"Lo.... beneran gak papa?" tanya Tera dengan ragu.
"Gue? Gue mah gak papa kali."
"Kalo ada apa-apa cerita ya," ucap Daka sambil menepuk pundak Brata.
"Besok jangan lupa sekolah," tegas Radit.
"Iya, aman," balas Brata sambil mengacungkan ibu jarinya.
Ketiga sahabat Brata melanjutkan aktivitasnya dan pulang ke rumah. Brata kembali ke pekerjaannya.
Saat Brata ingin pulang, dia ragu untuk pulang karena mamanya ada di rumah. Dia hanya takut bahwa mamanya akan memarahinya lagi.
Tapi akhirnya dia memutuskan untuk pulang ke rumah karena sudah sore dan langit sudah mendung yang menandakan akan segara turun hujan.
Dia langsung bergegas ke rumah dengan motornya. Di pertengahan jalanan, air hujan mulai turun. Brata mempercepat laju motornya. Badannya jadi basah karena dia lupa membawa jas hujan.
Brata memakirkan motornya di halaman rumah. Saat Brata membuka pintu, terlihat mama dan Mas Angga sedang makan bersama.
Mas Angga bisa kembali ke rumah karena mama yang memaksa Mas Angga untuk pulang. Pihak kepolisian tidak bisa berbuat apa-apa dan membiarkan Mas Angga untuk pulang.
Brata terkejut ketika mamanya menghampiri dirinya.
"Ngapain pulang?"
"Maaf ma, Brata mau mandi, takut masuk angin."
"Gue bilang ngapain pulang? Badan basah kuyup gini mendingan sekalian mandi hujan, gak usah pulang, kotor tau gak."
"Maaf ma, aku gak tadi gak bawa jas hujan."
"Udah lah dek, mending lo tidur di jalanan aja," ejek Mas Angga.
"Bener, lo tidur di jalanan, jangan di teras atau di halaman."
"Ma tapi—"
"Gak ada tapi-tapi, udah sana pergi."
Mama langsung menutup pintu dengan keras. Brata hanya bisa mematung di depan pintu. Dia berjalan ke motornya dan pergi.
Dia berhenti di halte untuk berteduh. Hidung Brata kembali mengeluarkan darah. Darah tersebut hanya dia biarkan mengalir sampai habis, tidak ada niatan untuk memberhentikan darahnya.
Dia ingin menghubungi Kak Rania tetapi dia tidak mau mengganggu kakaknya.
Saat Brata sedang menatap kosong ke depan, tiba-tiba ada yang menjulurkan tangan sambil memberikan beberapa tisu.
Brata mendongak dan melihat Anes yang terlihat basah juga. Anes duduk di samping Brata dan langsung membersihkan darah tersebut karena Brata hanya menatap Anes.
"Lo ngapain disini, udah malem, gak baik cewek malem-malem di luar rumah."
"Ya lo juga ngapain di sini?"
"Gak tau ah males."
"Kok gak tau sih," sahut Anes.
"Gue diusir," jawab Brata dengan singkat. Dia sedang tidak di suasana hati yang baik.
"Kok bisa, terus lo tidur di mana?"
"Mungkin di jalan."
"Ih jangan, mau ke rumah gue gak?"
Brata menengok kearah Anes, melemparkan wajah kebingungannya. "Boleh?"
"Boleh dong, sekalian lo anterin gue pulang," jawab Anes mengangguk dan tersenyum untuk meyakinkan Brata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Salinan Hidup
Random"Aku berharap aku bisa diterima di dunia ini walau aku tak sempurna. Aku hidup untuk menjadi diriku sendiri." - Brata [⚠Dalam cerita ini, terdapat beberapa kalimat yang mengandung unsur harsh words, violence, abusive family, and blood.⚠] Start : 21...