2. Cerita Jatuh Cinta

609 63 0
                                    

Akhirnya ujian telah usai setelah 1 minggu lamanya. Para murid murid bersenang senang karena sudah tidak belajar lagi. Sedangkan Brata, ia ketar ketir menunggu hasil ujiannya, ia hanya takut akan di marahi bahkan di usir dari rumah oleh mamanya.

Belakangan ini juga, terlihat bahwa sepertinya, mamanya semakin mambenci Brata. Karena itu, sifat Brata juga berubah. Dulu ia sangat ceria dan usil, namun sepertinya sakitnya kambuh di tambah mamanya yang semakin membenci dirinya dan membuat sifat Brata yang asli berubah menjadi sedikit pendiam dan terlihat lemas.

"Guys, besok bebas kita, kemana nih enaknya?" tanya Tera yang sangat antusias. "Yaelah, nongki biasa aja kali, atau kita keluar kota aja."

Mendengar jawaban dari Daka, Brata ragu untuk mengiyakan ajakan mereka mengingat mamanya semakin membabibuta untuk memarahinya.

Radit melihat Brata langsung membuka suara, "Eh jangan keluar kota, Brata gimana, kasian. Liat aja mamanya kayak gitu, terus dia kan kesehatannya juga lagi gak bagus."

"Yaudah Brata, lo mending istirahat aja, belakangan ini lo lemes banget kayaknya," ujar Daka yang sedari tadi berfikir.

"Kalo gue di rumah, yang ada gue makin parah, mama gue bakal terus suruh-suruh gue."

Brata tau mamanya tidak peduli akan kondisi anaknya, yang ia hanya pedulikan adalah Angga sang kakak. Karena itu dia memutuskan untuk ikut pergi jalan jalan bersama teman temannya.

Hari Sabtu dimana para kawan kawan Brata temasuk Brata pergi ke Gunung tanpa sepengetahuan mama dan kakak Brata.

Radit yang tau kalau Brata tidak pernah izin ke mamanya karena mamanya pasti akan melarangnya bahkan mengurungnya.

"Akhirnya gue ke Gunung juga, bagus ya
pemandangannya," ujar Daka sembil menikmati angin sejuk. "Hah~lo dulu kan yang susah banget di ajak ke Gunung, ada aja alasannya." Tera merasa kesal karena Daka lah yang paling susah di ajak ke Gunung tapi dia malah menikmati pemandangan. Kan tau gitu perginya dari kemarin.

Entah bagaimana caranya, saat sampai di Gunung, kondisi Brata membaik. Dia sudah tidak lemas lagi dan terlihat bahwa sifat usilnya mulai kembali.

"Ih, badan gue udah enakan masa." Teman temannya cukup tekejud atas pernyataan Brata. Karena akhirnya temanya itu kembali normal.

Tera yang merasa heran, "Kayaknya lo harus jalan - jalan deh biar bisa sembuh." Mereka tertawa bersama dan melanjutkan kegiatannya.

Radit sendiri yang dari tadi hanya memastikan bahwa temannya tidak salah arah. "Eh kita jangan kepisah, entar ada yang ilang lagi." Brata dengan senyum yang paling di benci Radit langsung berkata, "Radit takut guyss." Karena jawaban Brata tersebut akhirnya membuat Radit kesal.

Daka yang tidak terlalu suka melihat orang berantem hanya bisa medecih kesal atas kelakuan temannya. "Heh, jangan berantem disini!"

Brata cekikan melihat Daka yang dari tadi telihat jengah.

Daka yang melihat Brata cekikan semakin kesal, "Lo baru sembuh aja langsung songong."

"Wis, santai my bro~." Suasana semakin mendukung untung Brata tertawa lepas.

Mereka memutuskan untuk duduk di sebuah warung kecil yang berada di sekitaran gunung. Tak lupa juga mereka untuk menyantap mie rebus buatan sangat pemilik warung yang rasanya sangat cocok dengan pemandangan dan suasana.

"Guys main yuk, bosen kali kalo cuma denger seruputan mie doang," ujar Brata.

