."
"Dok, Brata kenapa?" tanya Kak Rania yang masih terlihat kebingungan.
"Baik, sebelumnya maafkan saya kerena tidak menjelaskan dengan jelas. Saya berniat untuk menjelaskannya secara langsung karena khawatir kalian terlalu panik, dan bisa saja saat di perjalanan terjadi hal yang tidak diinginkan."
"Iya dok gak papa, jadi Brata sebenarnya kenapa?" tanya Mas Angga yang sekarang sedang benar-benar menunggu jawabannya.
"Sebenarnya Brata memohon pada saya untuk tidak memberitahu tentang hal ini, tapi sepertinya ini terlalu beresiko." Dokter Dion mengambil napas sejenak, lalu mencoba untuk bersuara kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Salinan Hidup
Random"Aku berharap aku bisa diterima di dunia ini walau aku tak sempurna. Aku hidup untuk menjadi diriku sendiri." - Brata [⚠Dalam cerita ini, terdapat beberapa kalimat yang mengandung unsur harsh words, violence, abusive family, and blood.⚠] Start : 21...