Pagi ini Brata bangun dan bergegas ke sekolah menggunakan motornya, tidak dengan kakaknya kerena Kak Rania masih tertidur pulas.
Hari ini sekolah berjalan seperti biasa. Saat hendak pulang, Brata dikabari Kak Rania untuk segera ke rumah sakit karena mama sudah sadar.
Brata mengucap syukur dan langsung pergi menuju rumah sakit tempat mamanya di rawat.
"Assalamualaikum," Brata mengetuk pintu dan masuk ke dalam ruangannya. Dia melihat kakaknya sedang duduk di sofa ruangan.
"Angga mana?" ucap mamanya saat melihat kehadiran anak tirinya.
Tiba-tiba Kak Rania berdiri dari duduknya, "Mama gak ngerti-ngerti ya, aku udah bilang dari tadi kalau Angga di tangkap karena dia yang buat mama masuk rumah sakit."
"Engga, Angga gak salah, Angga anak mama yang baik. Ini pasti ulah Brata kan."
Brata yang baru saja sampai merasa terhina karena dituduh secara cuma-cuma.
"Ma, mama kalau sayang sama Mas Angga gapapa. Tapi mama gak bisa membenarkan apa yang udah dia lakuin, jangan malah nuduh aku," terangnya Brata yang sedikit marah.
"Masa bodo dengan semuanya, pokoknya mama gak mau tau mama pulang nanti Angga harus ada di rumah. Sampai gak ada, mama akan buat kamu masuk penjara dengan cara mama sendiri," mama berucap sambil menunjuk Brata.
"Ma, aku dateng kesini buat jenguk mama loh, kok mama malah marah-marah."
"Karena kalian bukan anak mama, kalian cuman nyusahin hidup saya."
"Nyusahin gini, mama kan ambil semua warisan papa, gapapa lah kalau kita nyusahin mama, mama dapet duit ini."
"Jaga mulut kamu Rania" bentak mamanya.
"Yaelah, baru sembuh aja belagunya udah kayak orang paling bener. Aku peringatin ya ma, kalau udah tua jangan banyak gaya, kualat aku ketawain soalnya." Kak Rania mengucapkan kata-kata tersebut tanpa ragu karena sudah geram dengan sikap mama.
"Udah yuk dek, kita keluar aja. Gak ada gunanya kita bantuan nenek-nenek jompo.'
Kak Rania dan Brata keluar dari ruangan. Masa bodo dengan perawatan selanjutnya, salah sendiri ngakak ribut.
"Eh kak, bukannya kakak bilang sendiri ke aku kalau gak mau mama tau kalau kakak ada?"
"Ya terpaksa kakak kasih, habis nanya mulu kayak dora, kesel kakaknya."
"Iya mama ngeselin."
"Dek, kamu pulang sendiri ya? Kakak ada urusan. Gapapa kan?"
"Gapapa kok, kan aku bawa motor."
"Yaudah, kakak duluan ya."
"Iya kak, hati-hati di jalan."
Brata menghampiri motornya dan mengendarainya sampai ke rumah. Rumah tampak sepi dan sunyi.
Saat Brata membuka pintu kamarnya, hidungnya mengeluarkan darah yang cukup banyak. Dia langsung mengambil tisu dan menyumpal hidungnya dengan tisu.
Tapi darah tidak bisa berhenti keluar. Brata mulai merasakan badannya lemas dan nyeri kepala yang tak kunjung hilang. Dia mencoba untuk duduk di kasur, napasnya mulai pendek.
Brata berdiri dan mencoba untuk mengambil minum yang ada di meja belajarnya. Karena terlalu lemas, belum sempat mengambil minum, Brata langsung jatuh ke lantai.
Brata mengambil ponselnya yang ada di sakunya dengan niat akan menghubungi Kak Rania. Berusaha mencari kontak Kak Rania, akhirnya dapat. Dia langsung menelepon Kak Rania.
KAMU SEDANG MEMBACA
Salinan Hidup
Random"Aku berharap aku bisa diterima di dunia ini walau aku tak sempurna. Aku hidup untuk menjadi diriku sendiri." - Brata [⚠Dalam cerita ini, terdapat beberapa kalimat yang mengandung unsur harsh words, violence, abusive family, and blood.⚠] Start : 21...