"Bener si kata Brata, tapi mau main apa, jangan aneh aneh juga mainnya." Radit yang berbicara di selengi dengan seruputan kuah dari mie rebus.

"Biasanya sih Tera punya banyak permainan, iya gak Ter?" kali ini Daka yang berasumsi. Karena memang, biasa permainan yang mereka lakukan itu semua ide dari Tera.

Tera yang sedaritadi berfikir permainan yang cocok untuk saat ini. "Yaudah, kali ini agak beda, kita main jujur jujuran aja gimana."

"Boleh, siapa takut!!" Daka yang dengan percaya dirinya menerima tantangan dari Tera.

Mereka semua menerima tantangannya dan memulai permainan. Mereka bermain dengan bantuan botol kaca yang di putar. Lalu akan berhenti di depan salah satu dari mereka.

Botol kaca mulai berputar. Mereka semua menunggu botol tersebut berhenti didepan Brata. Dan benar saja, botol tersebut berhenti tepat di depan Brata.

Semua mata langsung menatap mata Brata dengan intens. Dari mata teman temanya, dapat dilihat bahwa sepertinnya banyak pertanyaan yang akan dilontarkan dari mulut teman temannya itu.

"I-iya, tapi jangan natap gue kayak gitu. Mau siapa dulu nih yang nanya? Jangan mecem macem ya pertanyaannya."

Radit dengan cepat bersuara, "Gue dulu deh ya. Disekolah ada yang lo suka gak?"

Seketika Brata kehabisan kata-kata. "D-dih kepo banget lo!"

"Jawab aja maemunah," kali ini Daka bersuara karena ia juga penasaran. Sebenarnya semua juga penasaran, cuman Daka sewot aja.

"Janji dulu jangan cepu ya. Okeh. Jadi jawabannya...... i-iya." Brata sedikit ragu namun ketiga sahabatnya seperti meyakinkan dirinya untuk jujur.

"Kok lo gak pernah cerita sih, spil namanya dongg," kali ini Radit benar benar di buat penasaran oleh Brata.

"Jadi gini, orang yang gue suka ada dikelas sebelah." Brata mengatakannya sambil malu-malu.

"Loh, kelasnya si Denka (salah satu teman mereka dari kelas sebelah)?" Tera terkejud karena ia sering ke kelas sebelah.

Brata bingung melihat ekspresi teman-temannya "I-iya, emang kenapa sih, kok muka kalian kayak gitu?"

"Namanya Aneskha Kinandita Melody
bukan?" Daka kali ini bersuara karena ia cukup tau akan selera temannya ini. Perempuan yang berkulit putih, berambut pendek, pintar, sederhana, dan memiliki selera musik yang bagus.

Brata tercengang mendengar suara Daka, bagaimana mungkin Daka tau siapa orangnya. Sebenarnya tidak masalah baginya jika temannya tau siapa orang yang ia kagumi, tapi.......entahlah.

"L-loh, tau dari mana lo? Kayaknya gue belom cerita ke siapa siapa deh."

Melihat Brata yang terkejud, Berarti tebakan Daka benar. "Ta.. Ta, kan gue tau selera lu kayak gimana."

Radit dan Tera dari tadi hanya melihat dan menyaksikan semuanya. Mereka juga ingin bertanya lagi.

Sekarang giliran Radit yang berbicara, "Kok lo bisa suka Anes? Awalnya gimana?"

"Jadi gini, awalnya dia lagi mau baca buku di perpus kan, terus dia gak nyampe buat ambil bukunya. Yaa karena gue baik ya gue bantuin. Terus dia ngomong 'Makasih'. Tiba-tiba entah kenapa gue langsung jatuh cinta pada pandangan pertama."

"Terus gue juga liat playlist lagunya di HP dia, ternyata selera musik gue sama dia sama."

Semua sahabatnya mengerti apa yang dimaksud Brata. Memang Brata sangat menyukai orang yang selera musiknya sama dengan dirinya.










Lanjut part 3 yaa ( ◜‿◝ )
Jangan lupa buat comment sama vote.
Biar aku rajin apload nya.
Lagi jarang apload soalnya banyak tugas.
🏃🚄💨💨💨
coming!

Salinan HidupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang